History Pregnancy
A. Ditemukannya Hasil Positif D Weak pada Individu Rhesus Negatif di Jakarta Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya D lemah (D weak) pada sampel
27
Dari 4 sampel yang memiliki antibodi D setelah ditelusuri ke-empat sampel tersebut berasal dar perempuan yang telah memiliki riwayat kehamilan. Anti D yang terdapat pada individu rh negatif ini dapat menimbulkan bahaya dikemudian hari jika dikehamilan selanjutnya individu tersebut mengandung bayi dengan rhesus positip. Bayi rhesus positip memiliki antigen rhesus yang dapat bereaksi dengan anti-D yang dimiliki oleh ibunya, kasus ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah bayi yang dikenal dengan kasus HDN (Haemolysis Desease of Newborn).
4
0 0
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
Yes No
28
menggunakan alat otomatic dengan metode ICT dengan media CAT. Sampel yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian akan langsung di proses penggunakan alat otomatic. Setelah itu hasil pemeriksaan dicatat sebagai data penelitian.
Pada penelitian ini didapatkan satu (1) dari 84 sampel individu rhesus negatif atau 1% dari sampel individu rhesus negatif terdeteksi memiliki antigen D weak. Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Krishna dkk yang dilakukan di Sri Venkateswara Institut Tirupati, India yang dipublikasikan tahun 2015 pada individu rhesus negatif, didapatkan hasil 1,04% (n donor = 16, n pasien = 14) dari total 2.883 sampel individu rhesus negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak. Penelitian yang dilakukan oleh Xhetani dkk yang dilakukan di Albania yang dipublikasikan tahun 2014 pada individu rhesus negatif, didapatkan hasil 1,05% (n donor 45) dari total 4.272 sampel individu rhesus negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak. Persentase hasil penelitian yang didapat tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Krishna di india dan Xhetani di Albania. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan rendahnya populasi sampel D weak yang didapat sebagai sampel penelitian yang dilakukan ketiga belah pihak.
Kelebihan yang dapat dilihat pada penelitian Khishna dan Xhetani adalah banyaknya jumlah sampel yang diperiksa yang berbanding jauh dengan jumlah sampel pemeriksaan yang dilakukan. Pada penelitian Khishna juga melakukan penelitian yang lebih luas dengan menggunakan sampel pemeriksaan pada pasien dan donor, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan sampel donor.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Saqlain di Rumah Sakit Anak dan Institut Kesehatan Anak Lahore, Pakistan yang dipublikasikan tahun 2016 pada individu rhesus negatif, didapatkan hasil 0,2% (n = 3) dari total 1.224 sampel individu rhesus
29
negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Devi,G dkk yang dilakukan di Rewa, India yang dipublikasikan tahun 2016 pada individu rhesus negatif, didapatkan hasil 0,43% (n = 1) dari total 232 sampel individu rhesus negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak. Selain itu, terdapat penelitian sebelumnya pada tahun 2005 dengan artikel yang di publikasikan tahun 2011 di india yang dilakukan oleh Kumar dkk didapatkan hasil 0,189% (n = 6) dari total 2201 sampel individu rhesus negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak. Hasil penelitian Kumar dkk pada tahun 2005 di india dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Devi di Rewa India memiliki hasil yang tidak jauh berbeda. Pada penelitain Saqlain, Kumar, dan Devi memiliki angka persentase yang lebih kecil dibanding dengan angka yang didapatkan dalam penelitian ini. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh populasi sampel D weak yang didapat memiliki persentase yang sangat rendah pada wilayah tersebut sehingga memberikan hasil persentase yang lebih rendah dengan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian lain, didapatkan angka persentase hasil positif D weak yang jauh lebih tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Okrah dkk yang dipublikasikan tahun 2008 di Khumasi, Ghana didapatkan hasil 7,75% (n = 2) dari total 31 sampel individu rhesus negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak.
Penelitian yang dilakukan oleh Wafi dkk yang dipublikasikan tahun 2016 di Maroko didapatkan hasil 15,87% (n = 10) dari total 63 sampel individu rhesus negatif yang terdeteksi memiliki antigen D weak. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh populasi sampel D weak yang mungkin memiliki persentase yang tinggi pada wilayah tersebut sehingga memberikan hasil persentase yang jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan dan penelitian yang dilakukan oleh negara lainnya. Pada penelitian yang
30
dilakukan Okrah dkk, persentase jenis kelamin sampel individu rhesus negatif sangat berbeda jauh dengan persentase jenis kelamin yang dilakukan pada penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Okrah dkk memiliki persentase jenis kelamin laki-laki yaitu 80,65 % (n = 25) dan perempuan 19,35 (n = 6) sedangkan penelitian ini memiliki persentase jenis kelamin laki-laki yaitu 45 % (n = 19) dan perempuan 55% (n = 23).
Hasil Pemeriksaan positif D weak yang didapatkan tersebut dipisahkan dengan sampel lainnya. Sampel positif D weak tersebut dilakukan pemeriksaa ulang (duplo) sebanyak dua kali menggunakan sampel dan metode pemeriksaan D weak yang sama.
Hasil pemeriksaan ulang (duplo) pada kedua pemeriksaan yang dilakukan mendapatkan hasil yang sama dengan pemeriksaan awal yaitu positif D weak pada kedua pemeriksaan.
Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan hasil persentase pemeriksaan D weak yang dilakukan. Karena hasil yang didapatkan tidak memiliki hasil yang dominan dalam salah satu jenis kelamin.
Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara golongan darah yang dominan positif dalam hasil persentase pemeriksaan D weak yang dilakukan. Karena hasil yang didapatkan tidak memiliki hasil yang domian dalam salah satu golongan darah. Pada penelitian ini rentang usia sampel dibagi dalam 5 kelompok, sampel terbanyak pada rentang usia 25 - 44 tahun. Sampel dengan kategori usia paling sedikit yaitu pada usia 17 tahun dan usia lebih dari 65 tahun dengan persentase sampel 0%. Terdapat 2 sampel yang tidak diketahui rentang umurnya, hal itu dapat terjadi karena individu yang tidak memberikan informasi yang lengkap pada saat pengisian data informasi individu. Sampel yang memiliki hasil positif D weak terdapat pada rentang umur 25 - 44 tahun.
31
Pentingnya pemeriksaan D weak pada pemeriksaan serologi untuk membuat petugas memberikan darah yang sesuai dan cocok sehingga dapat menjadi suatu terapi dan suatu upaya penyelamatan kepada pasien yang membutuhkan komponen darah.
Untuk lebih meyakinkan pemeriksaan D weak pada sampel individu rhesus negatif dapat dilakukan pemeriksaan tambahan dengan melakukan pemeriksaan D weak dengan melakukan typing menggunakan antisera D weak. Hal tersebut tidak dapat dilakukan karena sampel akan rusak dalam beberapa hari saja. Maka dari itu proses penelitian ini berakhir setelah pemeriksaan D weak dilakukan kembali secara duplo menggunakan alat otomatic yang dipakai sebelumnya.
B. Ditemukannya Hasil Positif D Lemah (D Weak) Pada Range Umur 25 – 44 Tahun