BAB III METODE PENELITIAN
D. Teknik Pengumpulan Data
3. Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif, dokumen adalah bahan tertulis atau film yang dapat digunakan untuk mendukung bukti penelitian, menurut Guba dan Lincoln dalam Farida Nugrahani. Tujuan penggunaan dokumen sebagai sumber data dalam penelitian adalah untuk mendukung dan menyumbangkan bukti.45 Adapun data yang akan diperoleh dari bahan dokumen adalah:
a. Sejarah industri kecil kerajinan sapu
b. Struktur Organisasi industri kecil kerajinan sapu c. Visi dan Misi industri kecil kerajinan sapu
d. Dokumen lain yang relevan diperoleh dari berbagai sumber yang dilakukan validitasnya dalam memperkuat analisis objek pembahasan.
E. Analisis Data
Analisis data, menurut Sugiyono, adalah tindakan meneliti dan menggabungkan secara cermat data yang dikumpulkan dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan mengelompokkan data ke dalam kategori, menguraikannya ke dalam unit-unit, mensintesis, menyusun menjadi pola, dan memilih nama. Menurut Sugiyono, tindakan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai data menjadi jenuh, seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Kegiatan analisis data meliputi:
45Nugrahani, Metode, 109.
31
1. Data Reduction/Reduksi Data
Mereduksi data memerlukan meringkas, memilih elemen yang paling penting, memfokuskan pada elemen tersebut, mencari tema dan pola, dan menghilangkan yang tidak diperlukan. Tujuan dari reduksi data adalah untuk membuat data yang diperoleh selama panggilan data lapangan sesederhana mungkin. Akibatnya, dalam contoh ini, peneliti menyederhanakan data dan membuang informasi yang tidak relevan dengan penelitian. Oleh karena itu, tujuan penelitian tidak hanya untuk menyederhanakan data, tetapi juga untuk menjamin bahwa data yang diolah adalah data yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian.46
Selama di lokasi penelitian, peneliti akan mengumpulkan data observasi dan melakukan wawancara dengan berbagai sumber, antara lain pemilik perusahaan kerajinan sapu, para pekerja, dan perangkat desa Sumber Dumpyong, Kecamatan Pakem. Ini juga menguraikan temuan pengamatan dan dokumen yang berkaitan dengan masalah utama penelitian. Karena banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada informan, maka data dari beberapa sumber tersebut akan dipilah-pilah sesuai dengan apa yang ingin peneliti fokuskan pada masalah dalam penelitian.
Tujuannya untuk memudahkan peneliti untuk sampai ke akar permasalahan.
46 Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), 122-123.
2. Data Dsiplay/Penyajian Data
Penyajian data menurut Miles dan Huberman dalam Sandu Siyoto, adalah kumpulan informasi yang sistematis yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Tahap ini dicapai dengan memberikan satu set terorganisir data dari mana kesimpulan dapat ditarik. Hal ini dilakukan karena data yang dikumpulkan selama penelitian kualitatif seringkali berbentuk cerita, yang membutuhkan kesederhanaan tanpa menurunkan pengeluaran.47
Dengan gaya penulisan naratif, peneliti akan memberikan ringkasan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan semua sumber, dan dokumentasi di Industri Kecil Kerajinan Sapu.
3. Conclusion Drawing/Verifikasi Data
Proses analisis data diakhiri dengan langkah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Peneliti menawarkan temuan berdasarkan data yang dikumpulkan di bagian ini. Game ini dirancang untuk membantu Anda menguraikan pentingnya data yang telah Anda kumpulkan dengan mencari koneksi, persamaan, dan kontras. Kesesuaian komentar subjek penelitian dengan makna yang terkandung dalam gagasan inti penelitian dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.48
Dengan demikian, hasil penelitian kualitatif mungkin dapat atau tidak dapat menjawab rumusan masalah yang dibuat di awal, karena seperti yang telah dikatakan sebelumnya, rumusan masalah dan masalah dalam
47Ibid., 123.
48Ibid., 124.
33
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian dilakukan di lapangan. Peneliti akan menyimpulkan kesimpulan akhir penelitian berupa tampilan data pada langkah terakhir proses.
Diperkirakan bahwa tampilan data saat ini kurang dapat diandalkan karena banyaknya data yang diperoleh melalui observasi lapangan, dokumentasi, dan terutama wawancara dengan informan.
F. Keabsahan Data
Secara umum data harus memenuhi standar validitas (validitas) dan reliabilitas (reliabilitas), menurut Subroto dalam Sandu Siyoto. (kredibilitas).
Tingkat kebenaran dan tingkat kepercayaan terhadap data penelitian harus dipenuhi. Pendekatan keabsahan verifikasi data pada hakikatnya merupakan teknik yang harus digunakan untuk menunjukkan bahwa data yang diperoleh terjadi secara alami dan luas..49
Keabsahan data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan pendekatan triangulasi sumber, yaitu suatu teknik untuk menentukan keabsahan data dengan membandingkan data yang diterima dari banyak sumber. Data dari tiga sumber terpisah dideskripsikan, diklasifikasikan, dan mana sudut pandangnya sama, mana yang berbeda, dan mana yang unik. Data yang telah peneliti evaluasi untuk sampai pada suatu kesimpulan selanjutnya diperiksa persetujuannya (member check) dengan beberapa sumber data tersebut.50
49Siyoto, DasarMetodologi, 213.
50Sugiyono, Metode, 274.
G. Tahap-Tahap Penelitian
Beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya:
1. Tahap Pra Lapangan
Sebelum terjun ke lapangan, peneliti mencari gambaran masalah, latar belakang informasi, dan referensi yang berkaitan dengan subjek pada tahap pra-lapangan. Para peneliti telah menyusun daftar masalah yang mempengaruhi bisnis kerajinan sapu kecil. Para peneliti mengidentifikasi tahapan berikut:
a. Menyusun pelaksanaan penelitian.
b. Memilih lokasi penelitian.
c. Mengurus surat perizinan penelitian.
d. Memilih dan memanfaatkan informasi.
e. Mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan penelitian.51 2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti turun ke lapangan untuk mengamati, memantau, dan mengevaluasi lokasi penelitian Industri Kecil Kerajinan Sapu di Pasar Sumber Dumpyong Kecamatan Pakem. Peneliti memulai dengan memasuki objek penelitian dan mencari serta mengumpulkan data dengan menggunakan alat bantu yang ditawarkan, antara lain menulis, mencatat, dan mendokumentasikan. Informasi yang diperoleh dari data
51 Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 33.
35
akan segera dianalisis untuk mempelajari lebih lanjut tentang topik penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Sepanjang tahap ini, peneliti menggunakan pendekatan menilai data yang dikumpulkan selama penelitian saat masih di lapangan. Peneliti melihat berbagai data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Pada titik ini, peneliti membandingkan bukti yang dikumpulkan di lapangan dengan hipotesis yang telah dipilihnya. Analisis data dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:
a. Reduksi data
Data yang telah direduksi akan menyajikan gambaran yang lebih jelas, sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data tambahan dan menemukannya pada saat dibutuhkan.
b. Penyajian data
Dengan menyajikan data, akan lebih mudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan pekerjaan di masadepan berdasarkan apa yang telah dipelajari.
c. Menarik kesimpulan.
Verifikasi atau penarikan kesimpulan, memberikan kesimpulan atas hasil analisis data yang telah ditemukan di lapangan.
36 BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Sumber Dumpyong Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso
Kecamatan Pakem merupakan salah satu dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bondowoso, terletak sekitar 18 kilometer sebelah barat ibu kota kabupaten. Kecamatan Pakem terletak pada 70 52' Lintang Selatan dan 1130 45' Bujur Timur, serta terletak pada ketinggian 450 - 1100 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Wringin berbatasan dengan bagian utara Kabupaten Pakem. Kabupaten Sumber Malang berbatasan dengannya di sebelah barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Curahdami, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Binaka.
Lahan Sawah meliputi 1.443 ha di Kabupaten Pakem, yang memiliki luas total 7.266,00 ha. Tanah Tegal/Taman seluas 1.578 hektar. 3.900,79 hektar hutan negara 306,97 hektar bangunan dan pekarangan dan Tanah Kering lainnya 37,24 ha. Wilayah Kec.
Pakem terdiri dari delapan desa, empat puluh tujuh dusun, empat puluh lima unit masyarakat, dan seratus dua puluh delapan unit lingkungan. Ketinggian rata-rata di atas permukaan laut sekitar 450 meter.
Industri pertanian, khususnya tanaman pangan, merupakan sumber pendapatan utama bagi sebagian besar penduduk Pakem, terlihat dari
37
7.413 orang yang bekerja di bidang pertanian dari 16.679 orang yang berusia 15 hingga 65 tahun.
2. Letak Geografis Desa Sumber Dumpyong Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk/Dusun, Rukun Warga dan Rukun Tetangga Menurut Desa Tahun 2021
Wil. Adminitrasi Kecamatan Pakem
No Desa Luas Wil.
(km²) Dusun Rukun warga
Rukun Tetang ga
1 Andungsari 25,40 4 4 15
2 Kupang 17,17 7 7 27
3 Ardisaeng 9,16 5 5 12
4 Sumber
Dumpyong 4,79 4 4 9
5 Gadingsari 4,36 9 9 23
6 Pakem 3,67 7 7 13
7 Patemon 4,17 6 4 15
8 Petung 3,94 5 5 14
Jumlah 72,66 47 45 128
Sumber : Kantor Kecamatan Pakem
Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwasa Kecamatan Pakem memiliki luas 72,66 km2 yang terbagi atas delapan desa, 47 dusun, 45 RW, dan 128 RT. Karena termasuk dalam kawasan hutan negara maka pemukiman terbesar adalah Desa Andungsari yang memiliki luas 25,40 km2, sedangkan desa terkecil adalah Desa Pakem yang memiliki luas 3,67 km2. Desa Kupang dan Gadingsari memiliki jumlah Dusun, RW, dan RT terbanyak, masing-masing di Desa Kupang sebanyak 7 Dusun, 7 RW, dan
27 RT serta 9 Dusun, 9 RW, dan 23 RT di Desa Gadingsari. Desa Sumber Dumpyong memiliki Dusun, RW, dan RT paling sedikit, yaitu 4 Dusun, 4 RW, dan 9 RT.
Gambar 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Pakem
3. Keadaan Penduduk Desa Sumber Dumpyong Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso
Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Desa Hasil Proyeksi Tahun 2021
No Desa Luas KM2 Jumlah
Penduduk
Kepadatan Penduduk jiwa/km2
1 Andungsari 25,40 2.475 97
2 Kupang 17,17 3.448 201
3 Ardisaeng 9,16 1.973 215
4 Sumber
Dumpyong 4,79 1.962 410
5 Gadingsari 4,36 4.130 947
6 Pakem 3,67 3.096 844
7 Patemon 4,17 2.027 486
8 Petung 3,94 2.459 624
Jumlah 72,66 21.570 297
Sumber : Badan Pusat Statistik
39
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio Per Desa Hasil Proyeksi Tahun 2021
Desa Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Andungsari 1.188 1.288 2.475
2 Kupang 1.638 1.810 3.448
3 Ardisaeng 947 1.026 1.973
4 Sumber
Dumpyong 933 1.029 1.962
5 Gadingsari 2.037 2.093 4.130
6 Pakem 1.499 1.597 3.096
7 Patemon 965 1.062 2.027
8 Petung 1.200 1.260 2.459
Jumlah 10.405 11.165 21.570
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kecamatan Pekem yang dikelola pemerintah Statistik Kependudukan Tahun 2021, proyeksi penduduk menunjukkan bahwa akan ada 21.570 orang, dengan 10.405 laki-laki dan 11.165 perempuan. Rata- rata Kepadatan Penduduk di wilayah Kabupaten Pakem adalah 297 jiwa per kilometer persegi, berdasarkan jumlah penduduk 21.570 jiwa dan luas wilayah 72,66 km2. Ini berarti 297 orang per kilometer persegi. Tingkat persebaran penduduk di suatu wilayah disebut kepadatan penduduk.
Jumlah KK di Kec. Pakem adalah 7.678. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata orang per rumah tangga di Kabupaten Pakem adalah tiga orang, artinya setiap rumah tangga rata-rata memiliki tiga orang.
Rasio jenis kelamin adalah proporsi penduduk laki-laki dan perempuan. Jika rasio jenis kelamin lebih besar dari 100, jumlah penduduk laki-laki melebihi jumlah penduduk perempuan; sebaliknya, jika rasio
jenis kelamin kurang dari 100, jumlah penduduk perempuan melebihi jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun 2014, rasio jenis kelamin di Kabupaten Pakem rata-rata 93, yang berarti setiap 100 perempuan terdapat 93 laki-laki.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Sex Ratio Hasil Registrasi Tahun 2021 Kel Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0 – 4 704 767 1.471
5 – 9 894 858 1.752
10-14 879 789 1.668
15 – 19 697 658 1.355
20 – 24 693 831 1.524
25 – 29 735 803 1.538
30 – 34 826 935 1.761
35 – 39 924 934 1.858
40 – 44 903 911 1.814
45 – 49 809 831 1.640
50 – 54 747 748 1.495
55 – 59 525 576 1.101
60 – 64 455 569 1.024
65 + 614 955 1.569
Jumlah 10.405 11.165 21.570
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Tabel Kelompok usia temuan Proyeksi 2021 dapat dijelaskan oleh fakta bahwa ini adalah kelompok usia terpadat. pada kelompok umur 35-39 yaitu terdapat pada jenis kelamin laki berjumlah 924. Pada jenis kelamin terdapat pada kelompok umur 65 + berjumlah 955. Selanjutnya pada jumlah total jumlah yang paling banyak pada umur 35-39 berjumlah 1.858. jika dibandingkan Jumlah tersebut terbagi rata antara laki-laki dan perempuan, dengan 11.165 di kelompok jenis kelamin
41
perempuan. Jika Anda mempertimbangkan totalnya, yaitu 21.570 pada kelompok jenis kelamin pria dan wanita, perbedaan di antara mereka hanya 760.
4. Mata Pencaharian Desa Sumber Dumpyong Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso.
Mata pencaharian seseorang atau sebagian besar anggota masyarakat adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mata pencaharian suatu masyarakat tidak sama dengan mata pencaharian masyarakat lainnya. dari hasil observasi sebagian besar mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan pakem yaitu bertani, dan sebagian kecil adalah kuli bangunan. Di sisi lain walaupun usaha kerajinan sapu ijuk sudah cukup berkembang, namun pekerjaan utama yang terdapat di Kecamatan Pakem khususnya desa Sumber dimpyong adalah bidang pertanian. Usaha yang lebih dominan di Desa Sumber Dumpyong adalah pertanian padi dan jagung.
B. Penyajian Data dan Analisis Data
Suatu penelitian harus didukung dengan penyajian temuan sebagai bentuk penguatan penelitian. karena data yang akan diteliti bersifat reflektif dan sejalan dengan analisis maka data yang akan dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumenter peneliti berupaya untuk mengekplorasi data sebanyak mungkin untuk mendapatkan data yang akurat. Data mengenai Strategi Pemasaran Sapu di Desa Sumber Dumpyong
Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso disajikan berdasarkan hasil penelitian. Dalam penyajian data berikut akan dijelaskan lebih lanjut.
1. Strategi Pemasaran Sapu di Desa Sumber Dumpyong Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada para pengrajin sapu ijuk di Sumber Dumpyong tidak memiliki rencana pemasaran yang mereka terapkan. Mereka mengakui bahwa operasi pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin sapu ijuk adalah hasil pemikiran mereka sendiri. Tanpa menjalani pelatihan lebih lanjut. Mereka hanya menggunakan metode pemasaran yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan masyarakat. Bahkan para pengrajin tidak sepenuhnya memahami rencana pemasaran. Yang mereka tahu hanyalah bagaimana meningkatkan penjualan dan memberikan banyak hasil. Namun, dalam praktiknya, para ahli telah menemukan bahwa apa yang dicapai oleh pengrajin sapu ijuk telah dimasukkan ke dalam pendekatan pemasaran yang kuat, menurut teori.
Hanya saja mereka tidak menyadarinya karena mereka tidak sepenuhnya memahami rencana pemasaran, seperti apa dan bagaimana cara kerjanya.
Strategi pemasaran adalah rencana yang direncanakan suatu perusahaan untuk melakukan kegiatan pemasaran, berdasarkan pengertian pemasaran yang diuraikan di atas. serta dapat memenuhi keinginan konsumen secara optimal. Adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh para pengarajin sapu ijuk antara lain :
43
a. Industri kecil Kerajinan Sapu Ijuk milik Bapak Suryadi
Industri kecil kerajinan sapu ijuk milik Bapak Suryadi telah berdiri sejak tahun 2000. Awal kali industri ini merupakan milik orang tuanya yang telah wafat dan digantikan oleh Bapak Suryadi dan berkembang hingga saat ini. Yang mana bapak suryadi melakukan pekerjaan ini tidak sendiri akan tetapi Bapak suryadi memiliki pekerja atau buruh borongan yaitu berjumlah 12 orang. Yang mana industri kecil kerajinan sapu ijuk milik Bapak Suryadi telah berhasil menyelesaikan empat tahap dalam pengembangan dan penerapan strategi pemasaran:
1) Mengidentifikasi dan mengevaluasi prospek.
“sebenarnya usaha industri kerajinan ini sudah tidak asing lagi bagi saya, karena usaha ini memang sebenarnya bukan milik saya, akan tetapi saya hanya melanjutkan usaha dari orang tua yang sudah meninggal. Akan tetapi, kadangkala meskipun itu merupakan usaha dari warisan orang tua tidak semua orang bisa mengembangkannya. Saya disini dapat mengembangkan industri kecil sapu ijuk ini karena melihat kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan salah satunya sapu ijuk yang selalu digunakan untuk membersihkan rumah atau yang lainnya. jadi saya fikir, sapu itu merupakan salah satu berang yang selalu dibutuhkan dan dicari oleh semua orang teruma ibu-ibu rumah tangga.”
Pada tahapan pertama Bapak Suryadi berhasil melakukannya. Hal tersebut dilihat dari bapak suryadi sendiri mendeteksi potensi komersial atau kebutuhan pasar untuk sapu ijuk guna membersihkan rumah dan tempat lainnya. maka dari itu
Bapak suryadi berhasil untuk meneruskan usaha industri kecil kerajinan spu ijuk milik orang tuanya.
2) Analisis segmen pasar dan pemilihan target pasar merupakan tahap kedua.
“saya terjun di dunia bisnis, memang tidak memahami tentang strategi pemasaran atau yang lainnya, karena saya dulunya tidak sekolah. Saya hanya memahami bagaimana segmen pasar semakin luas dan bagaimana caranya agar saya bisa memasuki psar-pasar baru sampai memperluas jejaring konsumen.”
Usaha kecil kerajinan sapu ijuk milik Pak Suryadi masih dalam tahap awal penentuan lokasi yang strategis. Karena rumahnya jauh dari keramaian, jalan raya, dan pasar. Di sisi lain, Pak Suryadi berhasil menetapkan target penjualan yang berbasis lingkungan masyarakat, bahkan yang dari luar daerah pun menjadi konsumen setia Pak Suryadi.
3) Langkah ketiga memerlukan pengembangan dan penerapan bauran pemasaran yang bernilai bagi klien dan selaras dengan tujuan organisasi. Sektor kecil sapu ijuk Pak Suryadi telah mengembangkan bauran pemasaran variabel produk, harga, dan lokasi, menurut temuan peneliti.
a) Produk (product)
“Ada dua metode untuk memproduksi ijuk sapu. Sapu rotan misalnya, harganya antara Rp. 15.000 dan Rp.
20.000. Sapu ijuk dengan batang bambu harganya antara Rp. 7.000 dan Rp. 10.000. Hanya teknik tenun yang membedakan kedua produk sapu ijuk tersebut.
Memproduksi sapu ijuk bukanlah sesuatu yang bisa
45
dilakukan semua orang, sehingga dibutuhkan kesabaran dan kemampuan khusus.”
Dari hasil wawancara peneliti dengan pengrajin sapu ijuk milik Bapak suryadi. Disini peneliti menemukan keunggulan pada produk yang dijual oleh Bapak Suryadi yaitu tidak hanya menjual jenis sapu ijuk dengan kualitas biasa dengan harga murah, akan tetapi Bapak Suryadi juga menyediakan jenis sapu ijuk yang mana batang sapunya menggunakan kayu rotan yang sangat kuat dan tidak mudah patah.
b) Harga (Price)
“soal harga yang jelas disini saya membuka untuk harga grosir dan harga ecer. Karena bagi saya seseorang yang berhasil itu dimulai dari hal yang terkecil. Maka dari itu saya menerima berapapun konsumen itu datang untuk membeli sapu ijuk disni.
Jadi bisa satuan ataupun grosir. Hanya saja saya membedakan antara keduanya. Terkait harga saya sudah menjelaskan sebelumnya.”
Hasil dari wawancara dengan pengrajin sapu ijuk milik Bapak suryadi. Disini peneliti menemukan hasil bahwa harga yang dipatok oleh Bapak suryadi Ini tidak jauh berbeda dari yang lain, tetapi sedikit lebih murah di bandingkan dengan pengrajin sapu ijuk lainnya.
c) Tempat (place)
“terkait dengan tempat sebenarnya dari dulu saya masih memiliki keinginan yang terpendam untuk bisa memiliki tempat khusus jualan sapu ijuk ditengah-tengah keramaian kota. Akan tetapi hal tersebut belum terujud, jadi hingga
sekarang kendala kami yaitu tempat yang hanya seadannya saja yaitu dirumah. Jadi semua konsumen yang sebagian besar yang membeli sapu dengan jumlah yang banyak kami siap mengantarnya hingga ke lokasi yang dituju oleh konsumen. Sebaliknya, jika terdapat konsumen yang membeli sapu ijuk hanya unyuk dipakai sendiri, kami juga tetap melayani. Karena bagi kami konsumen merupakan raya yang harus dilayani sebaik mungkin.”
Dari hasil wawancara oleh bapak Suryadi, bahwasanya kendala yang utama ditengah bisnisnya yang berjalan kurang lebih 20 tahunan. Bapak Suryadi masih tidak memiliki tempat untuk berjualan sapu ijuk, akan tetapi unggulnya, Bapak suryadi melayani konsumen dengan mengantar bapak (sapu ijuk) hingga kerumah atau ke tempat lokasi pemebeli tuju.
4) Menganalisis kinerja perusahaan merupakan tahap keempat.
Pembuat sapu ijuk Pak Suryadi telah berhasil mempraktekannya. Karena Pak Suryadi memberikan pengawasan dan evaluasi kinerja setiap hari kepada karyawannya. Salah satu karyawannya mengakui hal ini. Ibu nanik yang sudah bekerja selama 4 tahun di industri kecil sapu ijuk milik Bapak Suryadi ini.
”Saya salah satu karyawan dari Bapak suryadi sendiri yang pernah bahkan sering mendapat teguran karena kadangkala saya terlambat, kemudian pernah juga ditegur gara-gara kerapian cara membuat sapu ijuk, karena kalau tidak rapi dilihatnya saja kurang menarik kata bliau.”
Beliau mengakui pernah mendapat teguran terkait kedisiplinan dan kerapian dalam membuat/memproduksi sapu ijuk yang berkaitan dengan kualitas barang. Dari sini peneliti menemukan hasil bahwa di industri kecil kerajinan sapu ijuk milik
47
Bapak Suryadi telah menjalankantahapan keempat didalam strategi pemasaran yaitu menganalisis kinerja karyawannya.
Meskipun bapak suryadi tidak memahami dan tidak menyadari hal tersebut.
b. Industri kecil Kerajinan Sapu Ijuk milik Bapak sofyan hadi Industri kecil kerajinan sapu ijuk milik Bapak Sofyan Hadi ini telah berdiri sejak Tahun 2007. Berdirinya industri kecil kerajinan sapu ijuk ini karena Bapak sofyan Hadi terinspirasi oleh orang sekitar yang memiliki semangat untuk bekerja akan tetapi modal dan lainnya tidak memenuhi untuk membuka usaha industri tersebut. Maka dari itu, Bapak sofyan Hadi bergegas untuk membuka bisnis baru baginya, dan belajar mulai dari 0 tanggapnya. Disinilah Bapak Sofyan Hadi merupakan penduduk pendatang yang berasal dari Madura sumenep.
Yang saat ini menjalani usaha industri kecil yang memiliki jumlah karyawan 15 orang. Yang mana industri kecil kerajinan sapu ijuk milik Bapak Sofyan Hadi telah berhasil menyelesaikan tiga tahap dalam pengembangan dan implementasi strategi pemasaran:
1) Mengidentifikasi dan menilai prospek.
“Sebagai penduduk baru disini saya awalnya agak ragu untuk menjalani bisnis sapu ijuk ini, akan tetapi setelah saya melihat dan mengidentifikasi sekitar, saya fikir bisnis sapu ijuk ditempat pedalaman seperti ini lumayan banyak memberikan peluang bagi usaha saya. Maka dari situlah saya bernai menjalankan bisnis sapu ijuk hingga sekarang.
Hasil dari wawancara dengan Bapak Sofyan Hadi mengatakan bahwa menjalani bisnis industri keil kerajinan sapu
ijuk ini butuh keberanian karena kesempatan boleh datang dua kali, akan tetapi peluang belum tentu datang kedua kalinya. Maka dari itu, Bapak Sofyan Hadi ini telah menjalankan strategi tahapan pertama yaitu Mengidentifikasi dan menilai kemungkinan.
2) Analisis segmen pasar dan pemilihan target pasar merupakan tahap kedua
Usaha kecil kerajinan sapu ijuk milik Bapak Sofyan Hadi telah berhasil memantapkan dirinya di lokasi yang menguntungkan di dekat Jalan Raya. Daerah tersebut dipilih karena banyak orang yang lalu lalang dalam rutinitas sehari-hari, seperti menyekolahkan anak, berangkat kerja, dan lain sebagainya. Bapak Sofyan Hadi berpendapat bahwa lokasi tersebut sangat ideal untuk mendirikan pabrik sapu ijuk sederhana. Kemudian, untuk lingkungan sekitar, tentukan tujuan dan target penjualan. Akan tetapi disisi lain Bapak Sofyan Hadi juga telah berhasil untuk menjual produk sapu ijuk hingga keluar kota seperti madura, banyuwangi dan kota-kota lainnya.
3) Langkah ketiga memerlukan pengembangan dan penerapan bauran pemasaran yang bernilai bagi klien dan selaras dengan tujuan organisasi. Sektor kecil sapu ijuk Pak Sofyan Hadi telah mengembangkan bauran pemasaran variabel produk, harga, dan lokasi, menurut temuan peneliti.