46
Para ahli bahasa dan filsafat bahasa seperti Jacobson (dalam Allan dan Corder 1975), Halliday (1973), Finnochiaro (dalam Dardjowidjojo, 1987), Brown dan Yule (1996), Leech (1981), Posner (1982), mengemukakan pendapatnya tentang fungsi bahasa, yakni sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan, pikiran, pendapat tentang sesuatu hal dari satu orang ke orang lain. Lebih khusus, fungsi bahasa dalam karya sastra adalah sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan (feeling), sikap (attitude) penutur atau penulis yang ditujukan kepada pendengar atau pembacanya.
Fungsi bahasa (wacana) yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah pemakaian wacana tulis dalam konteks dan situasi pemakaian bahasa yang sebenarnya. Dengan demikian diharapkan kajian wacana wasiat renungan masa ini juga merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan identitas sosial penulis, selain menunjukkan budaya perilaku tulisnya. Pengklasifikasian fungsi bahasa (wacana) WASIAT RENUNGAN MASA Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mengacu pada klasifikasi yang dikemukakan oleh Leech. Leech (1981) mengklasifikasikan fungsi-fungsi bahasa (wacana) itu menjadi lima, yakni: (i) fungsi informasional (informational function), (ii) fungsi ekspresif (expressive function), (iii) fungsi direktif (directive function), (iv) fungsi estetik (aestetic function), dan (v) fungsi fatik (phatic function). Selanjutnya masing-masing fungsi bahasa tersebut dapat diberikan uraian seperti berikut ini.
Bab V Fungsi Bahasa (Karya
47 1) Informasional
Fungsi ini menurut Leech (1981) untuk memberikan informasi atau pesan yang orientasinya pada pokok masalah (message oriented), memberi atau mendengarkan laporan (Posner, 1982: 120). Pesan ini oleh penulis ditujukan kepada pembaca (recipients). Semua karya sastra mengandung informasi atau pesan. Informasi atau pesan di dalam karya sastra mengemban fungsi dan makna yang dianggap sangat penting yang tujuannya tidak hanya sekadar diketahui tetapi yang terpenting untuk dilaksanakan. Informasi atau pesan yang berupa amanat atau nasihat adalah maksud yang hendak disampaikan penyair.
Pesan ini tersirat di balik kata-kata yang diungkapkan (Waluyo, 1987).
Informasi atau pesan yang hendak disampaikan penyair mungkin secara sadar atau tidak sadar yang berada dalam pikirannya. Rumusan pesan atau informasi dapat bersifat interpretatif, artinya setiap orang atau pembaca mempunyai penafsiran makna yang berbeda-beda dengan yang lain. Makna dalam karya sastra berhubungan dengan penyair, konsep penyair, dan situasi penyair mengimajinasikan karyanya. Hal ini erat kaitannya dengan perasaan yang diungkapkan penyair.
2) Ekspresif
Fungsi ini menurut Leech (1981) merupakan fungsi bahasa (wacana) yang orientasinya pada penutur atau penulis.
Dengan kata lain, fungsi ekspresif ini bertujuan untuk mengungkapkan perilaku (perasaan dan sikap) penutur atau penulis dalam menyikapi suatu persoalan atau menyikapi suatu keadaan. Finochiaro (1977) menyebutnya sebagai fungsi personal yang mengacu kepada kemampuan pembicara atau penulis untuk mengugkapkan pikiran, kemauan, dan perasaannya (dalam Dardjowijojo, 1987).
Suasana perasaan merupakan bagian pengorganisasian ruang teks dalam satu karya sastra yang mendukung kejelasan
48
cerita. Di dalam syair (puisi) suasana perasaan berarti lingkungan yang dapat didengar atau dilihat atau dirasakan dalam menghadapi objek tertentu, sikap simpati dan antipati, rasa senang dan tidak senang, rasa benci, rindu, setiakawan, dan sejenisnya yang diekspresikan ke dalam puisi atau syairnya yang harus dihayati oleh pembaca. Tentunya pengorganisasian penyikapan ini akan berbeda dengan penyikapan lainnya karena perbedaan keterlibatan batin antara penyair yang satu dengan penyair yang lainnya (Waluyo, 1987: 121).
3) Direktif
Fungsi ini berorientasi kepada pembaca atau pendengar.
Menurut Leech (1981), penutur atau penulis mengharapkan pendengar atau pembaca untuk melakukan suatu tindakan misalnya, perintah (command) atau permintaan (request) (periksa Levinson, 1983: 240). Perintah itu berupa anjuran dan larangan sedangkan permintaan itu berupa ajakan dan bujukan (Finnochiaro dalam Sumarsono, 1989). Posner (1982) menyebutnya sebagai fungsi konative – ekspresi yang memiliki fungsi untuk memberi dan menerima perintah. Sedangkan menurut Jacobson (dalam Dardjowidjojo 1987), fungsi ini penekanannya adalah untuk mempengaruhi, mengajak, menyuruh, atau melarang. Dengan demikian jelaslah bahwa fungsi direktif ini pada dasarnya merupakan penggunaan bahasa apabila penulis atau penutur menginginkan pembaca atau pendengar untuk melakukan suatu tindakan.
4) Estetis
Fungsi bahasa ini, menurut Leech (1981), berorientasi kepada pesan yang disampaikan. Pesan yang disampaikan penulis WASIAT RENUNGAN MASA pada intinya berbentuk puisi. Puisi sebagai salah satu genre sastra tidak terlepas dari ciri khasnya yang mengandung nilai-nilai keindahan (estetika) (periksa Posner, 1982).
49 5) Fatik
Fungsi fatik, menurut Leech (1981), berorientasi kepada saluran yang dipakai dalam komunikasi. Saluran dimaksud adalah penggunaan bahasa untuk untuk memelihara kontak antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca (Jacobson dalam Allen dan Corder, 1973: 53).
50
Ada beberapa pendapat mengenai jenis dan tipe makna.
Brodbeck, misalnya, seperti dikutip Fisher (1986 : 345), mengemukakan bahwa sebenarnya ada tiga pengertian tentang konsep makna yang berbeda-beda. Salah satu jenis makna menurut tipologi Brodbeck adalah makna referensial; yakni makna suatu istilah objek, pikiran, ide atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah tersebut. Pengertian makna ini oleh Fisher serupa dengan aspek “semantik” bahasa oleh Morris (1946) – hubungan lambang dengan referen (yang ditunjuk).
Tipe makna yang kedua dari Brodbeck adalah arti istilah itu.
Dengan kata lain, lambang atau istilah itu “berarti” sejauh mana ia berhubungan secara “sah” dengan istilah yang lain, konsep yang lain. Suatu istilah dapat saja memiliki arti referensial dalam pengertian yang pertama, yakni mempunyai referen tetapi karena ia tidak berhubungan dengan berbagai konsep yang lain, maka ia tidak memiliki arti.
Tipe makna yang ketiga menurut Brodbeck mencakup makna yang dimaksudkan (intensional) dalam arti bahwa arti suatu istilah atau lambang bergantung pada apa yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.