BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
C. Gambaran tugas dari masing-masing karyawan
a. Memimpin dan menentukan kebijaksanaan tata tertib organisasi.
b. Mengurus dan menjaga perusahaan, menetapkan tata tertib sertamenjalankan organisasi.
c. Mengusahakan hubungan baik antara organisasi dengan pemerintah serta masyarakat setempat.
d. Mengesahkan rencana anggaran pendapatan dan belanja tahunan perusahaan.
e. Membuat kebijaksanaan koperasi mengenai pemberian kredit kepada nasabah
2. Kasir :
a. Membuat laporan keuangan yang tepat pada waktunya sesuai dengan permintaan pimpinan
b. Mengelola keuangan dan menjaga tingkat likuditas perusahaan
c. Mengelola piutang, hal ini dilakukan karena meningjatnya pemberian kredit
3. Marketing / Pemasaran
Terjun langsung ke Lapangan untuk menemui nasabah dan berkomunikasi dengan nasabah dalam hal perkreditan.
4. Surveyor
Mencari informasi nasabah mana yang layak diberi pinjaman
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan. Pembahasan ini menyangkut resiko pembiayaan yang terjadi dan perkembangan kredit macet pada KSP. Bakti Huria Unit Kaluku KabupatenWajo. Berdasarkan dengan kebutuhan penelitian ini maka telah diambil data untuk diolah, yaitu data kredit macet yang terjadi di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan mulai tahun 2009 sampai tahun 2013 yang nasabahnya berasal dari berbagai kalangan ada diantara mereka yang berasal dari pedagang,petani,bahkan dari kalangan PNS. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Total kredit macet pada KSP Bati Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo tahun 2009-2013
Tahun Total kredit yang
diberikan Kredit bermasalah KM (%)
2009 425.689.550 108.870.000 25
2010 740.350.600 170.356.600 23
2011 620.543.500 150.475.300 24
2012 645.790.100 107.600.300 16
2013 780.798.400 90.875.540 11
Total 3.313.172.150 608.177.740 -
Sumber : Laporan keuangan KSP Bakti Huria Unit Kaluku Tahun 2013
49
A. Resiko pembiayaan yang terjadi pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan
Setelah penulis melakukan penelitian pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan maka penulis memperoleh informasi bahwa resiko yang terjadi adalah resiko kredit yang lebih spesifik terjadinya kredit macet.
Kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada koperasi seperti yang telah diperjanjikan. Kredit yang digolongkan dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Berdasarkan prospek usaha
a. Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.
b. Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.
c. Manajemen yang sangat lemah.
d. Terjadi kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit untuk diatasi.
2. Berdasarkan keuangan debitur a. Mengalami kerugian yang besar.
b. Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan.
c. Rasio utang terhadap modal sangat tinggi.
d. Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.
3. Berdasarkan kemampuan membayar
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari.
b. Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada.
Faktor-faktor kredit macet adalah hal-hal yang ikut menyebabkan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada koperasi seperti yang telah diperjanjikan. adalah sebagai berikut :
a) Faktor eksternal koperasi
1. Adanya maksud tidak baik dari para debitur yang diragukan.
2. Adanya kesulitan atau kegagalan dalam proses likuiditas dari perjanjian kredit yang telah disepakati antara debitur dengan koperasi.
3. Kondisi manajemen dan lingkungan usaha debitur.
4. Musibah (misalnya : kebakaran, bencana alam) atau kegagalan usaha.
b) Faktor internal koperasi
1. Kurang adanya pengetahuan dan keterampilan para pengelola kredit.
2. Tidak adanya kebijakan perkreditan pada koperasi yang bersangkutan.
3. Pemberian dan pengawasan kredit yang dilakukan oleh koperasi menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan.
4. Lemahnya organisasi dan manajemen dari koperasi yang bersangkutan.
Untuk menghindari terjadinya kredit macet, maka diperlukan pengendalian. Pengendalian tersebut menurut Pudjo Mulyono (1996 : adalah sebagai berikut : “Salah satu fungsi manajemen dalam usaha penjagaan dan pengamanan dalam pengawasan kekayaan bank dalam bentuk perkreditan yang lebih efisien untuk menghindari terjadinya penyimpangan- penyimpangan, dengan mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi yang benar”.
Teknik pengendalian kredit macet dapat diartikan sebagai suatu penentuan syarat-syarat prosedur pertimbangan ke arah kredit untuk menghilangkan risiko kredit tersebut tidak akan terbayar lunas.
B. Langkah pegendalian resiko yang terjadi
Langkah-langkah yang diambil oleh pihak Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti HuriaUnit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan untuk pengamanan kreditnya digolongkan menjadi dua cara, yaitu teknik pengendalian preventif dan teknik pengendalian represif.
1. Teknik Pengendalian Preventif
Teknik pengendalian preventif adalah teknik pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit. Teknik pengendalian prevenif dapat dilakukan dengan melakukan penyeleksian
debitur dengan cara melihat kelengkapan persyaratan permohonan kredit dan penilaian terhadap dibitur.
2. Teknik Pengendalian Represif
Teknik pengendalian represif adalah teknik pengendalian yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit-kredit yang telah mengalami kemacetan. Strategi penyelesaian kredit dapat dilakukan dengan beberapa langkah antara lain :
a. Melalui negosiasi koperasi dengan debitur, koperasi dapat melakukan penguasaan sebagian atau seluruh hasil usaha, sewa barang agunan, apabila kredit belum berjalan dengan baik.
b. Pemberian surat tagihan 1, 2, dan 3. Pemberian surat tagihan dilakukan apabila jangka waktu pembayaran yang ditentukan telah habis. Hal ini dilakukan dengan tujuan pihak koperasi memberikan peringatan kepada debitur untuk segera mengangsur pokok pinjaman dan bunganya sesuai dengan kesepakatan pada waktu melakukan pengajuan kredit.
c. Penyerahan hak penagihan piutang kepada badan-badan resmi, yang tercatat secara yuridis berhak menagih piutang, seperti Pengadilan Negeri, Kejaksaan, dan lain-lain.
d. Debitur macet dinyatakan pailit karena atau bangkrut, penagihannya dapat diajukan kepada Balai Harta Peninggalan (BHP), di mana kedudukan bank dapat sebagai kreditur preferent, bilamana bank telah melakukan pengikatan agunan, maka bank berhak menjual secara lelang
sesuai ketentuan yang berlaku, dengan konsekuensi apabila hasil lelang masih ada sisa, maka sisa tersebut harus diserahkan kepada BHP dan apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka sisa utang yang tidak terbayarkan tetap merupakan utang debitur yang harus dibayar.
Langkah lain yang dapat dilakukan untuk menangani resiko adalah sebagai berikut :
1) Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan utang pokok.
2) Penundaaan pembayaran bunga sampai wakt tertentu. Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.
3) Penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga dimaksud agar lebih meringankan beban nasabar. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.
4) Pembebasan bunga. Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
5) Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah idak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya
Dengan demikian teknik pengendalian kredit macet pada umumnya adalah memperkecil risiko bahkan sampai menghilangkan risiko yang mungkin timbul maupun sudah terjadi. Dari kedua langkah teknik pengendalian kredit tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam langkah- langkah teknik pengendalian kredit macet harus dimulai sedini mungkin sebelum variabel penyebabnya berpengaruh terhadap aktivitas koperasi.
Kredit bermasalah akan berdampak sangat luas terutama kepada pihak- pihak yang berkepentingan. Terhadap koperasi, kredit bermasalah akan mempengaruhi tingkat kesehatan suatu koperasi. UU Perbankan memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
Konsekuensi dari tingginya kredit bermasalah adalah besarnya kebutuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) yang pada gilirannya akan mengurangi keuntungan bank melalui dua mekanisme.
Profitabilitas adalah kemampuan koperasi untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan yang dimaksud dengan bonafiditas adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada suatu koperasi. Penyisihan Penghapusan Aktiva yang untuk selanjutnya disebut PPA adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas Aktiva.
Aktiva sendiri terbagi dalam aktiva dana koperasi, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar koperasi, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivative,
penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Aktiva non produktif adalah asset koperasi selain Aktiva produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, property terbengkalai, rekening antar kantor. Kredit bermasalah yang timbul dapat mempengaruhi mental, karir, pendapatan, moral dan waktu serta tenaga karyawan koperasi.
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa Kredit Macet Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 2009 Total kredit yang di berikan yang merupakan keseluruhan jumlah beban yang dikeluaran oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan tersebut sebesar Rp. 425.689.550 sedangkan kredit bermasalahnya sebesar Rp. 108.870.000. Sedangkan prosentase Kredit Macet itu sendiri sebesar 25 %, pada tahun ini terjadi prosentase Kredit Macet pada tahun 2009 paling besar diantara tahun-tahun yang lainnya. Disebabkan oleh dua faktor dari faktor internal dan faktor eksternal.
Dari faktor internal dikarenakan:
a. terlalu berorientasi terhadap peningkatan SHU
b. ketidak mampuan internal di dalam membaca kredit bermasalahnya.
Dari faktor eksternal yaitu:
a. kemampuan masyarakat dalam mengembalikan kredit masih kecil
b. konotasi masyarakat koperasi itu sebagai lembaga sosial.
2. Pada tahun 2010 Total kredit yang di berikan oleh KSP Bakti Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo tersebut sebesar Rp. 740.350.600. Sedangkan jumlah kredit bermasalahnya sebesar Rp. 170.356.600. Hal ini berarti Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan Kredit Macet nya sebesar 23%. Pada tahun 2010 ini mengalami penurunan prosentase Kredit Macet dibanding tahun 2009 ini disebabkan karena dari pihak pembiayaan memanggil seluruh nasabah yang kreditnya macet dari sebagian nasabah ada yang bayar dan juga ada yang di jadwal ulang kembali atau kena pemutihan. Sehingga di tahun 2010 mengalami penurunan jumlah Kredit Macet di bandingkan tahun 2009.
3. Total kredit yang diberikan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan dan kredit bermasalah yang diperoleh oleh KSP Bakti Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo pada tahun 2011 masing-masing sebesar Rp. 620.543.500dan Rp. 150.475.300.
Maka dapat dihitung prosentase Kredit Macet pada tahun 2011 sebesar 24%. Pada tahun ini mengalami kenaikan lagi jumlah Kredit Macet di sebabkan dari pihak debitur yang di jadwal ulang tidak membayar utang kredit karena bed karakter debitur yang jelek dan kondisi debitur
sehingga terjadi kenaikan kembali kredit macet. Dan juga dari pihak kreditur yang intensitas penagihannya berkurang dan juga kontrol kurang.
4. Pada tahun 2012 total kredit yang dikeluaran oleh KSP Bakti Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo sebesar Rp. 645.790.100. sedangkan kredit bermasalahnya sebesar Rp. 107.600.300. Hal ini berarti Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan memiliki Presentase Kredit Macet sebesar 16% . Kredit macet pada tahun ini kembali turun, meskipun pada tahun 2012 jumlah total kredit yang di salurkan lebih besar dibandingkan pada tahun 2011 namun jumlah Kredit Macet mengalami penurunan.
5. Pada tahun 2013 Total Kredit yang dikeluaran oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan sebesar Rp. 780.798.400 sedangkan kredit bermasalahnya sebesar Rp. 90.875.540. Hal ini berarti Koperasi KSP Sumber Bahagia Bandung memiliki kredit macet sebesar 11%. Prosentase Kredit Macet ini ada penurunan lagi dari tahun yang lalu dikarenakan dari pikah debitur mulai menyadari untuk membayar utang dan juga dari pihak kreditur mulai memperketat intensitas penagihan dan juga pengawasan.
C. Perkembangan Tingkat Resiko Pembiayaan khususnya kredit macet pada KSP Bakti Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo periode 2009-2013
Tabel II perkembangan tingkat resiko kredit di tinjau dari kredit macet pada KSP Bati Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo tahun 2009-2013
Tahun KM (%) Fluktuasi (%)
2009 25 -
2010 23 -2
2011 24 1
2012 16 8
2013 11 -5
Sumber : Laporan Keuangan KSP Bakti huria 2013
Dari tabel diatas dapat digambarkan perkembangan Kredit Macet KSP Bakti Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo dengan grafik di bawah ini:
0 5 10 15 20 25 30
2009 2010 2011 2012 2013
NPL (%)
NPL (%)
Gambar 3
Grafik perkembangan Kredit Macet KSP Bakti Huria Unit Kaluku
Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa perkembangan Kredit Macet pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sampai degan tahun 2010 mengalami penurunan diakibatkan karena pada tahun 2010 pihak kreditur koperasi melakukan pendekatan kepada semua debitur yang mengalami kemacetan dalam pembayaran kredit sehingga banyak debitur yang bayar utangnya dan, pada tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami kenaikan jumlah Kredit Macet disebabkan karena oleh dari dua faktor yaitu dari faktor internal dan faktor debitur, faktor internal mulai kurang dalam penagihannya dan kontrol. dari faktor debitur yaitu bed karakter debitur yang jelek dan yang kena jadwal ulang sama pemutihan tetap tidak mau membayar utangnya dan juga kondisi debitur. Pada tahun 2011 sampai dengan 2013 mengalami penurunan karena mulai muncul kesadarannya dari pihak debitur untuk membayar utang kredit dan dari pihak kreditur mulai intensitas memperketat penagihan dan kontrolnya.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas penelitian dan menganalisis yang berhubungan dengan “Resiko Pembiayaan khususnya kredit macet pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.”
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan Kredit Macet pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2009. Kenaikan yang terjadi disebabkan karena pihak KSP Bakti Huria Unit Kaluku tidak mampu mengawasi kredit bermasalah. Sedangkan penurunannya disebabkan pihak KSP Bakti Huria Unit Kaluku Kabupaten Wajo mampu mengawasi jumlah kredit yang diberikan pada nasabah.
2. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka analisis perkembangan kredit bermasalah pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan secara umum dapat dikatakan cenderung turun. Peningkatan kredit bermasalah yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak stabil yang akhirnya menyebabkan pendapatan masyarakat dan perusahaan berkurang sehingga nasabah menunggak dan juga akibat dari bed karakter debitur yang jelek sampai
61
akhirnya tidak dapat membayar hutang kreditnya pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan sampai waktu yang telah ditentukan.
B. Saran
Sebagai masukan penulis mengemukakan beberapa saran yang kiranya bermanfaat dan berguna bagi KSP Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan Adapun saran sebagai berikut:
1. Untuk menangani kredit macet yang seharusnya pihak kreditur (Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bakti Huria Unit Kaluku di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan harus lebih tegas dalam menangani kredit bermasalah seperti memperketat penagihan dan memberikan sanksi kepada pihak debitur yang kreditnya bermasalah.
2. Pemberian kredit dalam proses lembaga keuangan selain memberikan keuntungan, juga mengakibatkan banyak risiko yang dapat mempengaruhi laba koperasi dan kelangsungan usaha koperasi. menyalurkan dana tersebut pihak koperasi wajib melakukan prinsip kehati hatian karena pemberian fasilitas kredit ini beresiko tinggi yang dapat berpengaruh pada kelangsungan usaha koperasi.