ETOS KERJA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian etos kerja dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. Melalui risetasi, Anda harus mampu:
13.1. Memahami pengertian etos kerja .
13.2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya etos kerja.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 13.1:
Pengertian Etos Kerja
Dalam era globalisasi, persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa setiap orang untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu (Wills, 1993). Untuk dapat menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi, kerja keras dan kejujuran dalam bekerja. Menurut Anoraga (1992) manusia yang berhasil harus memiliki pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi manusia. Suatu pandangan dan sikap demikian dikenal dengan istilah Etos Kerja. Dewasa ini Etos Kerja merupakan topik yang kembali hangat.
Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah korupsi, ”jam karet”, asal kerja, semrawut dan predikat negatif lainnya. Berbeda dengan kondisi di negara Jepang, yang menjadikan kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari spiritualitas agama (Anoraga, 1992). Suatu opini untuk menggambarkan kondisi Etos Kerja bangsa kita saat ini dinyatakan oleh Muhtadi (2005) bahwa kondisi masyarakat kita kurang memiliki Etos Kerja. Secara khusus Muhtadi menyoroti kondisi perguruan tinggi dan sekolah di Indonesia. Sebagai lingkungan organisasi yang berfokus pada tujuan utama mendidik serta mengembangkan ilmu pengetahuan, perguruan- perguruan tinggi dan sekolah-sekolah sering ditemui sebagai organisasi yang kurang efektif dalam mencapai sasarannya karena kinerja individu-individu yang
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
5
terlibat didalamnya tidak didukung oleh Etos Kerja yang baik. Sepertinya Etos Kerja di Indonesia relatif masih belum tinggi. Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja ini, diperlukan adanya suatu sikap yang menilai tinggi pada kerja keras dan sungguhsungguh. Karena itu perlu ditemukan suatu dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap rakyat kita. Nilai-nilai sikap dan faktor motivasi yang baik menurut Anoraga (1992) bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam/terinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti
’tempat hidup’. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti ’teori kehidupan’, yang kemudian menjadi ’etika’. Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain ‘starting point', 'to appear', 'disposition' hingga disimpulkan sebagai 'character'. Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai ’sifat dasar’, ’pemunculan’ atau
’disposisi/watak’. Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya sebagai ’kompetensi moral’. Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini hingga
’keahlian’ dan ’pengetahuan’ tercakup didalamnya. Ia menyatakan bahwa etos hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara, tidak dengan apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara.
Disini terlihat bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera. Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai; guiding beliefs of a person, group or institution; etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi. A. S. Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learner’s Dictionary mendefinisikan etos sebagai; the characteristic spirit, moral values, ideas or beliefs of a group, community or culture;
karakteristik rohani, nilai-nilai moral, ide atau keyakinan suatu kelompok, komunitas, atau budaya. Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of English Language, etos diartikan dalam dua pemaknaan; 1) the disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a group that
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
6
distinguishes it from other peoples or group; fundamental values or spirit; mores;
disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang Hubungan Antara membedakannya dari orang atau kelompok lain; nilai atau jiwa yang mendasari; adat-istiadat. Makna berikutnya yaitu 2) The governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression, or the like;
Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk ekspresi, atau sejenisnya. Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara mendasar mempengaruhi kehidupan, menjadi prinsip-prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang sama.
Etos ialah sifat dasar atau karakter yang merupakan kebiasaan dan watak bangsa atau ras (Lewis Mulford Adams, et.al, 1965: 331). Sedangkan Koentjoroningrat (1980: 231) mengemukakan pandangannya bahwa etos merupakan watak khas yang tampak dari luar, terlihat oleh orang lain. Etos berasal dari kata Yunani, ethos, artinya ciri, sifat, atau kebiasaan, adat istiadat, atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang dimiliki seseorang, suatu kelompok orang atau bangsa.
Adapun kerja, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya: kegiatan melakukan sesuatu. EI-Qussy seorang pakar Ilmu Jiwa berkebangsaan Mesir dalam Dzakiyah Dradjat (1997: 100-101), menerangkan bahwa kegiatan atau perbuatan manusia ada dua jenis. Pertama, perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan mental, dan kedua tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja. Jenis pertama mempunyai ciri kepentingan, yaitu untuk mencapai maksud atau mewujudkan tujuan tertentu. Sedangkan jenis kedua adalah gerakan random (random movement) seperti terlihat pada gerakan bayi kecil yang tampak tidak beraturan, gerakan refleks dan gerakan-gerakan lain yang terjadi tanpa dorongan kehendak atau proses pemikiran. Kerja yang dimaksud di sini tentu saja kerja menurut arti yang pertama, yaitu kerja yang merupakan aktivitas sengaja, bermotif dan bertujuan. Pengertian kerja biasanya terikat dengan penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik bersifat materiil atau nonmateriil.
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
7
Etos Kerja, menurut Mochtar Buchori (1994: 6-7) dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja; ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa etos kerja merupakan bagian dari tata nilai individualnya. Demikian pula etos kerja suatu kelompok masyarakat atau bangsa, ia merupakan bagian darai tata nilai yang ada pada masyarakat atau bangsa itu. Jadi dapat kita tangkap maksud yang berujung pada pemahaman bahwa etos kerja merupakan karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadapnya. Dan dapat kita mengerti bahwa timbulnya kerja dalam konteks ini adalah karena termotivasi oleh sikap hidup mendasar itu. Etos kerja dapat berada pada individu dan masyarakat.
Tujuan Pembelajaran 13.2:
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Etos Kerja
Terbentuknya Etos Kerja
Salah satu karakteristik yang melekat pada etos kerja manusia, ia merupakan pancaran dari sikap hidup mendasar pemiliknya terhadap kerja. Menurut Sardar (2002: 45), nilai-nilai adalah serupa dengan konsep dan cita-cita yang menggerakkan perilaku individu dan masyarakat. Seirama dengan itu Nuwair juga menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang diarahkan dan terpengaruh oleh keyakinan yang mengikatnya. Salah atau benar, keyakinan tersebut niscaya mewarnai perilaku orang bersangkutan. Dalam konteks ini selain dorongan kebutuhan, dan aktualisasi diri, nilai-nilai yang dianut, keyakinan atau ajaran agama tentu dapat pula menjadi sesuatu yang berperan dalam proses terbentuknya sikap hidup mendasar ini. Berarti kemunculan etos kerja manusia didorong oleh sikap hidup sebagai tersebut di atas baik disertai kesadaran yang mantap maupun kurang mantap. Sikap hidup yang mendasar itu menjadi sumber motivasi yang membentuk karakter, kebiasaan atau budaya kerja tertentu.
Dikarenakan latar belakang keyakinan dan motivasi berlainan, maka cara terbentuknya etos kerja yang tidak bersangkut paut dengan agama (non agama) dengan sendirinya mengandung perbedaan dengan cara terbentuknya etos kerja
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
8
yang berbasis ajaran agama, dalam hal ini etos kerja islami. Tentang bagaimana etos kerja dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, kenyataannya bukan sesuatu yang mudah. Sebab, realitas kehidupan manusia bersifat dinamis, majemuk, berubah-ubah, dan antara satu orang dengan lainnya punya latar belakang, kondisi sosial dan lingkungan yang berbeda. Perubahan sosial-ekonomi seseorang dalam hal ini juga dapat mempengaruhi etos kerjanya. Di samping terpengaruh oleh faktor ekstern yang amat beraneka ragam, meliputi faktor fisik, lingkungan, pendidikan dan latihan, ekonomi dan imbalan, ternyata ia juga sangat dipengaruhi oleh faktor intern bersifat psikis yang begitu dinamis dan sebagian di antaranya merupakan dorongan alamiah seperti basic needs dengan berbagai hambatannya. Ringkasnya, etos kerja seseorang tidak terbentuk oleh hanya satu dua variabel. Proses terbentuknya etos kerja (termasuk etos kerja islami), seiring dengan kompleksitas manusia yang bersifat kodrati, melibatkan kondisi, prakondisi dan faktor-faktor yang banyak: fisik biologis, mental-psikis, sosio kultural dan mungkin spiritual transendental. Jadi, etos kerja bersifat kompleks serta dinamis.
Untuk memberikan keterangan lebih jelas bagaimana etos kerja manusia terbentuk, baik yang tanpa keterlibatan agama maupun yang bersifat islami secara sederhana (tanpa menyertakan faktor-faktor yang mempengaruhi) dapat digambarkan sebagai berikut :
Akal dan/atau pandangan hidup/nilai-nilai yang diyakini Sikap hidup mendasar terhadap kerja Etos Kerja
Gambar 1. Paradigma terbentuknya etos non-agama (tanpa keterlibatan agama).
Etos kerja di sini terpancar dari sikap hidup mendasar terhadap kerja. Sikap hidup mendasar itu terbentuk oleh pemahaman akal dan/atau pandangan hidup atau nilai-nilai yang dianut (di luar nilai-nilai agama) (Ahmad Janan Asifudin: 2004:
31).
Wahyu akal Sistem keimanan/aqidah Islam berkenaan dengan kerja Etos Kerja islami
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
9
Gambar 2. Paradigma terbentuknya etos kerja islami. Etos kerja islami terpancar dari sistem keimanan/aqidah Islam berkenaan dengan kerja. Aqidah itu terbentuk oleh ajaran wahyu dan akal yang bekerjasama secara proporsional menurut fungsi masing-masing (Ahmad Janan Asifudin: 2004: 32).
Dua gambar di atas menerangkan bagaimana etos kerja non agama (gambar 1) dan etos kerja islami (gambar 2) terbentuk secara garis besar tanpa menyertakan persoalan atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, seperti yang mendorong, menghambat atau menggagalkannya. Ternyata etos kerja itu bukan sesuatu yang didominasi oleh urusan fisik lahiriah. Etos kerja merupakan buah atau pancaran dari dinamika kejiwaan pemiliknya atau sikap batin orang itu. Membayangkan etos kerja tinggi tanpa kondisi psikologis yang mendorongnya mirip dengan membayangkan etos kerja robot atau makhluk tanpa jiwa. Dalam konteks ini, tentu bukan etos kerja demikian yang dikehendaki. Lebih dari itu perlu dijadikan catatan penting bahwa manusia adalah makhluk biologis, sosial, intelektual, spiritual dan pencari Tuhan (Prajudi Atmosudirdjo, 1997: 32). Ia berjiwa dinamis.
Oleh karena itu, manusia dalam hidupnya termasuk dalam kehidupan kerjanya sering mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari pengaruh faktor-faktor tertentu, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang bersifat internal timbul dari faktor psikis misalnya dari dorongan kebutuhan, frustrasi, suka atau tidak suka, persepsi, emosi, kemalasan, dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat eksternal, datangnya dari luar seperti faktor fisik, lingkungan alam, pergaulan, budaya, pendidikan, pengalaman dan latihan, keadaan politik, ekonomi, imbalan kerja, serta janji dan ancaman yang bersumber dari ajaran agama. Kesehatan pun memainkan peranan amat penting.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Faktor-faktor yang potensial mempengaruhi proses terbentuknya etos kerja selain banyak, tidak jarang dilatarbelakangi oleh kausalitas plural yang kompleks hingga memunculkan berbagai kemungkinan. Maka, tidak aneh kalau sejumlah pakar lalu menampilkan teori bertolak dari tinjauan tertentu yang berbeda antara satu dengan lainnya. Dapat ditambahkan kiranya teori iklim yang dikemukakan oleh sejumlah
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
10
pakar ilmu sosial. Mereka berpendapat iklim berpengaruh terhadap etos kerja penduduk. Negara yang berlokasi di daerah subtropik mempunyai iklim yang merangsang warganya untuk bekerja lebih giat. Sebaliknya negara-negara yang terletak di sekitar khatulistiwa, karena iklimnya panas, menyebabkan warga negaranya kurang giat bekerja dan lebih cepat lelah. David C. McClelland menyatakan teori ini mengandung banyak kelemahan. Teori ini tidak mampu menjelaskan mengapa negara-negara yang iklimnya relatif tidak berbeda, ternyata pertumbuhan ekonominya berbeda. Kalau kita analisis lebih cermat, pendapat Miller dan Form, mungkin mengandung kebenaran meskipun tidak seluruhnya.
Apa yang dikemukakan oleh McClelland juga serupa itu. Karena faktor-faktor yang melatarbelakangi manusia giat bekerja atau sebaliknya, hakikatnya tidak terbatas pada hanya satu, dua, atau tiga faktor. Demikian pula berkenaan dengan teori-teori lain yang menonjolkan faktor ras, penyebaran budaya, dan sebagainya. Masing-masing tidak ada yang menjadi satu-satunya faktor penyebab, tetapi sangat mungkin masing-masing ikut memberikan pengaruh dan ikut berperan dalam terbentuknya etos kerja.
Manusia memang makhluk yang sangat kompleks. Ia memiliki rasa suka, benci, marah, gembira, sedih, berani, takut, dan lain-lain. Ia juga mempunyai kebutuhan, kemauan, cita-cita, dan angan-angan. Manusia mempunyai dorongan hidup tertentu, pikiran dan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan sikap dan pendirian. Selain itu, ia mempunyai lingkungan pergaulan di rumah atau tempat kerjanya. Realitas sebagaimana tersebut di atas tentu mempengaruhi dinamika kerjanya secara langsung atau tidak. Sebagai misal rasa benci yang terdapat pada seorang pekerja, ketidak cocokan terhadap atasan atau teman satu tim, keadaan seperti itu sangat mungkin untuk menimbulkan dampak negatif pada semangat, konsentrasi, dan stabilitas kerja orang bersangkutan. Sebaliknya, rasa suka pada pekerjaan, kehidupan keluarga yang harmonis, keadaan sosio-kultural, sosial ekonomi dan kesehatan yang baik, akan sangat mendukung kegairahan dan aktivitas kerja. Orang yang bekerja sesuai dengan bidang dan cita-cita dibandingkan dengan orang yang bekerja di luar bidang dan diluar kehendak mereka, niscaya tidak sama dalam antusias dan ketekunan kerja masing- masing. Sejumlah pakar psikologi menyatakan, perilaku adalah interaksi antara
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
11
faktor kepribadian manusia dengan faktor2 yang ada di luar dirinya (faktor lingkungan).
Motivasi yang berperan dalam proses terbentuknya etos kerja ternyata tidak tunggal, melainkan lebih dari satu bahkan bisa banyak dan saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Jadi, ia bersifat kompleks dan dinamis.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam proses itu jelas tidak sedikit meliputi faktor dalam dan faktor luar. Sistem pemahaman keimanan atau aqidah islami juga termasuk menjadi landasan yang sangat penting.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Setelah mempelajari Etos Kerja dalam ilmu psikologi di atas, coba uraikan secara jelas faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi timbulnya etos kerja pada seseorang?
2. Jepang dikenal memiliki etpos kerja dengan istilah “etos kerja samurai”, kemudian Jerman dan Negara –negara lain di Eropa juga memiliki etos kerja yang tinggi pula. Sebaliknya bangsa Indonesia adalah negara yang kaya dan merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Namun pada Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin meningkat, dan banyak anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Menurut Anda, etos kerja seperti apakah yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia sekarang ini?
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
12 D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adams, Mulford, Lewis, 1965, Websters World University Dictionary, (Washington DC: Publishers Company Inc)
Al-Ma’had al-Islamiy lil-Fikril-Islamiy, 1986, Silsilah Islamiyyatil Ma’rif’ah, Islamiyyatul ma’rifah al-Mabadi’ al-’Ammah, Khittatul-’Amal al- Injazat, (Washington D.C: International Institute of Islamic Thought) Ancok, Djamaludin, 1995, Nuansa Psikologi Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar)
Asy’arie, Musa, Islam, etos Kerja
Atmosudirdjo, Prajudi, 1982, Pengambilan Keputusan, Cet. ke-6, (Jakarta: Ghalia Indah,)
Aziz, El-Qussy,Abdul, 1974, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Terj. Dr.
Zakiah Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintang)
Buchori, Mochtar, 1994, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta. IKIP Muhammadiyah Press,)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,)
Koentjoroningrat, 1980, Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Ekoxwmi, (Jakarta: LIPI,)
Rahman, Fazlur, 1980, Major Themes of The Quran, (Chicago: Bibliotheca Islamica)
Sutrisno, 2008, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Cet. Ke-II, (Yogyakarta;
Kota Kembang)
Sardar, Ziauddin, 1993, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Penerbit Mizan,)
Satar, Nuwair, Abdus, 1488 H, al-Waqt Huwal Hayat Dirasah Manhajiyyah lit Ifadah min Awqat il-’Umr, Cet. ke -3, (Qatar: Darus Saqafah,)
Sarsono, 1998 , Perbedaan Nilai Kerja Generasi Muda Terpelajar Jawa dan Cina”, Disertasi Psikologi UGM, (Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Psikologi UGM,)
Eddy Agussalim Mokodompit, “Etos Kerja”
Sarwono, Wirawan, Sarlito, 1976, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang.
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
1
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Identitas Mata Kuliah
Program Studi : Teknik Industri
Mata Kuliah / Kode : Psikologi Industri / TIND.C. 20
Jumlah SKS : 2 SKS
Prasyarat : --
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah psikologi industri membahas tentang pengertian psikologi, industri, psikologi industri, persepsi dan paradigma, Emosi dan kecerdasan emosi, stress kerja, kondisi kerja dan Psikologi kerekayasaan, Kelompok kerja & Organisasi, perubahan organisasi dalam dinamika organisasi, perilaku organisasi, budaya organisasi, Assessment Budaya Organisasi, Motivasi kerja, kepuasan kerja, Etos kerja dan evaluasi kinerja.
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami peran Psikologi dalam Industri dan organisasi, sehingga mahasiswa dapat mengenali kondisi organisasi, mengelola emosi dan stres kerja, memotivasi diri dalam bekerja agar lebih produktif dengan menginternalisasi nilai-nilai budaya yang disepakati
Penyusun : Khairunnisa, S.Psi., M.Si
Ketua Program Studi Ketua Team Teaching
Ir. Dadang Kurnia, M.M Khairunnisa, S.Psi., M.Si
NIDN. 0408085402 NIDN. 0428068402
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang
2
Kata Pengantar
Setiap mahasiswa Program Studi S1 Teknik Industri perlu mempelajari konsep Psikologi Industri dan Organisasi di tempat kerja, sebab lulusan teknik industri diharapkan dapat mengetahui ruang lingkup Psikologi Industri dan Organisasi di tempat kerja agar dapat beradaptasi secara produktif.
Mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi mempelajari tentang pengertian psikologi, industri, psikologi industri, persepsi dan paradigma, Emosi dan kecerdasan emosi, stress kerja, kondisi kerja dan Psikologi kerekayasaan, Kelompok kerja & Organisasi, perubahan organisasi dalam dinamika organisasi, perilaku organisasi, budaya organisasi, Assessment Budaya Organisasi, Motivasi kerja, kepuasan kerja, Etos kerja dan evaluasi kinerja. Buku Ajar ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari materi mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi.
Tangerang Selatan, 03 Agustus 2016 Tim Penyusun
S1 Teknik Industri Universitas Pamulang