• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Bahan Ajar

Saat proses pembelajaran berlangsung, tentu tidak lepas dengan adanya bahan ajar. Bahan ajar akan membantu guru dalam melaksanakan

commit to user

proses pembelajaran. Tidak semua jenis konten dapat digunakan sebagai bahan ajar. Hal ini karena bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan- batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematik dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya, hal tersebut diungkapkan oleh Widodo & Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1).

Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk belajar (Tasri, 2011).

Prinsip penting dalam pengajaran ialah bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu (Rahmanto, 1988: 26). Materi atau bahan ajar adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Dantes, 2008: 4).

Bahan belajar (ajar) adalah sesuatu yang mengandung pesan/informasi untuk disajikan kepada pengguna baik oleh dirinya sendiri atau melalui bantuan penggunaan alat (Kurniawati, 2015: 11). Pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk baik berbentuk cetak maupun noncetak yang digunakan guru dalam proses belajar guna mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.

b. Karakteristik Bahan Ajar

Sebuah bahan ajar yang baik, tentunya memiliki ciri-ciri yang harus sesuai dengan kriteria tertentu. Agar bahan ajar dapat dikatakan layak dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Widodo & Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1) menambahkan bahwa ada lima karakteristik bahan ajar, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly sesuai dengan pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Guruan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

commit to user

Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003. Kelima karakteristik ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan saat akan menentukan bahan ajar.

Self instructional, yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Self contained, yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh. Stand alone (berdiri sendiri), yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Adaptive, yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. User friendly, yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespons dan mengakses semua dengan keinginan, hal tersebut diungkapkan Widodo

& Jasmadi (2008: 50) (dalam Lestari 2013: 3). Artinya, dalam bahan ajar harus ada kelima karakteristik tersebut untuk dapat dikatakan bahan ajar yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran.

Pemilihan bahan ajar harus mempertimbangkan tiga aspek, yaitu pertama sudut bahasa, kedua psikologi, dan ketiga latar belakang budaya (Rahmanto, 1988: 27). Bahasa menjadi hal yang penting, mengingat pembelajaran sastra sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa.

Bahan ajar juga dapat disesuaikan dengan perkembangan psikologi siswa, agar dapat menarik minat terhadap karya sastra yang disajikan.

Terakhir, pemilihan bahan ajar dapat mempertimbangkan latar belakang budaya. Guru hendaknya mempertimbangkan bahan ajar yang akan digunakan dengan latar belakang budaya siswa. Siswa akan cenderung lebih tertarik apabila bahan ajar yang digunakan sesuai dengan latar belakang budayanya. Rahmanto menambahkan bahwa meski demikian, guru hendaknya selalu ingat bahwa pendidikan secara keseluruhan bukan hanya menyangkut situasi dan masalah-masalah lokal saja. Dengan

commit to user

istilah lain sering kita katakan bahwa pendidikan memperkenalkan kita pada dunia. Artinya, di sisi lain guru juga harus dapat memperkenalkan budaya luar disamping mengajarkan sastra lokal kepada siswa.

Beberapa hal yang terkait dengan pemilihan bahan ajar, diantaranya (1) Materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir. (2) Materi harus bermakna, otentik, terpadu, berfungsi, kontekstual, dan komunikatif. (3) Materi harus mencerminkan kebhinekaaan dan kebersamaan, pengembangan budaya, ipteks, dan pengembangan berpikir, kehalusan perasaaan, dan kesantunan sosial (Ismawati, 2013:

35). Ketiga pendapat di atas sebenarnya hampir memiliki kesamaan bahwa bahan ajar harus mempertimbangkan aspek bahasa, psikologi, latar belakang budaya, materi jelas, dan sesuai dengan perkembangan ipteks.

c. Fungsi Bahan Ajar

Fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok. Hal tersebut diungkapkan oleh Prastowo (dalam Lestari, 2013: 7) sebagai berikut.

1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:

a) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan siswa dalam belajar).

b) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran yang diselenggarakan.

a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

b) Sebagai alat yang digunakan untuk menyususun dan mengawasi proses peserta didik dalam memperoleh informasi.

3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:

a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar

commit to user

belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.

b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Jenis-jenis Bahan Ajar

Bahan ajar dapat dibedakan menjadi lima jenis (Dantes, 2008: 5).

Kelima jenis tersebut, yaitu:

1) Materi fakta: segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

2) Materi konsep: segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti/isi dan sebagainya.

3) Materi prinsip: berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

4) Materi prosedur: meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

5) Materi sikap atau nilai: merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dan sebagainya.

Berkaitan dengan penelitian stilistika pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penulis merujuk pada penelitian sebelumnya, yaitu Novel Sunset Bersama Rosie Karya Tere Liye (Kajian Stilistika dan Nilai Pendidikan Karakter) oleh Jatmiko pada tahun 2014. Pada penelitian ini, Jatmiko menganalisis kajian stilistika pada novel Sunset Bersama Rosie Karya Tere Liye. Tidak hanya itu,

commit to user

Jatmiko juga mengaitkannya dengan nilai pendidikan karakter. Pada penelitian tersebut, Jatmiko menggunakan pendekatan stilistika untuk mengkaji penggunaan diksi, citraan, gaya bahasa dan gaya kalimat pada novel Sunset Bersama Rosie Karya Tere Liye. Penelitian Kajian Stilistika Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Kelas XI lebih sederhana karena tidak mengkaji gaya kalimat yang ada dalam cerpen. Hal ini karena disesuaikan dengan kebutuhan bahan ajar kurikulum 2013.

Selain itu, pada tahun yang sama terdapat penelitian yang ditulis oleh Hardini yang berjudul Kajian Stilistika Antologi Puisi Baju Bulan Karya Joko Pinurbo. Penelitian ini juga mengkaji stilistika, namun objek penelitiannya, yaitu puisi-puisi karya Joko Pinurbo. Pada penelitian ini, kajina stilistika difokuskan dalam mengkaji penggunaan diksi, gaya bahasa, citraan, dan simbol. Berbeda dengan penelitian Kajian Stilistika Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Kelas XI yang mengkaji cerpen melalui pendekatan stilistika dan mengaaitkannya sebagai bahan ajar di kelas XI SMA.

Inyang dalam penelitian Linguistic – Stylistic Technique and the Effective Teaching and Learning of Poetry in Nigerian Senior Secondary Schools pada tahun 2009 berisi mengenai penelitian yang menyelidiki efek penggunaan teknik linguistik – stilistika dalam pengajaran puisi di SMA Nigeria. Pada penelitian tersebut, stilistika digunakan sebagai salah satu teknik pembelajaran, berbeda dengan penelitian Kajian Stilistika Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Kelas XI yang mengkaji stilistika pada cerpen itu sendiri.

Yuliawati, Waluyo, & Mujiyanto menyusun penelitian yang berjudul Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahma El Shirazy pada tahun 2012. Penelitian tersebut mencari penggunaan retorika, keunikan diksi dan nilai pendidikan yang terdapat pada novel Bumi Cinta.

Kesimpulan dari penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa novel Bumi Cinta dapat dipakai sebagai bahan ajar pelajaran bahasa Indonesia. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada objek kajian stilistikanya. Kajian Stilistika

commit to user

Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Kelas XI mengkaji stilistika pada cerpen, sedangkan penelitian Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahma El Shirazy pada tahun 2012 mengkaji stilistika pada novel.

Pada rentang waktu lima tahun, kajian stilistika sebenarnya sudah banyak digunakan dalam penelitian. Namun, tidak banyak yang mengkaitkannya sebagai bahan ajar, diantaranya Telaah Stilistika Puisi-Puisi Rendra dan Taufik Ismail oleh Lamusu pada tahun 2010. Pada penelitian ini, Lamusu menggunakan kajian stilistika untuk membandingkan antara wacana puisi Rendra dan Taufik Ismail.

Perbandingan puisi-puisi kedua penyair tersebut dikaji melalui stilistika sebagai sebuah wacana. Pada penelitian tersebut tidak diungkapkan bagaimana relevansinya sebagai bahan ajar di kelas XI SMA.

Penelitian yang berjudul Diksi dan Majas Dalam Kumpulan Puisi Nyanyian Dalam Kelam Karya Sutikno W.S: Kajian Stilistika oleh Munir, Haryati, & Mulyono pada tahun 2013 juga merupakan penelitian yang menggunakan kajian stilistika. Pada penelitian tersebut, Munir, Haryati, &

Mulyono mengkaji puisi melalui penggunaan diksi dan majas. Pada penelitian stilistika tersebut, peneliti tidak mengkaitkannya sebagai bahan ajar. Terdapat pula penelitian yang berjudul Telaah Stilistika dalam Syair Burung Pungguk oleh Yunata pada tahun 2013. Yunata menggunakan kajian stilistika untuk mengetahui penggunaan diksi dan majas. Namun, pada penelitian tersebut juga tidak dikaitkan sebagai bahan ajar. Penelitian-penelitian di atas memiliki beberapa kesamaan yakni adanya kajian stilistika tanpa adanya kaitan dengan bahan ajar. Penelitian Kajian Stilistika Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar di Kelas XI SMA berbeda dengan penelitian- penelitian tersebut yang mengkaji relevansi cerpen-cerpen tersebut dengan bahan ajar. Selain itu, kajian stilistika dari penelitian ini yaitu cerpen. Hal ini berbeda karena biasanya kajian stilistika digunakan untuk puisi.

commit to user B. Kerangka Berpikir

Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang merupakan kumpulan cerita pendek yang dianggap terbaik oleh koran Kompas pada tahun 2013. Tidak salah apabila Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang terdapat banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan tersebut dapat dikaji melalui pendekatan stilistika, yang meliputi diksi, citraan, dan majas. Penggunaan diksi dapat dikaji dengan penggunaan makna denotatif dan konotatif pada karya sastra. Citraan terdapat tujuh jenis yaitu: penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman, pemikiran, dan gerak. Majas dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: majas penegasan, majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran. Setiap kelompok majas memiliki berbagai macam jenis di dalamnya.

Pembelajaran kurikulum 2013 pada saat ini juga memiliki materi mengenai cerpen, khususnya pada kelas XI SMA. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi dasar dan silabus pembelajaran. Pada jenjang pendidikan ini, selain mempelajari struktur cerpen, siswa harus mempelajari mengenai stilistika dalam cerpen. Cerpen-cerpen yang digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan tema buku teks. Mengingat kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik, sehingga cerpen yang digunakan memiliki tema yang sama. Stilistika yang dipelajari dalam pembelajaran di sekolah dapat berupa penggunaan diksi, citraan, dan majas. Oleh karena itu, penelitian stilistika pada pembelajaran kurikulum 2013 diperlukan untuk bahan referensi sebagai bahan ajar. Tidak semua konten dapat digunakan sebagai bahan ajar. Hal ini karena bahan ajar harus mempertimbangkan beberapa aspek yaitu, bahasa, psikologi, latar belakang budaya, materi jelas, dan sesuai dengan perkembangan ipteks. Lebih jelasnya kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Dokumen terkait