• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor pendukung hafalan Al-Qur’an berbasis tafsir di Pondok Pesantren Putri An-Nur Mumbulsari Jember

KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Penyajian Data dan Analisis

2. Faktor-faktor pendukung hafalan Al-Qur’an berbasis tafsir di Pondok Pesantren Putri An-Nur Mumbulsari Jember

11

2. Faktor-faktor pendukung hafalan Al-Qur’an berbasis tafsir di

Tapi yang paling penting adalah motivasi, sebodoh-bodohnya orang jika memiliki motivasi yang kuat dari dalam diri apalagi juga ada motivasi dari orang lain. Tidak ada yang tidak mungkin untuk menjadi hafidz Al-Qur’an. Selain itu bahasa arab juga mendukung kemudahan menghafal, apalagi saya senang bahasa arab”9

Kemudian pada kesempatan lain peneliti mewawancarai Lifka salah satu santri yang mengikuti program hafalan Al-Qur’an selama dua tahun menyampaikan tentang faktor apa yang dapat mendukung lancarnya proses menghafal Al-Qur’an.

“Ayah saya selalu memotivasi saya dalam program tahfidz Al- Qur’an, sangat mengharapkan saya menjadi anak yang sukses dalam hafalan Al-Qur’an ini. Pada intinya selain motivasi yang kuat dari diri saya sendiri, orang tua yang membuaat saya semakin yakin. Apalagi disaat saya dalam keadaan berputus asa, karena menghafal terkadang merasa sulit. Karena saya juga ingin membahagiakan orang tua”10

Motivasi dari luar sangat berpengaruh pada diri santri An-Nur dalam mewujudkan prestasi, tidak luput juga yang paling berpengaruh adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri. Kemampuan, kesehatan dan semangat yang keluar dari dalam diri sangatlah penting untuk dimiliki dalam mewujudkan apa yang diinginkan, terutama keinginan untuk menjadi hafidz Al-Qur’an. Dalam keadaan sehat dan semangat inilah para santri mampu belajar, terutama pada pelajaran yang juga tidak kalah rumit dari menghafal Al-Qur’an. Memahami pelajaran nahwu, shorof dan bahasa arab sangat berpengaruh besar.11 Seperti yang telah disampaikan Athufah selaku guru tafsir menjelaskan :

9 Laila Khusniati, wawancara, Mumbulsari Jember, 24 Agustus 2015.

10 Lifka, wawancara, Mumbulsari Jember, 26 Agustus 2015.

11 Observasi, 19 Agustus 2015.

13

“Kalau mengerti bahasa arab, hafalan itu terasa beda. Seperti membaca Al-Qur’an yang membacanya dengan makna maka pengaruhnya pada diri itu berbeda. Begitu pula saat menghafal.

Jika mengerti bahasa arab dan maknanya maka hafalan itu terasa lebih menikmati. Mudah diingat jika kita faham maknanya. Al- Qur’an akan banyak terdapat kisah-kisah di dalamnya, jadi kalau kita mengerti bahasa arab, akan mengerti alur ceritanya. Maka mudah untuk diingat. Dan dalam pengharokatan juga tidak mudah salah. Karena saya senang bahasa arab jadi salah satu yang membuat semangat ya karena bahasa arab juga.”12

Pada kesempatan lain saat wawancara bersama ustadzah Athufah selaku guru tafsir, beliau juga menambahkan bagaimana jika dibekali faham bahasa arab dalam menghafal Al-Qur’an.

“Kalau didampingi dengan tata bahasa arab dalam menghafal, insyaAllah mudah jika ingin menghafal dan juga mentadabburi maknanya. Apalagi belajar tafsir yang menggunakan bahasa arab semua. Bahasa arab itu indah dan romantis. Kalau mengerti bahasa arab pasti akan merasa beda membaca firman Allah swt. sungguh sangat indah. Walau memang tidak mudah memahami, tapi setidaknya bahasa arab itu tidak asing bagi santri. Sepertinya karena bahasa arab kemudian mengerti maknanya jadi santri merasa nyaman dan itu sangat mendukung dalam hafalan”

Para penghafal Al-Qur’an jika dilihat memang yang paling banyak dari Negara arab, mungkin karena sudah bahasa orang arab. Walaupun bahasa Al-Qur’an beda tapi tetap saja Al-Qur’an menggunakan bahsa arab.

Tidak jauh dari itu, belajar nahwu shorof dan bahasa arab merupakan hal penting bagi para santri. Dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses belajar. Lingkungan santri sangat bagus untuk meningkatkan pendidikan agama, terutama dalam proses menghafal Al- Qur’an.13 Sebagaimana yang telah disampaikan Nur Amalia salah satu

12 Athufah, wawancara, Mumbulsari Jember, 26 Agustus 2015.

13 Observasi, 21 Agustus 2015.

alumni pada angkatan ke 10 tahun 2011 pesantren An-Nur dalam wawancara :

“Kalau di pesantren sangat mendukung belajar menghafal Al- Qur’an, karena kan yang dipegang kalau tidak kitab ya Al-Qur’an, santri disini juga kalau dikelas tidak bisa pelajaran merasa sangat malu. Pada waktu belajar nahwu dan shorof di kelas banyak tugas hafalan juga. Anak-anak memang sudah terbiasa hafalan.jadi faktor pendukungnya ya lingkungan, ya lingkungan pondok inilah.”14 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari beberapa sumber, menunjukkan bahwa kecerdasan yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh dalam proses belajar, tidak hanya kecerdasan IQ saja, namun kecerdasan EQ. Kecerdasan intelektual tidak mungkin dimiliki oleh semua orang begitupun kecerdasan emosional. Akan tetapi kecerdasan sangat berpengaruh dalam proses belajar, seperti hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti dapatkan bahwa pada kecerdasan sangat berpengaruh, yaitu kecerdasan emosional. Motivasi dari diri sendiri, mampu mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri. Begitupan pada kecerdasan intelektual.

Dianjurkan untuk lulus dalam pelajaran tafsir terlebih dahulu dengan berbahasa arab adalah cara yang mudah dalam proses menghafal Al-Qur’an di pesantren putri An-Nur. Maka bahasa arab sangat dibutuhkan untuk mengenali bahasa Al-Qur’an dan pelajaran tafsir. Belajar nahwu dan shorof merupakan hal yang sangat wajib untuk memahami keduanya.

Kegiatan di pesentren putri dalam hal pelajaran lebih banyak pada kegiatan menghafal. Pada pelajaran nahwu dan shorof setiap harinya ada

14 Nur Amalia, wawancara, Mumbulsari Jember, 26 Agustus 2015.

15

tugas menghafal, meskipun tidak banyak tapi rutin setiap hari kecuali hari libur. Jadi santri sudah terbiasa berada di lingkungan menghafal, ketika lulus belajar kitab dan masuk pada kegiatan menghafal Al-Qur’an menjadi tidak asing bagi santri dalam kegiatan menghafal. Bisa dipastikan lingkungan juga sangat berpengaruh dalam proses menghafal Al-Qur’an.

3. Faktor-faktor penghambat hafalan Al-Qur’an berbasis tafsir di

Dokumen terkait