• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam dokumen KONDISI AWAL (Halaman 30-46)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar sebagai suatu proses atau suatu aktivitas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum terdiri dari faktor internal (faktor berasal dari dalam diri subjek belajar) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri subjek belajar).

Menurut Sardiman A.M (Haling, 2006: 10) belajar sebagai suatu proses interaksi lebih menitikberatkan pada soal motivasi dan pembicaraan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar lebih ditekankan pada faktor internal. Faktor internal tersebut adalah faktor-faktor psikologis dan faktor fisiologi. Kehadiran kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar.

Thomas F. Statom (Haling, 2006: 29) menguraikan enam faktor psikologis tersebut yang terdiri atas:

1. Motivasi, seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: 1) mengetahui apa yang akan dipelajari, 2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi kegiatan belajar untuk berhasil.

2. Konsentrasi, dimaksudkan memusatkan perhatian pada situasi belajar. Untuk motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan

perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga pebelajar itu bertindak atau melakukannya.

Belajar harus aktif, sekadarnya apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca inderanya secara optimal.Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian.

Tujuan mempelajari IPS di Indonesia untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang murid untuk menolong memecahkan masalah-masalah baru atau pengalaman baru.

Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong murid mengembangkan filsafat hidupnya.

6. Hakikat Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pencarian formula dan pendekatan dalam proses pembelajaran yang sesuai dan tepat dalam rangka untuk mengembangkan potensi peserta didik sudah sejak lama dilakukan. Terjadinya perubahan dan pergantian kurikulum pendidikan yang

dilakukan pemerintah adalah salah satu usaha mencari formula tersebut. Di sisi lain, banyaknya kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar merupakan indikasi kea rah pencarian pendekatan yang sesuai dan tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan murid. Suatu pendekatan yang tidak hanya menekankan pada penghapalan dan penguasaan informasi belaka, namun yang lebih ditekankan adalah pemahaman murid terhadap pengetahuan yang berupa konsep sehingga pemahamannya tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata mereka. Dan inilah salah satu inti dalam strategi pembelajaran berbasis masalah.

Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi murid untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. (Rusman, 2012:230).

Pada sterategi pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil murid bekerjasama memecahkan suatu masalah yang disepakati oleh murid dan guru.

Ketika guru sedang menerapkan pendekatan tersebut, seringkali murid menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Strategi pembelajaran Berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme.

Pada pendekatan ini pembelajaran dimulai menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama di antara murid-murid. Dalam pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah ini guru memandu murid menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan dan guru mengarahkan murid untuk menggunakan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya masalah-masalah yang dihadapi dapat diselesaikan.

Adapun karakteristik pendekatan berbasis masalah yaitu sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah

2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain (interdisciplinary focus) 3. Menyelidiki masalah autenti

4. Memamerkan hasil kerja 5. Kolaborasi

Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada umumnya pendidikan dimulai dengan adanya ketertarikan dengan masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah, dan penggunaan berbagai dimensi berpikir.

7. Langkah-Langkah Pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah Dalam Proses Pembelajaran

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dikembangkan untuk membantu murid mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, keterampilan intelektual, dan menjadikan murid mampu belajar secara mandiri. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa cara menerapkan pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran. Secara umum

penerapan model ini dengan adanya masalah yang harus dipecahakan atau dicari pemecahannya oleh murid. Masalah tersebut dapat berasal dari murid atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Murid/mahasiswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, murid belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.

Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian murid belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada murid.

Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan Pannen (Suryosubroto, 2009:23), yaitu: (1) mengidentifikasi masalah (2) mengumpulkan data. (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan masalah, (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Lebih lanjut Arends (Suryosubroto, 2009:25), merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimpletasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan berikut ini:

1. Mengorientasikan pebelajar pada masalah

Pada awal pemebalajaran PBL, pebelajar terlebih dahulu menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Selanjutnya pebelajar melaukan orientasi masalah hingga masalah muncul atau ditemukan sendiri oleh pebelajar

2. Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok berdasar masalah yakni pebelajaran dibentuk bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika perbedaan kelompok diperlukan, pembelajar dapat membuat tanda kelompok.

3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Pada tahap ini pembelajar mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan actual sampai mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalahan.

4. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Tahap akhir pemebalajaran berdasar masalah meliputi bantuan pada pebelajar menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegiatan dan keterampilan intektual yang mereka gunakan di dalam pencapaiabn hasil pemecahan masalah.

8. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran berbasis masalah 1. Keunggulan

a) Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut

b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir pebelajar yang lebih tinggi

c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna

d) Pebelajar dapat merasakan menfaat pembelajaran sebab masalah- masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterkaitan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari

e) Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu member aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar

f) Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pebelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar dapat diharapkan

2. Kelemahan

a) Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup termasuk waktu untuk kegiatan belajar murid

b) Jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru pembelajaran dapat membawa resiko yang merugikan. Misalnya

keselamatan kerja dilaboratorium, keselamatan pada waktu pengumpulan data di lapangan, atau kegiatan belajar murid tidak optimal disebabkan oleh sikap ketidakpedulian para murid

c) Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para murid asal-asalan saja sehingga cenderung untuk menerima hipotesis.

Dari penjelasan diatas kita dapat simpulkan bahwa setiap metode pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Inti dari setiap proses pembelajaran guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat.

B. Kerangka Pikir

Tantangan dunia global mengharuskan kita untuk mampu beradaptasi dan berkompetisi dengan dinamika perkembangannya. Dampak dari kemajuan tersebut sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia tak terkecuali pada aspek pendidikan. Dan untuk menghasilkan sumber daya manusia tersebut dapat ditempuh dengan melalui belajar.Kualitas dan keberhasilan dalam belajar khususnya dalam lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Salah satu faktor tersebut adalah pemilihan dan penggunaan pendekatan dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana pada obsevasi awal terlihat sebagian besar minat belajar siswa rendah dan cenderung pasif sehingga tidak tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) oleh karena itu masalah-masalah tersebut akan dipecahkan melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat

diterapkan dimaksudkan agar hasil belajar murid dapat lebih maksimal dibanding sebelumnya. sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kualitas dan keberhasilan murid dalam belajar khususnya pada mata pelajaran pendidikan IPS yang terdiri dari beberapa siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu 1).pelaksanaan, 2). Pelaksanaan, 3) Pengamatan, dan 4). Refleksi. Berikut gambar bagan kerangka pikir adalah sebagai berikut:

KONDISI AWAL

Guru masih

cenderung aktif di bandingkan siswa

1. Rendahnya minat belajar murid.

2. Tidak tercapai KKM.

3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis

TINDAKAN

Memanfaatkan model

pembelajaran berbasis masalah dalam prosepembelajar an

SIKLUS I

Guru menyajikan materikurang

mengaktifkan siswa

SIKLUS II

Guru menyajikan materi dengan mengikut sertakan keaktifan siswa Diduga melalui model

pembelajaran berbasis masalahdapat

meningkatkan hasil belajar siswa

KONDISI AKHIR

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan dari penjelasan dan uraian pada tinjauan pustaka di atas, maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah diterapkan dalam pembelajaran, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas VI SDN Leuwalang.

32 BAB III

METODEPENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research yang artinya suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas

dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitan ini dilakukan di SDN Leuwalang, dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas VI SDN Leuwalang dengan jumlah murid 35 orang yang terdiri atas19 orang murid perempuan dan 16 murid laki-laki.

C. Fokus Penelitian

Adapunfaktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang meliputi:

1. Faktor proses pembelajaran, yaitu dengan melihat bagaimana interaksi yang terjadi di kelas, serta aktivitas yang terjadi di dalam proses pembelajaran.

2. Faktor hasil belajar, dengan mengukur hasil belajar IPS murid yang diperoleh dari tes akhir pada setiap siklus.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini berlangsung dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes siklus. Secara rinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini sebagai berikut:

Gambar 3.1 SkemaPelaksanaanTindakanKelas

Siklus I

Sesuai dengan kriteria Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus ini dibagi atas empat tahap yaitu perencanan, tahaptindakan, tahapobservasi, dan tahap refleksi.

Perencanaan

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan

Observasi Siklus II

Siklus I

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

1. TahapPerencanaan (planning)

Secara umum langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:

a. Mengkaji silabus IPS SDN Leuwalang kelas VI untuk menyesuaikan waktu yang tersedia dalam silabus dengan waktu penelitian.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah

c. Menyediakan buku dan media yang relevan dengan masalah.

d. Membuat lembar observasi e. Mendesain alat evaluasi 2. Tahappelaksanaan (action)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi murid.

b. Guru memberikan pemahaman kepada murid tentang materi kenampakan alam.

c. Guru menjelaskan cara-cara melakukan pemecahan masalah tentang materi kenampakan alam

d. Guru memberikan contoh pemecahan masalah.

e. Guru membagimurid menjadi beberapa kelompok kecil f. Guru mengajukan masalah kepada setiap kelompok

g. Guru membimbing dan mengarahkan murid yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah

h. Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk menyajikan hasil kerjanya.

i. Guru membimbing murid menyimpulkan materi yang telah dipelajari 3. TahapObservasidanEvaluasi

a) TahapObservasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dengan melakukan pengamatan kepada murid selama proses pembelajaran berlangsung.

b) TahapEvaluasi

Hasil dari tindakan yang telah dilakukan dievaluasi dengan tes akhir siklus yang dilakukan pada akhir siklus I dan akhir siklus II

4. TahapRefleksi

Dari hasil observasi yang telah dilakukan dihasilkan kesimpulan sementar atentang pelaksanaan proses pembelajaran. Pada tahap refleksi ini dirumuskan kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil kesimpulan tersebut kemudian didiskusikan untuk menghasilkan tindakan perbaikan dan sebagai pertimbangan pada proses pelaksanaan siklus selanjutnya.

Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini pada umumnya sama dengan tahap dalam siklus I, namun pada siklus II akan dilakukan beberapa

perbaikan atau penambahan sesuai dengan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I.

E. Sumber Data

1. Hasil observasi yang dilakukan dengan menggunakan format observasi sebagai data kualitatif.

2. Hasil belajar murid yang diperoleh melalui tess iklus sebagai data kuantitatif.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang dihasilkan melalui observasi akan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data yang dihasilkan melalui evaluasi dan tes akan dianalisis secara kuantitatif.

1. Data yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis secara kuantitatif untuk menghitung presentase keterlibatan murid dalam setiap aspek yang diamati dengan menggunakan rumus:

= ℎ × 100 %

2. Data hasil tes dianalisis secara statistik deskriptif untukmenghitung:

a. Menghitung nilai murid dengan menggunakan rumus:

= ℎ

× 100 %

=

b. Rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:

̅ = ∑ ℎ

̅ = −

=

Untuk menentukan kategori skor keberhasilan murid dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS) akan digunakan skala lima. Skala lima tersebut menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Mustafa, 2010:38) adalah sebagai berikut:

Skor Kategori

0-59 Sangat Rendah

60-69 Rendah

70-79 Sedang

80-89 Tinggi

90-100 Sangat Tinggi

G. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah(1) adanya peningkatan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan, siklus I dansiklus II dalam pembelajaran IPS yang ditinjau dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah tempat diadakannya penelitianya itu 65% dari skor ideal 100. (2) adanya peningkatan keaktifan murid dalam proses pembelajaran IPS.

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan oleh sekolah, maka tingkat ketuntasan belajar IPS muridditinjau sebagai berikut :

Skor hasil belajar murid 0–64 dikategorikan tidak tuntas Skor hasil belajar murid 65–100 dikategorikan tuntas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VI SDN Leuwalang mengenai Penerapan strategi pembelajaaran berbasis masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dilakukan terhadap 33 subjek penelitian.

Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif untuk memperoleh data tentang hasil pengamatan, sedangkan untuk memperoleh data tentang hasil belajar murid digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.yang dilaksanakan atas dua bagian, yaitu deskripsi hasil siklus pertama dan siklus kedua.

1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama

Deskripsi hasil siklus pertama tentang aplikasi Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dilaksanakan atas beberapa bagian.

a. Tahap Perencanaan.

Sebelum melakukan penelitian terlalu jauh hal yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran dengan penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah. peneliti melakukan telaah terhadap kurikulum, khususnya kurikulum sekolah dasar. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai standar kompetensi yang ingin dicapai, membuat rencana

38

pelaksanaan pembelajaran, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas saat menggunakan model berbasis masalah dalam proses pembelajaran, membuat rancangan pembelajaran, menyediakan media yang digunakan saat proses pembelajaran, memeberikan soal-soal setiap pertemuan dan membuat soal-soal untuk evaluasi siklus I. Evaluasi siklus I dilaksanakan setelah penyajian materi sebanyak 3 kali.

Adapun tujuan yang akan dicapai pada tindakan pembelajaran ini adalah setelah proses pembelajar selesai diharapkan murid dapat dengan cepat memahami materi yang diajarkan. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran dibagi dalam tiga tahap kegiatan, yaitu : (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Meskipun perencanaan ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, namun setiaptahap masih berkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan (tahap tindakan)

Adapun pelaksanaan tindakan pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 15 dan 18, 22 dan 25 Januari 2014 diadakan evaluasi siklus I. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas VI SDN. Leuwalang bertindak sebagai observer.

Dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit.Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran dalam penelitian ini melalui tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Adapun kegiatan awal guru yaitu,Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani

menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan motivasi sebagai Kekuatan dalam SPBM, Seorang guru harus berusaha sebaik mungkin agar murid dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk berfikir dan memahami apa yang dipelajari, sehingga akan membentuk suatu perubahan pada diri murid sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah terjadi feed back antara guru dan murid maka diharapkan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan evaluasi diperoleh nilai murid. Nilai yang diperoleh murid pada siklus I lebih baik dibandingkan skor awal. Namun murid belum mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan yaitu 65.Hasil ini masih belum sesuai dengan harapan. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1: Skor Statistik Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah menerapkan Strategi pembelajaran berbasis masalah pada siklus I

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor rata– rata Pemahaman IPS murid sebanyak 69,7. Skor terendah yang diperoleh murid adalah 51 dan skor tertinggi yang diperoleh murid adalah 91 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor 35, ini menunjukkan kemampuan murid cukup bervariasi.

Apabila skor hasil tes dikelompokkan kedalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pemahaman IPS Murid

Kelas VI SDN.Leuwalang kabupaten Lembata NTT setelah menerapkan Strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman murid setelah Statistik Nilai Statistik

Subjek 33

Skor ideal 100

Skor tertinggi 91

Skor terendah 51

Rentang skor 40

Skor rata-rata 69,7

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 0-59 Sangat Rendah 9 27,3

2 60-69 Rendah 6 18,1

3 70-79 Sedang 7 21,2

4 80-89 Tinggi 10 30,3

5 90-100 Sangat Tinggi 1 3.1

Jumlah 33 100

diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%

berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0–64 Tidak Tuntas 12 36,3

2 65- 100 Tuntas 21 63,7

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada

0 5 10 15 20 25 30 35

1

diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%

berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0–64 Tidak Tuntas 12 36,3

2 65- 100 Tuntas 21 63,7

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada

2 3 4 5

diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%

berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0–64 Tidak Tuntas 12 36,3

2 65- 100 Tuntas 21 63,7

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada

frekuensi presentase

Dalam dokumen KONDISI AWAL (Halaman 30-46)

Dokumen terkait