BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Pustaka
2. Hasil belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan siswa yang dimiliki siswa setelah ia mengalami proses belajarnya.24 Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan pelajaran yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas dasar tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, Afektif, Psikomotorik.25 Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima perlakuan proses pembelajaran dari seorang guru.
Hasil belajar, meliputi tiga aspek, yaitu: Pertama, aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua, aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental, perasaan dan kesadaran siswa,
24Nana Sudjana, Penilaian Proses, h. 22.
25 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.46.
dan ketiga, aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan dalam keterampilan yang lebih bersifat faaliah dan konkret.26
Dalam bukunya Wina Sanjaya Bloom mengungkapkan tiga kemampuan seseorang yang harus dicapai dalam belajarnya yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.
1) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.27
3. Mata Pelajaran Fiqih
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa.28 Dalam pembelajaran terdapat adanya interaksi antara guru dan siswa. Lebih dari itu siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah disediakan oleh guru yaitu kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang dicapai.
26Zakiah Dardajat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Metodik Khusus, h. 197-205.
27Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 88.
28 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 9.
Secara bahasa Fiqih berasal dari kata faqaha yang berarti memahami dan mengerti. Sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amaliah (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalil yang terperinci dalam nash (Al-Qur’an dan Hadis).29
Sedangkan menurut Abdul Quddus di dalam bukunya, Fiqih menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik. Sedangkan menurut istilah Fiqih berarti mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalil yang rinci.30 Jadi pembelajaran Fiqih adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar tentang hukum Islam dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari- hari baik itu dalam hal ibadah maupun muamalah.
b. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih
Pembelajaran Fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syari’at Islam secara kaaffah (sempurna).
Adapun tujuan pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah menurut peraturan menteri agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun
29 Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih (Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada, 2011), h. 2.
30Abdul Quddus, Islam Multidimensi (Mataram: Pantheon Media Pressindo, 2007), h.119.
2008 tentang standar kompetensi lulusan mata pelajaran agama Islam dan bahasa Arab di Madrasah adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam Fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama manusia yang diatur dalam Fiqih Muamalah.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.31
Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah agar siswa mampu menerapkan praktik ibadah dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar.
c. Materi Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Adapun materi mata pelajaran Fiqih yang diajarkan pada kelas VII menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 dilihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:32
31 Tim Penyusun, “Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008. Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah”, hlm. 45 dalam https://www.kemenag.go.id diakses tanggal 16 Juli
2017 32
Ibid.,59
Tabel 2.1
Materi Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Semester Ganjil Di Madrasah Tsanawiyah
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan ketentuan Thaharah (bersuci)
1.1 menejelaskan macam-macam najis dan tata cara thaharahnya (bersucinya).
1.2 Menjelaskan hadas kecil dan tata cara thaharahnya.
1.3 Menjelaskan hadas besar dan tata cara thaharahnya
1.4 Mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas.
2. Melaksanakan tatacara shalat fardhu dan sujud sahwi
2.1 menjelaskan tatacara shalat lima waktu
2.2 menghafal bacaan-bacaan shalat lima waktu
2.3 menjelaskan ketentuan waktu shalat lima waktu.
2.4 Menjelaskan ketentuan sujud sahwi.
2.5 Mempraktikkan shalat lima waktu dan sujud sahwi
3. Melaksanakan tatacara azan, iqamah, dan shalat jamaah
3.1 menjelaskan ketentuan azan dan iqamah
3.2 menjelaskan ketentuan shalat berjamaah
3.3 menjelaskan ketentuan makmum masbuk
3.4 menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa.
3.5 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal.
3.6 Mempraktikkan azan, iqamah, dan shalat jamaah
4. Melaksanakan tatacara berzikir dan berdo’a setelah shalat
4.1 menjelaskan tatacara berzikir dan berdo’a setelah shalat.
4.2 Menghafalkan bacaan zikir dan do’a setelah shalat.
4.3 Mempraktikkan zikir dan do’a Tabel 2.2
Materi Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Semester Genap Di Madrasah Tsanawiyah
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan tata cara shalat wajib selain shalat lima waktu
1.1 Menjelaskan ketentuan shalat dan khutbah jum’at
1.2 Mempraktikkan khutbah dan shalat jum’at
1.3 Menjelaskan ketentuan shalat jenazah
1.4 Menghafal bacaan-bacaan shalat jenazah
2. Melakasanakan tata cara salat jama’, qashar, dan jama’ qashar serta shalat dalam keadaan darurat
2.1Menjelaskan ketentuan shalat jama’, qashar,dan jama’ qashar
2.2 Mempraktikkan shalat jama’, qashar, dan jama’ qashar
2.3 Menejalaskan ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan kendaraan
2.3 Mempraktikkan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan
3. Melaksanakan tatacara shalat sunnah muakkad dan ghairu muakkad
3.1 Menjelaskan ketentuan shalat sunnah muakkad.
3.2 Menjelaskan macam-macam shalat sunnah muakkad.
3.3 Mempraktikkan shalat sunnah muakkad.
3.4 Menjelaskan ketentuan shalat
sunnah ghairu muakkad.
3.5 Menjelaskan macam-macam shalat sunnah ghairu muakkad.
3.6 Mempraktikkan shalat sunnah ghairu muakkad
Dari materi Fiqih kelas VII MTs di atas materi pelajaran yang akan didemonstrasikan adalah materi tentang Salat Jamak, Qasar, dan Jamak Qasar. Sebelum guru menggunakan metode demonstrasi terlebih dahulu guru menjelaskan pengertian, syarat-syarat, beserta rukun-rukun shalat barulah guru mendemonstrasikan setelah itu, baru siswa mendemonstrasikan agar pemahamannya semakin kuat atau melekat dan bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Shalat
1) Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa adalah do’a sedangkan secara istilah shalat adalah sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.33
2) Syarat-syarat Shalat
Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum suatu perbuatan atau amal ibadah itu dilaksanakan adapun syarat sah shalat ada delapan:
33Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,Taharah, shalat, Zakat, Puasa, Haji (Jakarta: Amzah, 2013), h. 145.
(a) Beragama Islam
Orang yang bukan agama Islam tidak diwajibkan shalat sampai orang itu akan masuk Islam, dan apabila orang kafir masuk Islam maka dia tidak diwajibkan mengqada’ shalat sewaktu ia belum Islam.
(b) Baligh
Anak-anak tidak wajib shalat tetapi kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya sehingga ketika sudah cukup umurnya tidak keberatan untuk melaksanakan shalat karena sudah dibiasakan. Wajib atas orang tua menyuruh anaknya shalat, apabila ia sudah berumur tujuh tahun, dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun hendaklah dipukul apabila tidak melaksanakanya.34
(c) Berakal Sehat
Orang yang sehat dan tidak mengalami gangguan jiwa maka wajib melaksanakan shalat tetapi apabila Orang yang gila atau akalnya tidak sehat maka gugur kewajiban untuk melaksanakan shalat.35
(d) Suci Badan, Pakaian Tempat Dari Najis Dan Hadats
Orang yang hendak shalat harus suci, baik dari hadats kecil maupun hadats besar dengan cara mandi, wudhu, atau tayammum sesuai dengan keadaan masing-masing. Jika seseorang shalat tanpa bersuci dari hadats maka shalatnya tidak sah dan jika berhadats setelah mulai shalat maka shalatnya menjadi batal sebab syaratnya tidak terpenuhi.
34 Labib , Fiqih Islam (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2006), h.126.
35Ummi Ayanih, Dahsyatnya Shalat Dan Do’a Ibu (Jakarta: Raih Asa Sukses), h. 45.
(e) Menutup Aurat Dengan Kain yang Suci
Menutup aurat termasuk syarat sahnya shalat. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT.
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) Masjid (QS. Al-A’raf: 31)36
Kata zinah dalam ayat di atas maksudnya adalah sesuatu yang dipergunakan untuk menutup aurat sedangkan kata masjid adalah tempat yang dipergunakan untuk shalat. Artinya hendaklah kalian menutupi aurat kalian setiap akan melaksanakan shalat. 37
(f) Mengetahui Masuknya Waktu Shalat
Mengetahui masuknya waktu shalat bisa dilakukan dengan sebatas kemantapan hati. Siapa yang yakin bahwa waktu shalat telah masuk, baik dengan mendengar adzan, ada seseorang yang memberitahukan bahwa waktu shalat telah masuk, melakukan ijtihad sendiri atau dengan cara lain, maka diperbolehkan melaksanakan shalat.38
(g) Menghadap Kiblat
Para ulama sepakat bahwa tidak sah shalat seseorang tanpa menghadap kiblat hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al- Baqaraah ayat 144
36Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
\PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 153.
37SayyidSabiq, fikih Sunnah, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012),h.214.
38Ibid., h.211.
Artinya:“Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah:
144)39
Kiblat umat Islam adalah Masjidil Haram. Jika seseorang dapat melihat ka’bah maka ia wajib Menghadap Ka’bah. Namun apabila tidak melihat Ka’bah maka hanya wajib menghadap ke arahnya.40
3) Rukun Shalat
Shalat mempunyai rukun yang harus diepenuhi sehingga shalat yang dikerjakan sesuai dengan aturan yang ada dan tidak menyimpang darinya. Jika rukun dan fardhu yang telah ditetapkan tidak dilaksanakan, maka shalat yang dilakukan tidak sah menurut syara’.
(1) Niat
Dasar dari niat adalah sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Bayyinah ayat 5
Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.(QS Al-Bayyinah: 5)41
Ibnu Qayyim Berkata, arti niat adalah menyengaja dan berkeinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu. Niat terletak dalam hati
39Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,h.22 .
40 Supiana, Materi Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2010), h.31.
41Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 598.
dan dia tidak ada hubungan sama sekali dengan lisan, fungsi niat ini adalah untuk membedakan suatu perbuatan yang bersifat ibadah dengan perbuatan lainnya yang bukan ibadah .42
(2) Takbiratul Ihram
Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits yang berasal dari Ali ra.
Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda.43
م ْسّت ْحت ْ ّت ْحت ّط اّ تْ م Artinya:
“Pembuka shalat adalah bersuci, yang melarang (melakukan sesuatu) takbir dan yang menghalalkan (melakukan sesuatu) adalah salam (HR.
Syafi’I Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majjah dan Tirmidzi).44 (3) Berdiri Bagi yang Mampu
قف ْ طتْست ْم ْ إف ، ً ئ ق ّ ص ْ ج ف ْ طتْست ْم ْ إف ، ً
Artinya:
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika engkau tidak mampu maka laksanakanlah dalam keadaan duduk jika engkau tidak mampu mengerjakannya maka kerjakanlah dalam keadaan berbaring.”45
Berdiri bagi orang yang mampu ketika akan mengerjakan shalat, adalah hukumnya wajib dalam shalat fardhu. Namun dalam shalat sunnah diperbolehkan melakukannya dengan cara duduk meskipun mampu melaksanaksnnya dengan berdiri, hanya saja pahala shalat yang dilakukan dengan berdiri lebih sempurna dari pada shalat yang dilakukan dengan duduk.46 Shalat bagi yang tidak mampu berdiri diperbolehkan melakukan
42SayyidSabiq, fikih Sunnah, h. 226.
43Ibid.,h. 226.
44 Ibid.,h. 227.
45Ayanih, Dahsyatnya Shalat h.48.
46Abu Malik Kamal Ibnu as-Sayyid Salim, Fiqih sunnah wanita (Depok: Madina Cipta Kreasi,2013), h. 127.
shalat sesuai dengan kemampuannya dan tetap mendapatkan pahala shalat dengan sempurna tanpa dikurangi. 47
(3) Membaca Al-Fatihah Setiap Rakaat Dalam Shalat Fardhu dan Shalat Sunnah
Adapun hadits yang menjelaskan tentang kewajiban membaca surat Al-Fatihah setiap rakaat dalam shalat baik shalat fardhu maupun shalat sunnah.
ت ْ حت ْأ ْق ْم ْ اص ا Artinya:
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah.”48 (4) Ruku’
Rukuk merupakan bagian dari fardhu shalat Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 77.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah dan sujudlah kamu” (QS. Al- Hajj: 77).49
Rukuk dilakukan dengan cara membongkokkan tubuh, dan kedua tangan menyentuh kepada lutut. Rukuk harus disertai dengan thuma’ninah sebagaimana keterangan yang terdapat dalam hadits yang berkaitan
47SayyidSabiq, Fikih Sunnah h. 229.
48Ibid.,230.
49Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 341.
dengan orang yang tidak memperbagus shalatnya.50 Ketika itu Rasulullah SAW. bersabda “Kemudian hendaklah kamu ruku’ dengan thuma’ninah.”
Dari Abu Qatadah, ia berkata bahwasanya Rasulullah SAW.
Bersabda
ْ ق ت اص ْ م ْس ْ ّ ً قْ س س ّ ْس ّمت ا ق ؟ ت اص ْ م ْس فْ ك ِ س :
دْ جْ ّس ْ ك ّ ف ْ ص مْ ق ا : ق دْ س ا ْ ك Artinya:
“Pencurian terburuk yang dilakukan manusia adalah mencuri shalatnya!
para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dia mencuri dari shalatnya? Rasulullah SAW. menjawab, dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujud atau beliau bersabda: “Dia tidak meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud. (HR. Ahmad, Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Dia berkata sanad Hadits shahih) 51
(5) I’tidal Dengan Thuma’ninah
I’tidal merupakan bagian dari fardhu shalat dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda
دْ س ْ ك ْ ْ ص مْ ق ا ج اص إ ه ْ ا Artinya:
Allah tidak melihat shalatnya seseorang yang tidak meluruskan punggungnya diantara rukuk dan sujudnya, (HR. Ahmad) 52
(6) Sujud Dengan Thuma’ninah
ّمث
ً ج س ّ ْطت ّتح ْ ْس Artinya:
“Kemudian sujudlah dengan tuma’ninahlah ketika sujud”53
50Labib, Fiqih Islam,h. 113.
51SayyidSabiq, fikih Sunnah, h.234.
52 Ibid., h.235.
53Ibid.,h.82.
Maksudnya meletakkan kedua lutut dan kedua telapak tangan, kening, hidung, ke atas sajadah sehingga menempel pada tempat sujud.
Ada tujuh anggota sujud yang harus mengenai tempat sujud, yaitu kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua jari-jari kaki memanjat tempat sujud.54
Dasar yang menjelaskan tentang wajibnya sujud dalam shalat telah disebutkan sebelumnya dalam al-Qur’an, Rasulullah SAW juga menjelaskan berkaitan dengan shalat-shalatnya yang tidak benar beliau berkata “Kemudian sujudlah sampai benar-benar sujud dengan thuma’ninah kemudian bangkitlah sampai engkau benar-benar duduk.!
Thuma’ninah adalah berhenti sebentar untuk beberapa saat sampai anggota tubuh tegak. Para ulama memberi batasan thuma’ninah yaitu selama kadar membaca satu kali tasbih. 55
(7) Duduk Diantara Dua Sujud
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika sujud.” (HR. Bukhari Muslim)
(8) Duduk Tahiyat Akhir Dengan Membaca Tasyahud
ّه ّ حّت ق ْ ف اّ ف ْمك حأ ق إف
54 Labib,Fiqih Islam, h. 115.
55SayyidSabiq, fikih Sunnah, h. 235.
Artinya:
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah ”.
(9) Membaca Salam
Kewajiban mengucapkan salam dalam shalat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dan yang beliau lakukan.
م ْسّت ْحت ْ ّت ْحت ّط اّ تْ م Artinya:
“Kunci shalat adalah bersuci, pembukaanya adalah takbir dan penutupnya adalah member salam.” (HR. Ahmad, Syafi’i Abu Dawud, Ibnu Majjah dan Tirmidzi).56
Salam adalah salah satu rukun shalat ucapan salam yang paling minimal assalamu’alaikum. Adapun ucapan yang lebih sempurna Aassalamualaikum Warohmatullah sambil memalingkan wajah ke kanan dan kekiri. 57 Mayoritas ulama berpendapat bahwa salam yang pertama adalah hukumnya wajib sedangkan untuk yang kedua hukumnya sunnah.58
(10)Tertib
Tertib adalah melaksanakan rukun-rukun shalat sesuai urutan yang dijelaskan dan ditetapkan oleh Rasulullah SAW.59
56 Ayanih, Dahsyatnya Shalat, h. 52.
57Abu Malik, Fiqih Sunnah , h. 134.
58 Sayyid Sabiq, fikih Sunnah, h. 236
59 Abdullah Ath-Thayyar, Ensiklopedia Shalat (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h.111.
B. Kerangka Berfikir
Metode mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang dapat dimiliki oleh siswa akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode dengan materi yang akan diajarkan, itu berarti materi pembelajaran akan cepat dipahami dengan penggunaan metode yang tepat. Metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran Fiqih materi shalat.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajarai.60
Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Salah satu faktor eksternnya adalah metode pembelajaran. oleh karena itu, pada pelaksanaan pembelajaran guru harus memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi yang diajarkan agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan teori yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan kerangka berfikir sebagai berikut:
60Abuddin Nata, Perspektif Islam ,h.183.
Metode demonstrasi yang digunakan pada pembelajaran Fiqih
Mempengaruhi hasil belajar siswa
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran. Jadi hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya.61 Sedangkan menurut Bambang Prasetyo hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.62 Berdasarkan pejelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau jawaban yang bersifat sementara yang harus diuji lagi kebenarannya.
1. HA (Hipotesis Alternatif)
Adanya pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Fiqih materi shalat kelas VII MTs Al-Ikhlasiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. H0 (Hipotesis Nihil)
Tidak adanya pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Fiqih materi shalat kelas VII MTs Al-Ikhlasiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016/2017.
61 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011),h.133
62 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h.76
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen penelitian kuantitatif adalah suatu proses penelitian untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.63 Sedangkan metode eksperimen adalah digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan yang akan terjadi pada suatu variabel apabila diberikan suatu perlakuan tertentu pada variabel lainnya.64
Metode true eksperimental design atau eksperimen yang betul-betul, karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dalam penelitian ini sampel dibagi menjadi dua kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode pembelajaran demonstrasi dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan.
Desain penelitian yang diguanakan adalah posttest only control design pada penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatmen dianalisis dengan uji beda pakai statistik t-test.65
63Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka, 2010), h. 20.
64Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur (Jakarta: Kencana, 2013) ,h.37.
65 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 76
Tabel 3.1
Posttest Only Control Design Kelompok Perlakuan Tes akhir
R1 X O2
R2 - O4
Keterangan R1: Eksperimen R2: Kontrol
X : Pembelajaran fiqih menggunakan metode demonstrasi - : Pembelajaran fiqih tidak menggunakan metode demonstrasi.
O2 : Postest kelas eksperimen O4 : Postest kelas kontrol B. Populasi
Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dapat berupa: guru, siswa, fasilitas, lembaga sekolah, dan sebagainnya.66 Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
66Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktikknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),h. 54.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan individu yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs yang berjumlah 42 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VII A yang berjumlah 21 orang siswa dan kelas VII B yang berjumlah 21 orang siswa yang terpilih menjadi kelompok eksperimen, adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 21 siswa, dan kelompok kontrol adalah siswa kelas VII B yang berjumlah 21 siswa.
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini waktu yang ditetapkan adalah pada tanggal 1 sampai dengan 30 April. Penentuan waktu penelitian ini dikarenakan asumsi sementara peneliti yaitu merupakan waktu yang tepat untuk menyebarkan tes dan kegiatan praktik kepada subjek penelitian dari variabel yang telah ditentukan yakni di MTs Al-Ikhlasiyah Perampuan.
D. Variabel Penelitian
Menurut Wina Sanjaya variabel adalah segala faktor, kondisi, situasi, perlakuan, (treatment) dan semua tindakan yang bisa dipakai untuk mempengaruhi hasil eksperimen.67 Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.68 Variabel penelitian sesuai dengan metode eksperimen dikelompokkan menjadi dua yaitu: variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini peneliti
67 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan h. 95.
68 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h.116.