BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer
Kognitif dapat berarti kecerdasan, berpikir, dan mengamati, yaitu tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan. Nurhayati (2011: 16)
Kecerdasan setiap individu berbeda-beda dan ini mempengaruhi tahap pembelajaran di sekolah. Perbedaan ini dinamakan gaya kognitif. Shahabuddin (2003: 183) gaya kognitif adalah cara individu memproses dan berpikir perkara yang dipelajarinya. Uno (2006: 185) gaya kognitif merupakan cara siswa yang
khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengelolaan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
Menurut Joyce (2003: 279) gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu. Jadi gaya kognitif merupakan kemampuan seseorang dalam menerima dan mengelola informasi yang diperolehnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. Menurut Uno (2006) gaya kognitif merupakan suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan mengorganisasi informasi. Namun, kebanyakan guru kurang mengetahui tipe gaya kognitif dari masingmasing siswanya. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk dapat mengetahui tipe gaya kognitif siswanya. Menurut Keefe (1979), pengelompokan gaya kognitif didasarkan atas empat dimensi, yaitu: 1) Perceptual modality preference, merupakan gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial, pemahaman auditory atau verbal. 2) Field dependent field independent, merupakan gaya kognitif yang dimiliki seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 3)
Scanning, merupakan gambaran kecenderungan seseorang dalam menitikberatkan perhatiannya pada suatu informasi. 4) Strong and weakness automatization, merupakan gambaran kapasitas seseorang untuk menampilkan tugas (task) secara berulang-ulang.
Di dalam matematika, informasi yang disajikan dapat berupa simbol verbal dan simbol visual. Menurut Mc Ewan gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan siswa menggunakan alat inderanya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu visualizer dan verbalizer (Indahwati, 2014). Seseorang dengan gaya kognitif visualizer cenderung memiliki kemampuan melihat, sehingga lebih mudah menerima, memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi dalam bentuk gambar. Sedangkan pada gaya kognitif verbalizer cenderung memiliki kemampuan mendengar, sehingga lebih mudah menerima, memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi dalam bentuk teks.
Jonassen dan Grawboski mengatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif visualizer lebih banyak berorientasi dengan gambar, lebih suka menunjukkan bagaimana mereka melakukannya, dan menyukai permainan yang lebih visual seperti teka-teki, sedangkan seseorang yang memiliki gaya kognitif verbalizer lebih berorientasi dengan kata-kata, lancar dalam berkomunikasi, lebih suka membaca tentang ide-ide, dan menyukai permainan kata (Mendelson, 2004). Skemp juga menjelaskan bahwa terdapat siswa yang kuat dalam simbol visual atau dalam simbol verbal (Sa’ad, 2014). Adanya perbedaan antara gaya kognitif visualizer dan verbalizer diakibatkan perbedaan pandangan seseorang dalam menggambarkan sesuatu.
Perbedaan individu siswa dalam dimensi gaya kognitif visualizer dan verbalizer. Beberapa siswa mampu mengolah informasi dengan baik menggunakan kata-kata, yang disebut dengan gaya kognitif verbalizer. Dan beberapa siswa mampu mengolah informasi dengan baik menggunakan gambar, yang disebut dengan gaya kognitif visualizer. Mayer & Massa (2003:
833).
Seseorang dengan gaya kognitif visualizer cenderung lebih mudah untuk menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk gambar maupun grafik. Sedangkan seseorang dengan gaya kognitif verbalizer cenderung lebih mudah untuk menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk teks atau tulisan.
Individu yang memiliki gaya kognitif visualizer cenderung lebih banyak dalam gambar, lebih lancar dengan ilustrasi dan terjemahan, serta memahami dan menyukai permainan yang lebih visual, seperti teka-teki. Sedangkan individu yang memiliki gaya kognitif verbalizer lebih cenderung mengatakan dan akan lebih memilih untuk berkomunikasi kepada seseorang dengan menunjukkan bagaimana mereka melakukannya. Mendelson (2004: 86)
1. Indikator gaya kognitif visualizer:
a. Kemampuan mengingat dan memahami sesuatu dalam bentuk visual Memproses dan menggunakan informasi lebih baik dalam bentuk gambar
b. Berpikir secara visual
Dalam mengumpulkan informasi cenderung mengklasifikasikan informasi dengan kriteria tertentu
c. Rapi dan teratur terhadap aktivitas visual
Dapat menyebutkan beberapa hal penting dalam membedakan bagian yang relevan dan yang tidak relevan dari suatu permasalahan yang diberikan
d. Teliti dan singkat dalam menjawab pertanyaan
Dalam mengimplementasikan cara-cara/alternatif jawaban cenderung menggunakan gambar
2. Indikator gaya kognitf verbalizer:
a. Kemampuan mengingat dan memahami sesuatu secara verbal
Memproses dan menggunakan informasi lebih baik dalam bentuk teks/kata-kata
b. Kemampuan berbicara
Dapat menyebutkan semua hal penting dalam membedakan bagian yang relevan dan yang tidak relevan dari suatu permasalahan yang diberikan
c. Kemampuan berpikir dalam mengelola kata
Dalam mengumpulkan informasi cenderung mengurutkan sesuai urutan dari yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal
d. Menjawab pertanyaan dengan jawaban rinci
Dalam mengimplementasikan cara-cara/alternatif jawaban cenderung menggunakan teks/ kata-kata
D. Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel 1. Persamaan Linear Satu Variabel
Persamaan linear satu variabel adalah bentuk aljabar yang mengandung satu variabel berpangkat satu yang di dalamnya terdapat tanda “sama dengan”. Bentuk umum persamaan linear satu variabel ax + b = c , dengan x satu variabel.
Persamaan linier adalah suatu persamaan yang memiliki variabel dengan pangkat tertingginya adalah 1 (satu). Persamaan linier satu variabel merupakan suatu persamaan yang memiliki satu variabel dengan pangkat tertingginya adalah 1 (satu). Contoh persamaan linear satu variabel.
2x – 3 = 0 5y - 4 = 6
2. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Pertidaksamaan linear satu variabel adalah bentuk aljabar yang mengandung satu variabel berpangkat satu yang di dalamnya terdapat tanda , , , dan .
Bentuk umum pertidaksamaan linear satu variabel antara lain sebagai berikut.
a. ax + b c b. ax + b c c. ax + b c d. ax + b c
Pertidaksamaan linier satu variabel adalah suatu pertidaksamaan yang memiliki variabel dengan pangkat tertingginya adalah 1 (satu).
Hampir sama dengan persamaan linear satu variabel, pembedanya adalah
tanda “=” tidak ada dalam pertidaksamaan linear satu variabel. Tan\da sama dengan diganti dengan , , , , atau . Contoh persamaan linear satu variabel.
5x + 3 5 6y – 5 0 E. Penelitian Relavan
Berikut adalah beberapa penelitian yang relavan terkait dengan penelitian ini oleh Ilma (2017) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses berpikir analitis siswa yang bergaya kognitif visualizer dalam memecahkan masalah cenderung menggunakan gambar, sedangkan yang bergaya kognitif verbalizer cenderung menggunakan kata-kata.
Zuraidah (2019) menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif visualizer dalam mengolah informasi hanya menyebutkan beberapa hal saja, tidak menuliskan secara lengkap, dalam merencanakan penyelesaian hanya menebak-nebak saja, tidak dapat menjelaskan argumen-argumen untuk mendukung asumsi tersebut, dalam melaksanakan rencana sesuai dengan prosedur yang dibuat, dalam menarik kesimpulan siswa kedua lebih yakin karena dapat memberikan cara/alternatif jawaban lain untuk mendukung kebenaran jawabannya selain memeriksa kembali uraian jawabannya.
F. Kerangka Pikir
Kualitas pendidikan nasional perlu ditingkatkan karena suatu hal yang strategis dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki keterampilan, sikap dan pengetahuan yang berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini semakin pesat. Tuntutan dunia yang semakin kompleks mengharuskan siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar dan kemampuan bekerjasama yang efektif
Kemampuan bernalar tidak hanya dibutuhkan dalam matematika maupun mata pelajaran lainnya, akan tetapi kemampuan bernalar sangat dibutuhkan oleh setiap individu ketika menentukan sebuah keputusan atau untuk memecahkan suatu permasalahan. Bila kemampuan bernalar tidak dilatih dan dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya.
Penalaran logis sangat penting untuk dilatih dan dikembangkan secara optimal dalam pembelajaran agar siswa dapat membuat keputusan secara tepat dan rasional.
Gaya kognitif siswa yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam berpikir dan bernalar dalam menyelesaikan soal.
Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam memproses, mengolah informasi dari lingkungan yang digunakan untuk memecahkan berbagai masalah. Seseorang dengan gaya kognitif visualizer cenderung lebih mudah untuk menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk gambar maupun grafik. Sedangkan seseorang dengan gaya kognitif verbalizer cenderung lebih mudah untuk menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk pembahasaan teks atau tulisan. Perbedaan gaya kognitif pada setiap siswa tentunya berpengaruh terhadap strategi pemecahan masalah yang dipilihnya sehingga perbedaan itu akan memicu perbedaan penalaran logis siswa.
Pada kelas VIII SMPIT Insan Cendikia, dalam proses pembelajaran yang dilakukan disekolah terpaku menggunakan cara menghafal rumus, sehingga kurang menggunakan penalaran siswa. Bila kemampuan bernalar tidak dilatih dan dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya.
Penalaran logis sangat penting untuk dilatih dan dikembangkan secara optimal dalam pembelajaran agar siswa dapat membuat keputusan secara tepat dan rasional. Dengan adanya hal tersebut maka siswa bias diharapkan siswa bisa lebih mengetahui maksud dari masalah matematika yang diberikan
kepada guru.
26 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang berupaya untuk mendeskripsikan profil kemampuan penalaran matematis pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ditinjau dari gaya kognitif visualizer dan verbalizer.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPIT Insan Cendikia jalan paccerakkang kota Makassar.
Adapun subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendikia. Langkah-langkah penentuan subjek pada penelitian ini yaitu:
1. Pemberian angket gaya kognitif visualizer dan verbalizer pada seluruh siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendikia.
2. Peneliti membagi siswa kedalam 2 kelompok bagian berdasarkan perolehan nilai atau hasil angket, yaitu siswa yang bergaya kognitif visualizer dan siswa yang bergaya kognitif verbalizer.
3. Pemberian tes kemampuan penalaran matematis materi materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa yang bergaya kognitif visualizer dan verbalizer kelas VIII SMPIT Insan Cendikia.
4. Siswa yang terpilih akan dijadikan sebagai subjek wawancara.
5. Apabila subjek yang telah dipilih belum mampu memberikan data yang diinginkan maka peneliti mencari subjek lain yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan peneliti.
C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang ditetapkan peneliti pada penelitian ini yaitu kemampuan penalaran matematis pada materi materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ditinjau dari gaya kognitif visualizer dan verbalizer.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan
1) Meminta izin kepada kepala sekolah 2) Merancang instrumen penelitian 3) Validasi instrumen oleh ahli b. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian, yaitu:
1) Untuk mendapatkan target subjek penelitian, peneliti memberikan angket kesuluruh siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendekia. Hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi gaya kognitif siswa visualizer dan verbalizer.
2) Menggolongkan masing-masing 1 siswa kedalam visualizer dan 1 siswa kedalam verbalizer.
3) Memberikan tes kemampuan penalaran materi system persamaan dan pertidaksamaan satu variabel kepada siswa yang telah digolongkan dedalam gaya kognitif visualizer dan verbalizer.
4) Melakukan wawancara dengan subjek penelitian untuk mengklarifikasi jawaban yang telah diberikan sehingga dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kemampuan penalaran matematis pada materi materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
5) Melakukan pengumpulan data dari hasil tes kemampuan penalaran pada materi aljabar dan hasil wawancara dengan subjek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data yang diperoleh.
6) Menyusun laporan penelitian.
c. Tahap Analisis
Setelah melakukan penelitian, selanjutnya semua data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis pada materi materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel ditinjau dari gaya kognitif visualizer dan verbalizer pada siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendikia.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen utama.
Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Peneliti sebagai instrumen utama juga dibantu dengan instrumen pendukung, yaitu:
a. Angket gaya kognitif visualizer dan verbalizer
Angket gaya kognitif adalah instrumen yang berupa pertanyaan pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik yang akan dijawab, kemudian hasilnya digunakan untuk mengetahui gaya kognitif peserta didik tersebut termasuk kedalam gaya kognitif verbalizer atau gaya kognitif visualizer angket terdiri dari 20 pernyataan dan berisi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Angket gaya kognitif dalam penelitian ini diadopsi dari Mendelson (2004). Berikut adalah kisi kisi Visual Verbal Qotioner :
Tabel 3.1 Kisi Kisi Angket Visualizer dan Verbalizer
Gaya
Kognitif Indikator
Butir Pernyataan Positif Negatif
Visualizer
1. Kemampuan
mengingat dan
memahami sesuatu dalam bentuk visual
12, 15, 17
2. Berpikir secara visual 18 11
3. Rapi dan teratur terhadap aktivitas
visual 13,14,19
4. Teliti dan singkat dalam menjawab
pertanyaan 20 16
Verbalizer
5. Kemampuan mengingat dan memahami sesuatu
secara verbal 5 9,10
6. Kemampuan berbicara 6 4
7. Kemampuan berpikir
dalam mengelola kata 1, 2, 3
8. Menjawab pertanyaan
dengan jawaban rinci 7 8
b. Tes kemampuan penalaran matematis
Peneliti menggunakan bentuk soal tes tipe subjektif yaitu essay (uraian) materi sistem persamaan linear satu variabel dan diberikan kepada dua subjek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, soal tes terdiri dari dua soal yang memuat seluruh indikator kemampuan penalaran matematis. Instrument terdiri dari dua soal materi sistem pertidaksamaan satu variabel yang telah di validasi d oleh ahli.
Tabel 3.2 Kisi Kisi Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis Materi Pokok Kompetisi Dasar Indikator Nomor Soal Persamaan dan
pertidaksamaa n linear satu
variabel
Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
Memahami masalah yang berkaitan dengan
pertidaksamaan linear satu variabel.
1, 2, 3
Menentukan variabel dari masalah yang berkaitan dengan
pertidaksamaan linear satu variabel.
1, 2, 3
Mengubah masalah ke dalam model
1, 2, 3
matematika berbentuk pertidaksamaan linear satu variabel Menyelesaikan
model
matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
Menyelesaikan model
matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel
1, 2, 3
c. Pedoman Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang digunakan untuk memverifikasi hasil jawaban tes kemampuan penalaran kemudian dianalisis sehingga didapat kemampuan penalaran siswa yang ditinjau dari gaya kognitif visualizer dan verbalizer Sari, dkk.
(2017). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dengan kata lain, pada wawancara semi terstruktur pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri dari subjek. Pertanyaan- pertanyaan dalam wawancara nantinya berkaitan dengan jawaban subjek terhadap tes kemampuan penalaran. Indikator yang digunakan untuk menyusun wawancara adalah indikator kemampuan penalaran matematis.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis yang berisi tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Catatan lapangan berisi dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif.
Deskriptif berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan. Reflektif berisi tentang kerangka berpikir dan pendapat peneliti serta gagasan peneliti.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data angket, tes, dan wawancara.
Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa pada materi aljabar ditinjau dari gaya kognitif visualizer dan verbalizer.
1. Angket
Metode angket digunakan untuk mendapatkan data tentang gaya kognitif peserta didik. Dalam metode ini peserta didik diberikan angket gaya kognitif yang diadopsi dari Mendelson (2004) untuk mengetahui siswa yang bergaya kognitif visualizer dan verbalizer.
2. Tes
Teknik tes pada penelitian ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan serangkaian tugas berupa tes tertulis berbentuk soal uraian yang diberikan kepada subjek yang diteliti agar mendapatkan suatu nilai yang akan digunakan untuk menentukan subjek yang akan diwawancarai nantinya. Pada tahap pelaksanaan tes,
siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal tersebut tanpa membuka buku dan tanpa melihat jawaban dari siswa yang lain.
3. Wawancara
Pada penelitian ini wawancara dilakukan setelah pelaksanaan tes terhadap siswa, yang kemudian dipilih untuk mengetahui bagaimana kemampuan penalaran matematis siswa tersebut. Pemilihan siswa tersebut berdasarkan dengan perolehan hasil anket gaya kognitif yang telah diberikan dan juga berdasarkan pertimbangan guru matematika yaitu siswa yang memiliki kemampuan berkomunikasi dan dapat bekerjasama dengan baik.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Ibrahim (2015: 108) analisis data model interaktif merupakan teknik analisis data yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh peneliti kualitatif, yakni terdiri dari kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Data Angket
Instrumen Visualizer and Verbalizer Questionnaire (VVQ) terdiri dari 20 item yang berisi pernyataan yang mengarah pada gaya kognitif visualizer dan verbalizer, yakni 10 pernyataan visualizer dan 10 pernyataan verbalizer. Masing-masing pernyataan visualizer dan verbalizer terdapat 5 pernyataan unfavorable. Setiap pernyataan memiliki skor dimulai dari 5 untuk sangat setuju sampai dengan 1 untuk sangat tidak setuju. Namun pada pernyataan unfavorable nilai skornya dibalik.
Berikut adalah daftar skor tiap pernyataan favorable dan unfavorable.
Tabel 3.3 Skor VVQ Tiap Pernyataan
Pernyataan Skor
SS S KS TS STS
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Skor yang diperoleh dijumlah dan dikalikan 2. Siswa dikatakan memiliki gaya kognitif visualizer jika skor visualizernya lebih dari sama dengan 40 dan selisih antara skor visualizer dengan verbalizer lebih dari sama dengan 20, sedangkan siswa dikatakan memiliki gaya kognitif verbalizer jika memperoleh skor verbalizer lebih dari sama dengan 40 dan selisih antara skor visualizer dan verbalizer lebih dari sama dengan 20. Jika skor yang diperoleh kurang dari 40 atau selisih skor visualizer dan verbalizer kurang dari 20 maka siswa tersebut bergaya kognitif negligible, bukan visualizer ataupun verbalizer. Siswa dengan gaya kognitif negligible diabaikan karena berbeda dengan tujuan penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.4 Pengelompokkan Gaya Kognitif Skor yang Diperoleh Gaya Kognitif Skor VS ≥ 40 dan VS – VB ≥ 20 Visualizer Skor VB ≥ 40 dan VB – VS ≥ 20 Verbalizer
Skor VS < 40 dan skor VB < 40 atau VS – VB < 20
Negligible
b. Reduksi Data
Reduksi data yaitu kegiatan/aktivitas merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan angket kepada seluruh siswa kelas VIII
2) Menganalisa dan menggolongkan masing-masing 1 siswa kedalam visualizer dan 1 siswa kedalam verbalizer
3) Memberikan soal tes kemampuan penalaran kepada siswa yang telah digolongkan
4) Menganalisa hasil tes kemampuan penlaran siswa
5) Melakukan wawancara kepada subjek yang telah ditentukan 6) Hasil wawancara disusun dengan bahasa yang baik kemudian di
transformasikan kedalam bentuk uraian.
c. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menunjukkan dan menampilkan kumpulan data atau informasi yang sudah tersusun dan terkategori, sehingga memungkinkan suatu penarikan kesimpulan atau tindakan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan sebagai berikut.
1) Menyajikan hasil pekerjaan siswa, dimana hasil pekerjaan tersebut dijadikan bahan untuk wawancara.
2) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam pada alat perekam suara, dimana penyajian hasil wawancara disusun dalam sebuah dialog.
d. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan penelitian dari data yang sudah dikumpulkan dan memverifikasi kesimpulan tersebut. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah adanya temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya yang diperoleh dari hasil tes dan wawancara siswa dan deskripsi kemampuan penalaran siswa pada soal materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran tentang objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap setelah diteliti menjadi jelas.
H. Pengujian Keabsahan Data
Triangulasi pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik/metode yaitu dilakukan dengan cara membandingkan hasil angket, tes, dan hasil wawancara yang telah dikerjakan oleh subjek untuk mengecek keabsahan data.
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian, membahas hasil tersebut dalam pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Adapun bagian-bagian yang akan dipaparkan adalah proses pelaksanaan penelitian, penyajian data dan analisis data penelitian, setelah itu akan masuk pada bagian pembahasan.
A. Hasil Angket
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar. Lebih tepatnya di SMPIT Insan Cendikia kelas VIII, pada pemberian angket Visualizer and Verbalizer Questionnaire (VVQ) yang diberikan dikelas VIII yang berjumlah 33 subjek.
Proses pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi dan wawancara di di SMPIT Insan Cendikia pada tanggal 20 Maret 2020. Peneliti mendapat izin dari pihak sekolah sekaligus mewawancarai guru mata pelajaran matematika. Setelah melakukan observasi, pada tanggal 9 November 2020, peneliti memberikan surat izin penelitian kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian. Kemudian pada tanggal 15 November 2020 peneliti memberikan angket kepada siswa kelas VIII.
Dimasa pandemi covid 19 SMPIT Insan Cendikia melakukan proses belajar mengjar secara home visit yaitu proses belajar mengajar dimana siswa dibagi menjadi tiga kelompok perkelas kemudian datang kerumah guru untuk melakukan prosesbelajar mengajar. Pemberian angket diberikan langung kepada siswa dimana peneliti datang di lokasi belajar mengajar siswa. Adapun hasil angket dari siswa kelas VIII SMPIT Insan Cendikia.
Tabel 4.1 Hasil Angket Siswa Kelas VIII No Inisial Ve Vi Ve - Vi Vi - Ve
1 AQ 42 49 -7 7