• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahasa berujud sastra, sastra berisi makna

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "bahasa berujud sastra, sastra berisi makna"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

Wasiat dalam monograf ini, salah satu karyanya, tampil sebagai karya sastra (syair), secara filosofis mengandung nilai-nilai luhur, bersumber dari ajaran agama (Islam) dan dapat diterapkan dalam kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Untuk memahaminya, seseorang harus memahami keberadaan fisik karya sastra dalam bentuk dan fungsinya sebagai media komunikasi dan kegunaannya dalam kehidupan. Sebagai sebuah monograf, buku ini dinilai sangat komprehensif, karena kajian wasiat (puisi) sebagai salah satu bentuk karya sastra memuat tiga teori pokok dan utama dalam kajian karya sastra.

Dengan membaca buku ini, pembaca disuguhi lebih dari satu sudut pandang dalam memahami karya sastra. Penggolongan karya sastra di Indonesia tidak hanya berdasarkan waktu, tetapi juga mengenal klasifikasi berdasarkan bentuk, yang meliputi karya sastra puisi, prosa, dan drama.

Pendahuluan

Salah satu bukti refleksi massa adalah karya sastra puisi berupa puisi dengan susunan baris dan bait yang berintikan penyampaian maksud dan pesan melalui penggunaan media bahasa yang estetik. Agar pemahaman dan penghayatan kitab suci sebagai karya sastra lebih luas dan mendalam, perlu dilakukan penelitian yang memadai. Ketiga, wasiat suci masa lampau sebagai karya sastra puisi berbentuk puisi memiliki sistem dan struktur bentuk yang dibangun oleh unsur-unsurnya, merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji.

Pembatasan wacana dalam penelitian ini menggunakan wacana Fowler karena konsep ini memiliki relevansi dengan posisi dan kapasitas sebuah wasiat devosi masa depan sebagai sebuah karya sastra. Dengan demikian, kesaksian masa renungan dapat dikategorikan sebagai karya sastra yang memiliki fungsi bagi umat Islam pada umumnya dan warga Nahdlatul Wathan di Lombok pada khususnya.

Teori Struktural (Lahiriah Karya Sastra)

Kata-kata yang digunakan penyair dalam puisi (puisi) tidak sama (artinya) dengan kata-kata dalam kamus yang masih menunggu proses pengolahan. Wahhabi mendefinisikan sinonim dalam dua cara: (1) sinonim adalah dua kata yang berbeda dengan makna yang berbeda. Kata-kata mubazir yang terdapat dalam tiga baris berurutan pada bait di atas dianggap sebagai tautologi.

Oxymoron sebagai alat bantu retoris digunakan oleh penulis dengan memilih kata-kata paradoks dengan menyandingkan pasangan kata dengan makna yang berlawanan (antonim). Atau bisa juga dikatakan gaya bahasa yang mengandung kontradiksi dengan menggunakan lawan kata dalam kalimat yang sama yang ketajaman dan kerapatannya melebihi paradoks.

Teori Pragmatik (Kemanfaatan Karya Sastra)

Seperti yang dikatakan Leech, semantik dari pertanyaan: Apa arti X?" ("apa arti X?" atau apa arti X?). Koming akan mengambil hal-hal itu." Proposisi yang tidak terucapkan ini disebut implikatur percakapan. Dalam pengajaran bahasa, tindak tutur sering disebut fungsi linguistik atau fungsi tutur.

Secara lebih spesifik, fungsi bahasa dalam karya sastra adalah sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, sikap penutur atau penulis kepada pendengar atau pembaca. Fungsi bahasa (wacana) yang tersirat dalam penelitian ini adalah penggunaan wacana tulis dalam konteks dan situasi penggunaan bahasa yang sebenarnya.

Fungsi Bahasa (Karya Sastra sebagai Fungsi

Klasifikasi Fungsi Bahasa (Wacana) REFLEKSI WAKTU WASIAT Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mengacu pada klasifikasi yang dikemukakan oleh Leech. Informasi atau pesan dalam karya sastra membawa fungsi dan makna yang dianggap sangat penting, yang tujuannya tidak hanya untuk mengetahui, tetapi yang paling penting untuk dilaksanakan. Rancangan pesan atau informasi dapat bersifat interpretatif, artinya setiap orang atau pembaca memiliki interpretasi makna yang berbeda dengan yang lainnya.

Misalnya, Brodbeck, seperti dikutip Fisher, menyatakan bahwa sebenarnya ada tiga pengertian yang berbeda tentang konsep makna. Jenis makna yang ketiga menurut Brodbeck melibatkan makna yang disengaja dalam arti bahwa makna dari suatu ekspresi atau simbol tergantung pada apa yang dimaksudkan pengguna dengan makna simbol tersebut.

Konsep Makna (Makna Karya Sastra)

Makna kognitif, juga dikenal sebagai makna deskriptif atau denotatif, adalah makna yang mencirikan hubungan antara konsep dan dunia realitas. Makna reflektif (reflected meaning) adalah makna yang dikomunikasikan melalui asosiasi dengan makna lain dari ungkapan yang sama. Makna ini muncul dari beberapa makna konseptual dan kemunculannya merupakan hasil reaksi terhadap makna lain.

Dalam kajian ini, makna yang muncul sebagai implikasi dari konteks penggunaan bahasa adalah apa yang dimaksud dengan makna pragmatis. Dari segi makna perlokusi, karena berorientasi pada pembaca, makna yang dihasilkan dari penggunaan bahasa sangat bergantung pada interpretasi dan pemahaman pembaca terhadap bahasa yang digunakan.

Bentuk Wasiat Renungan Masa

Penggunaan kata tho'at pada bait di atas merupakan bentuk penyimpangan morfologis dan fonologis yang digunakan oleh para penulis wasiat masa itu untuk mengejar aspek estetik murni. Pasangan kata antonim pada bait ke-33 di atas adalah kata pandai dan kata tidak pandai. Penggunaan huruf kecil dan huruf besar oleh penulis sebagai pilihan kata pada bait 34 di atas termasuk dalam pasangan kata antonim.

Penggunaan dua kata antonim dalam kutipan bait di atas ditempatkan pada baris lain. Penggunaan kata luar dan dalam sebagai pilihan kata pengarang pada bait di atas termasuk dalam pasangan kata antonim. Namun, penggunaan pasangan kata antonim sebagai pilihan kata seperti yang terlihat pada kutipan bait di atas menempatkannya pada kelompok yang berbeda.

Penggunaan kata masak dan mentah sebagai kata pilihan penulis dalam rangkap di atas termasuk dalam pasangan kata antonim benar. Penggunaan majmuk secara bersemuka dalam rangkap di atas dinafikan oleh unsur yang terdapat sebelum Tidak diperlukan. Penggunaannya dalam rangkap di atas dinafikan oleh kehadiran kata inkar, yang tidak berada dalam baris yang sama.

Penggunaan kata majemuk “judul tinggi” pada bait di atas merupakan penggunaan diksi untuk mendukung pesan penulis. Penggunaan kata majemuk “sulit” pada bait di atas digunakan untuk mendukung ekspresi dan menyampaikan pesan. Kedua kata yang digarisbawahi pada bait di atas merupakan ungkapan idiomatis karena memiliki arti khusus terlepas dari unsur penyusunnya.

Dua frase idiomatis yang digunakan dalam dua baris berbeda pada bait di atas manis dan kecil. Pembagian waktu menjadi dua bagian yaitu siang dan malam, pada baris ketiga pada bait di atas merupakan hitungan.

Fungsi Bahasa dalam Wasiat Renungan Masa

Jenis-jenis ciri kebahasaan yang dapat diidentifikasi dalam wasiat refleksi periode diuraikan sebagai berikut. Berkaitan dengan fungsi informatif, dari 438 bait yang terkandung dalam tiga bagian wasiat masa renungan, teridentifikasi 195 bait yang memiliki fungsi. Wasiat saleh masa lalu memiliki fungsi ekspresif, karena merupakan karya sastra berbentuk puisi, yang merupakan ungkapan pikiran, perasaan, sikap dan pengalaman.

Fungsi ekspresif yang dilakukan puisi akan terkait dengan karakter khasnya sebagai karya sastra yang merupakan hasil ekspresi pengarang. Syair wasiat pengabdian memiliki fungsi instruktif karena merupakan genre sastra yang digunakan oleh pewaris masa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, nasihat dan pelajaran tentang nilai-nilai kebenaran dari sudut pandang agama dan sosial Islam. . Sebagai genre sastra, wasiat renungan tidak lepas dari sifat karya sastra yang mengandung nilai estetika.

Karena sifat khas karya sastra yang mengandung nilai estetika, maka syair-syair puisi dalam renungan masa lalu dengan sendirinya akan memenuhi fungsi estetika. Dengan demikian, fungsi estetik dilakukan oleh semua kuplet dalam wasiat refleksi masa itu. Dari kelima fungsi bahasa menurut Leech, berdasarkan hasil identifikasi melalui triangulasi dan analisis ayat-ayat renungan wasiat, diperoleh empat macam fungsi bahasa, yaitu: fungsi informasional, fungsi ekspresif, fungsi direktif, dan fungsi estetis. .

Empat jenis fungsi bahasa yang dapat diidentifikasi melalui triangulasi dan analisis puisi kesaksian refleksi masa lalu ada secara bersamaan dalam satu bait, dan ada juga fungsi yang hadir tanpa dibarengi dengan fungsi lainnya. Dominasi fungsi estetis dan fungsi ekspresif ayat wasiat tak lepas dari wujudnya sebagai genre sastra yang memanfaatkan unsur kebahasaan sebagai ekspresi yang mengandung nilai estetis (estetika). Analisis terkait makna puisi renungan dalam penelitian ini meliputi makna semantik dan pragmatis.

Makna Wasiat Renungan Masa

Mengingat keunikan karya sastra, khususnya genre puisi, terjadinya asosiasi terhadap apa yang terkait dengan penggunaan kata dalam bait wasiat saleh, tentunya tidak lepas dari hasil interpretasi. Asosiasi kata-kata yang digunakan dalam bait di atas menciptakan konotasi tertentu untuk apa yang dimaksud. Makna sosial yang dapat dikenali dalam ayat-ayat wasiat saleh masa ini berkaitan dengan penggunaan kata-kata yang mengungkapkan realitas sosial penggunaan bahasa yang melatar belakangi proses kreatif.

Makna emosional yang dapat diidentifikasi dengan menganalisis ayat-ayat renungan masa lalu terkait dengan penggunaan kata-kata yang mengkomunikasikan perasaan atau sikap penulis. Makna reflektif yang dapat diidentifikasi dalam ayat-ayat wasiat renungan terkait dengan penggunaan kata-kata yang mengkomunikasikan pikiran dan perasaan melalui asosiasi dengan makna lain dari ungkapan yang sama. Mengenai kemunculan makna refleksif dalam ayat-ayat renungan wasiat masa lalu, kemunculannya tidak terlepas dari penggunaan kata-kata dalam perannya sebagai media untuk mendukung fungsi ekspresif.

Makna kolokatif yang dapat dikenal pasti dalam bait pantun renungan kehendak masa adalah berkaitan dengan kemunculan persatuan melalui penggunaan kata yang cenderung muncul dalam konteks perkataan lain. Secara umumnya, jika dilihat dari sudut kandungan makna leksikal perkataan yang digunakan, keseluruhan rangkap pantun mengandungi makna lokusi dalam kehendak pandangan masa. Rangkap-rangkap pantun kehendak masa yang mengandungi maksud lokusi dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Makna, mesej, aliran atau maksud di sebalik makna leksikal kata-kata yang dipilih atau digunakan oleh pengarang dalam puisi tersebut merupakan penyaksian renungan dari semasa ke semasa. Beberapa contoh ayat wasiat renungan masa yang dikenal pasti mengandungi makna ilokusi di sebalik makna literalnya melalui analisis makna dalam kajian ini adalah seperti berikut: Contoh ayat yang dapat dikenal pasti untuk menyatakan maksud perlokusi dalam wasiat refleksi mengikut peredaran masa. , ialah:

Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nanopartikel tablet dan Ekstrak etanol daun afrika (Vernonia amygdalina Del) memenuhi standar naopartikel