BAB I PENDAHULUAN
A. Tinjauan Kecerdasan Emosional
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengruhi pola kepribadian dan pola tingka lakunya.
d. Rana Psikomotorik
Meliputi keterampilan motorik benda-benda kordinasi menghubungkan, mengamati. Tipe hasil belajar kognitif lebi menonjol daripada afektif dan psikomotorik namun hasil belajar psikomotorik dan afektif ini juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian pembelajaran disekolah.
a. Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalal diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan).
Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Alderfer (2004 : 42) adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
b. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif .
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian.
Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
c. Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan
bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.
2. Faktor Jasmaniah a) Faktor kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
b)Cacat tubuh
Keadaan tubuh yang cacat juga mempengaruhi proses belajar siswa. Jika hal ini terjadi, hendaknya dia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh ketidak normalan fisik yang dimiliki.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada keberhasilan belajar dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masarakat.
1. Faktor Keluarga
Dalam Islam orangtua bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan anak sesuai dengan fitrahnya,yaitu keimanan kepada Allah Swt. Anak juga merupakan ujian bagi
setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :
ْآََُ٘ي ۡعٱَٗ
ََُّأَٗ ٞتَْۡخِف ٌُۡمُدََٰى َۡٗأَٗ ٌُۡنُى ََٰ٘ ٍَۡأ ٓاََََّّأ ََّللَّٱ
َُٓدِْع ٓۥ ٌٞيِظَع ٌس ۡجَأ ٣٨
Terjemahnya:
”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” (Kementrian Agama RI 2012:177).
َسَش ۡعََََٰي ِِِّجۡىٱ
ِطِّ ۡلۡٱ َٗ
ُِِإ ٌُۡخ ۡعَطَخ ۡظٱ ِزاَطۡقَأ ٍِِۡ ْاُٗرُفَْح َُأ
ِث ََٰ٘ ََََّٰعىٱ ِض ۡزَ ۡلَٱ َٗ
َف ًْۚاُٗرُفّٱ ََِٰٖطۡيُعِب َّلَِإ َُُٗرُفَْح َلَ
٤٤
Terjemahnya:
Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan
Karnanya orangtua harus benar-benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah Swt. Untuk di didik dengan menjadikan ilmu sebagai kekuatan dalam mengikuti ajaran Islam agar orangtua memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.
Ainurrohman (2009:221) Siswa yang belajar akan menerima pengaruh daari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaaan ekonomi keluarga.
a.) Komitmen anggota keluarga dalam mendidik anak
komitmen yang terpenting antara angota keluarga adalah komitmen orang tua dengan anaknya, selain itu komitmen anak dengan saudaranya, atau anggota keluarga yang lainpun sangat turut mempengaruhi cara belajar anak.
Dengan komitmen yang demikian maka orang tua memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan atau belajar sianak.
Sutjibto Wirowidjojo (2005, h.12) pernyataannya yang menyatakan bahwa : keluarga adalah lembaga pendidik yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil. Tapi bersipat menentukan dalam pendidikan dengan ukuran besar yaitu pendidikan negara, bangsa dan dunia.
b.) Kondisi ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan cara belajar anak. Karena anak yang sedang belajar selain memenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar seperti buku, kursi, meja dan lain-lain. Fasilitas seperti itu dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Dengan fasilitas belajar yang memadai dalam keluarga maka anak akan merasa tenang dan dapat belajar dengan baik.
2 .Faktor sosial sekolah
keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode
pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas perlengkapan disekolah, keadaan ruangan dan sebagainya. Semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
3. Faktor sosial masyarakat
Seorang siswa hendaknya mampu memilah linkunga masyarakat yg dapat menunjang keberhasilan belajar, masyarakat merupakan faktor eksternal yg juga berpengaruh terhadap belajar siswa karna keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasila belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan non formal, seperti kursus bahasa asing dan lain-lain.
4. Faktor nonsosial
Beberapa faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi proses belajar menurut Suryabrata (2010:233) adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempatnya (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut sebagai alat pelajaran).
Keadaan-keadaan seperti yang dikemukan diatas akan mempengaruhi suasana belajar siswa, sehingga konsentrasi dalam memperhatikan materi dapat terganggu yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.
3.Kurikulum Pendidikan Agama Islam a. Pengertian kurikulum Agama Islam
Muhaimin (2005:59) menyebutkankurikulum berasal dari bahasa yunani yg sebelumnya digunakan dalam bidang olahraga, currere yg berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus di tempuh dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finis.
Pengertian ini kemudian deterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang atau jalan yang terang yang dilalui manusia pada bidang kehidupannya.
Secara umum kurikulum dapat dipandang sebagai
“suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”.
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan maka dia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak.
QS. Lukman ayat 12 dijelaskan pentingnya pendidikan untuk membimbing anak melalui ajaran islam yang berbunyi :