III. MATERI DAN METODE
4.3 Diameter Batang
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter batang benih pepaya Merah delima yang diamati pada umur 2 sampai dengan 8 MST. Mulai minggu ke-4 sampai dengan 7 MST perlakuan M5 menghasilkan diameter batang yang terbesar dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya (Tabel 4).
Tabel 4. Diameter batang tanaman pepaya di polibag (cm) Media
tanam
Waktu pengamatan (MST)
2 3 4 5 6 7
A 0,01 a 0,05 a 0,20 a 0,32 ab 0,44 ab 0,49 ab B 0,02 ab 0,06 ab 0,23 a 0,27 a 0,40 a 0,43 a C 0,02 b 0,09 abc 0,17 a 0,30 ab 0,51 ab 0,55 abc D 0,02 ab 0,14 cd 0,24 a 0,41 b 0,64 c 0,68 c E 0,02 b 0,18 d 0,34 b 0,61 c 0,82 d 0,86 d F 0,02 ab 0,12 bcd 0,22 a 0,35 ab 0,57 bc 0,60 bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata berdasarkan DMRT 5%.
A = media tanam tanah, B = media tanam tanah + sekam padi, C = media tanam tanah + sekam padi + pupuk kandang, D = media tanam tanah + sekam padi bakar, E = media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi, F = media tanam tanah + pupuk kandang
Diameter batang pada minggu ke 8 MST, perlakuan B (media tanam tanah + sekam padi) menghasilkan diameter batang yang paling kecil yaitu 0,48 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol (A) 0,53 cm, perlakuan C (media tanam tanah +
194
sekam padi + pupuk kandang) 0,58 cm, perlakuan D (media tanam tanah + sekam padi bakar) dan perlakuan F (media tanam tanah + pupuk kandang). Perlakuan E (media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi) menghasilkan diameter batang paling tinggi yaitu 0,91 cm.
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata berdasarkan DMRT 5%.
A = media tanam tanah, B = media tanam tanah + sekam padi, C = media tanam tanah + sekam padi + pupuk kandang, D = media tanam tanah + sekam padi bakar, E = media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi, F = media tanam tanah + pupuk kandang
Gambar 3. Diameter batang pepaya pada 8 Minggu Setelah Tanam (MST) 4.1.3 Panjang akar (Length Root Volume/LRV) dan Kerapatan akar (Density Root Volume/ DRV).
Hasil sidik ragam didapatkan hasil bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata pada Panjang akar (length root volume/LRV) dan Kerapatan akar (density root volume/ DRV) pada 8 MST (Tabel 5).
Tabel 5. LRV dan DRV tanaman pepaya Merah Delima dalam polibag Perlakuan
LRV (cm cm-3)
DRV (g cm-3) A 0,06 a 0,42 a
B 0,07 a 0,55 a
C 0,11 ab 0,87 ab
195
D 0,12 ab 0,80 ab
E 0,27 c 1,65 c
F 0,16 b 1,22 bc
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata berdasarkan DMRT 5%.
A = media tanam tanah, B = media tanam tanah + sekam padi, C = media tanam tanah + sekam padi + pupuk kandang, D = media tanam tanah + sekam padi bakar, E = media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi, F = media tanam tanah + pupuk kandang
Hasil pengukuran LRV menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada perlakuan media tanam E yaitu sebesar 0,27 cm cm-3 dan diikuti oleh perlakuan F yaitu sebesar 0,16 cm cm-3. LRV terdapat pada media tanam A (kontrol) yaitu sebesar 0,06 cm cm-3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (media tanam tanah + sekam padi), C (media tanam tanah + sekam padi + pupuk kandang), dan D (media tanam tanah + sekam padi bakar).
Hasil pengukuran DRV pada tanaman pepaya di polibag diketahui bahwa perlakuan pada media tanam E (media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi) menghasilkan kerapatan akar yang paling tinggi yaitu sebesar 1,65 g cm-
3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan F (media tanam tanah + pupuk kandang). Hasil terendah ditunjukkan pada media tanam kontrol (A) yaitu hanya sebesar 0,42 g cm-3. Perlakuan E (media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi) mempunyai LRV dan DRV paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hal ini berarti bahwa perlakuan E merupakan media tanam yang paling sesuai untuk pertumbuhan benih pepaya merah delima dalam polybag. Gustia (2013) dan Fahmi (2013) manyatakan bahwa media tanam yang baik adalah media tanam yang dapat menjaga kelembaban di sekitar akar, menyediakan cukup udara dan unsur hara. Media tanam yang baik mendukung pertumbuhan akar yang lebih baik sehingga mendukung pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan diameter tanaman sehingga diharapkan benih siap tanam yang dihasilkan mampu beradaptasi dengan baik saat ditanam di lahan.
196 KESIMPULAN
1. Media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, LRV, dan DRV.
2. LRV dan DRV merupakan peubah yang sangat penting untuk mengetahui perkembangan akar tanaman di dalam media perbenihan sehingga benih bisa beradaptasi dengan baik saat dilakukan pindah tanam ke lahan.
3. Perlakuan E (media tanam tanah + pupuk kandang + sekam bakar padi) memberikan performa benih pepaya Merah Delima dalam polybag yang terbaik dengan tinggi tanaman 37,16 cm, jumlah daun 13,49 helai, diameter batang 0,91 cm, serta LRV0,27 cm cm-3, dan DRV 1,65 g cm-3.
197 DAFTAR PUSTAKA
Abad., Noguera, Puchades, Maquieira, dan Noguera. 2002. Physico-chemical properties of some coconut dusts for use as a peat substitute for containerized ornamental plants. Biores Technol , 82:241-245.
Agustina, A.F. 2004. Pengaruh Komposisi Media dan Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Monthong.
Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 39 hal.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2015. Statistia Produksi Hortikultura tahun 2014.
Direktorat Jenderal Hortikultura. Kementrian Pertanian.
Fahmi, Z. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya .
Firmansyah, I., Syakir, M., dan Lukman, L. 2017. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk N,P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terug (Solanum melongena L.). J. Hort. 69-78.
Gustia, H. 2013. Pengaruh Penambahan Sekam Bakar pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan. 12-17.
Prajwalita D. T, S. R Suparto and Prakoso. 2019. Growth of papaya CV. Callina seedling on four types of planting media supplement with different doses of AB MIX nutrient solution. Earth and Enviromental Science, 1-7.
Setiaty, E. D. 2010. Produksi Buah Pepaya Varietas Callina (Carica papaya L.) pada Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik di Tanah Ultisol. Palembang.
Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah 3. Proyek Peningkatan atau Pengembangan Perguruan Tinggi IPB. Bogor.
Suketi. K dan N. Imanda. 2011. Pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB3, IPB4, dan IPB 9. Prosiding Seminar Nasional Perhorti 2011, halaman 778-790.
198
PENGARUH JENIS ENTRIS TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG SAMPING TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
Josina. I.B.Hutubessy (1), Florianus Da Costa Djata (2)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Flores Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Janis entries terhadap pertumbuhan sambung samping tanaman kakao dan jenis entries yang baik dalam pertumbuhan sambung samping tanaman kakao.
Rencangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakukan yang digunakan adalah Entris klon local (E1), Entris klon unggul ICCRI 03 (E2), Entris klon unggul ICCRI 04 (E3), Entris klon unggul Sulawesi 01 (E4), Entris Klon unggul Sulawesi 02 (E5). Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah persentase sambung hidup, jumlah daun total tanaman, luas daun tanaman.
Hasil penelitian menujukan bahwa perlakukan entries klon unggul memberikan pengaruh pada variabel pengamatan persentase sambung hidup, jumlah daun total tanaman, luas daun tanaman. Jenis entris yang memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan sambung samping bibit tanaman kakao adalah Entris klon unggul Sulawesi 02.
Kata Kunci: Entries, Sampbung Samping, Kakao
1.PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional dan komoditas perkebunan yang memiliki peranan cukup nyata dan dapat diandalkan dalam mewujudkan program pembangunan pertanian, khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendorong pengembangan wilayah, pengembangan agroindustri, peningkatan kesejahteraan petani, dan peningkatan pendapatan devisa negara (Firdaus, 2015 dalam Galib Suwito Cora dkk 2018,). Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan devisa terbesar dalam kegiatan ekspor di Indonesia.
memperkirakan produksi biji kakao pada tahun 2018 produksi kakao 2017 hanya 315 ribu ton, sedangkan produksi 2018 akan turun lagi menjadi di bawah 300 ribu ton. (Zulhefi Sikumbang 2018). Produksi kakao di Nusa Tenggara Timur pada 2017 sebanyak 15.210 ton, turun dari tahun sebelumnya yang sebanyak 21.550 ton (Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, 2018).
Kakao memiliki peluang besar untuk keperluan konsumsi dalam negeri atau untuk keperluan ekspor di masa mendatang, maka perlu di usahakan perluasan areal penanaman yang cukup besar dalam menggunakan bahan tanam unggul dan memiliki produktivitas tinggi (Hartana 1983, dalam Yudianti 2002). Meskipun demikian perlu dipertimbangkan secara lebih rinci mengenai faktor-faktor pendukung maupun kendalanya agar pembangunan kakao tersebut mencapai sasaran yang diharapkan. Menurut Suhendi 2007, dalam Manubelu 2011, beberapa