• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Dalam dokumen Syarat Khusus - Hibah (Halaman 31-59)

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa hasil wawancara dengan para narasumber yang telah ditentukan kriterianya dengan menjawab pertanyaan yang telah dipersiapkan. Wawancara dilakukan dengan semi terstruktur kepada pihak pengusaha skala menengah dan konsultan keuangan serta operasional yang memahami tentang manajemen modal kerja. Berikut pada Tabel 5.1 merupakan penjelasan tentang profil narasumber dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 5.1 Profil Narasumber

No Nama Profil Narasumber Kode

1 Rinaldy Firstian., S.E., M.M

Beliau merupakan salah satu pemilik dari PT.

Dua Putri Ciliwung di Banyuwangi yang bergerak di bidang pertambangan batu.

RF

2 Alvin Livano., SE

Beliau saat ini merupakan pemilik dalam bisnis bidang bahan bangunan di Surabaya dengan memiliki banyak pengalaman di bidang kewirausahaan dan menjadi Entrepreneur in Residence (EIR) di Universitas Ciputra.

AL

3 Alfy Wahyu Pramita Sari., M.M

Beliau saat ini pemilik bisnis yang bergerak di bidang teh, kopi, dan madu yang sedang berkembang di Surabaya dengan nama merek Akar Pulung.

AWP

4 Dean Reyhan Michael, SE., M.M., CFP®

Beliau merupakan praktisi dalam bisnis yang bergerak dibidang makanan. Selain itu, merupakan praktisi keuangan dan memiliki sertifikasi dibidang perencanaan keuangan.

DRM

24 5 Ir. Alexander

Wahyudi, MBA., M.M

Beliau merupakan praktisi dalam bidang operasional dan produksi. Selain itu beliau juga sebagai dosen tetap di Universitas Ciputra Surabaya. Beliau juga sebagai Asesor LSP P1 untuk skema pengoperasian bisnis dan analisis pengembangan bisnis.

AW

5.1.1 Faktor Internal Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor internal dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan sehingga manajemen modal kerja dapat berjalan dengan baik. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dan diantisipasi sehingga pengelolaan modal kerja dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Berikut pernyataan narasumber RF, AL, dan AWP sebagai pengusaha berkaitan faktor internal yang mempengaruhi modal kerja, antara lain:

“Jadi, ya penjualan itu faktor internalnya. Seberapa banyak kita menjual produk yang dihasilkan itu semakin lancar untuk modal kerjanya” (RF).

“Yang paling mempengaruhi untuk usaha saya yaitu bahan bangunan, adalah SOP yang paling penting. Karena setiap dalam kegiatan itu selalu ada SOP nya, jadi agar kita mengetahui harus seperti apa karena panjang sekali yang harus diatur dalam usaha bahan bangunan” (AL).

“Faktor internal yang mempengaruhi itu ada beberapa pak salah satunya kalau dilihat dari barang produksi ya pak, ya itu tadi, di persediaan itu kita tidak melakukan banyak persediaan agar modal kerjanya juga tetap dapat berputar sepenuhnya. Kemudian dari faktor personalnya, manajemennya, kita harus bisa membagi apa saja yang harus didahulukan untuk melakukan pembelian bahan baku” (AWP).

Peryataan dari narasumber RF menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi modal kerja adalah penjualan. Disisi lain menurut narasumber AL yang mempengaruhi modal kerja yaitu SOP (standard operating procedure). Selanjutnya, narasumber AWP yaitu jumlah ketersediaan dari persediaan dan manajemen personalia

25

yang ada dalam perusahaan. Berkaitan dengan pernyataan narasumber AW dan DRM selaku praktisi dan konsultan dalam manajemen modal kerja, sebagai berikut:

“Pertama kali pemahaman tentang modal kerja, pemahaman tentang modal kerja misalnya kas, kemudian persediaan, piutang, sewa atau bayar di muka, dan sebagainya itu, mereka mengelolanya ini tidak atau kurang profesional” (AW)

“Menurut saya faktor internal yang mempengaruhi modal kerja itu adalah dari manajemen itu sendiri. Jadi, bagaimana manajemen ini punya rencana kedepannya, apakah itu dari rencana ekspansi ke luar ataupun pembenahan yang di dalam. Tentunya itu akan mempengaruhi dari penggunaan modal kerja itu sendiri” (DRM)

Menurut narasumber AW bahwa fartor internal yang mempengaruhi manajemen modal kerja yaitu pemahaman dalam mengelola menajemen modal kerja berkaitan dengan kas, utang, dan persediaan. Hal ini didukung oleh narasumber DRM yang menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi yaitu pihak manajemen berkaitan dengan rencana ke depan untuk ekspansi atau pembenahan yang dilakukan didalam perusahaan sehingga hal ini mempengaruhi penggunaan modal kerja.

5.1.2 Faktor Eksternal Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor eksternal dalam pengelolaan modal kerja juga penting untuk diperhatikan.

Hal ini akan membantu dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya penggunaan modal kerja yang tidak optimal. Berikut narasumber RF, AL, dan AWP mengungkapkan berkaitan dengan faktor eksternal dalam pengelolaan modal kerja sebagai berikut:

“Untuk faktor eksternalnya, yang pasti karena faktor internalnya dari penjualan, ya dari customernya” (RF)

“Kalau untuk faktor eksternal sih yang paling mempengaruhi adalah menjaga hubungan dengan supplier. Agar kita dapat mendapatkan barang lebih cepat, dan juga mendapatkan potongan terhadap barang tersebut. Dan juga yang kedua adalah hubungan kita terhadap customer-customer kita yang cukup besar, jadi yang membeli

26

secara grosir. Jadi kita harus mengatur kreditnya dan juga sistem pembayarannya dan juga pengambilannya mereka” (AL)

“Kalo faktor eksternal ini pak karena saya kan masih umkm ya pak. Salah satunya, ya supplier” (AWP)

Hal yang diungkapkan narasumber RF bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi modal kerja yaitu konsumen itu sendiri. Disisi lain, menurut narasumber AL bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu supplier dan customer yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi modal kerja. Selain itu, faktor eksternal berkaitan dengan manajemen modal kerja menurut narasumber AWP adalah supplier.

Berdasarkan pernyataan dari narasumber tersebut bahwa ada 2 hal yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu: (1) customer; dan (2) supplier. Berdasarkan pernyataan narasumber DRM dan AW selaku praktisi dan konsultan mengungkapkan sebagai berkut:

“Kalau faktor eksternal itu sebenarnya banyak sekali, namun kalau melihat dari kondisi ekonomi saat ini yang berpengaruh terhadap industri retail, itu tentunya dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri” (DRM)

“Yang sekarang mempengaruhi dalam usaha menengah dalam hal ini adalah ketidakpastian pasar” (AW)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal dalam pengelolaan modal kerja yang mempengaruhi yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ketidakpastian pasar.

5.1.3 Faktor Pendukung Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam pengelolaan modal kerja. Berikut ini merupakan peryataan narasumber RF, AL, AWP, yaitu:

27

“Faktor pendukungnya, mungkin sistem ya Pak. Sistem untuk mengelola modal kerja seperti kas, utang-piutang gitu. Jadi ada pencatatan. Ada data yang dikelola oleh sistem” (RF)

“Yang toko kami miliki dan tidak dimiliki oleh toko lain adalah kolektor. Jadi sehingga kolektor tersebut bisa membuat cashflow dari toko kita semakin lancar. Dan juga yang kedua yang paling penting adalah pengelolaan jatuh tempo pada supplier” (AL)

“Itu berhubungan dengan jawaban sebelumnya pak, seperti supplier, jika saya dapat dari perusahaan itu kan harganya lebih murah, itu ada beberapa perusahaan di packaging juga, itu kita dapat yang murah, tapi kita ambilnya tidak harus banyak.

Akhirnya, harga nya sama seperti saya beli untuk eceran…..”(AWP)

Peryataan narasumber RF menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja yaitu system berkaitan dengan pencatatan. Disisi lain menurut narasumber AL yang menjadi faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja adalah kolektor sehingga cashflow menjadi lancar dan pengelolaan jatuh tempo pada supplier. Hal ini didukung oleh narasumber AWS yang menyatakan bahwa supplier merupakan faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja khususnya jika dapat penawaran harga yang sesuai bahkan dapat lebih murah. Berikut ini merupakan pernyataan dari narasumber DRM dan AW berkaitan dengan faktor pendukung sebagai berikut:

“Menurut saya, kalau faktor pendukung yang mempengaruhi dalam pengelolaan modal kerja adalah dengan adanya financial teknologi. Jadi dimana semuanya itu menjadi lebih banyak pilihan. Jadi contohnya kayak adanya credit card, debit itu konsumen menjadi lebih mudah untuk membayar” (DRM)

“Faktor pendukung, yang menurut saya sekarang sudah zamannya IT pak ya, diusahakan IT sekarang kan ada platform-platform accounting yang memudahkan kita sebagai orang awam jadi seharusnya dipakai dan itu disosialisasikan, jangan sampai hanya mengandalkan cara lama” (AW)

28

Peryataan narasumber DRM menyebutkan bahwa faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja adalah financial technology. Hal ini dicontohkan dengan penggunaan credit card sehingga konsumen dapat melakukan pembayaran dengan mudah. Narasumber AW juga memiliki kesamaan peryataan terkait faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja yaitu information technology (IT) merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan modal kerja, sehingga tidak mengandalkan cara lama tetapi dengan mengadopsi information technology (IT) maka akan menjadi lebih mudah.

5.1.4 Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja harus diantisipasi dan dicari solusinya sehingga tidak mengganggu kinerja dari modal kerja. Berikut ini peryataan narasumber RF, AL dan AWP tentang faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja, yaitu:

“Faktor yang menghambat itu ada beberapa konsumen karena sistemnya masih konsinyasi, jadi kita masih lunak, jadi masih bisa di nego-nego untuk retur” (RF)

“Biasanya kredit macet Pak. Jadi beberapa dari customer kita tidak bisa membayar, atau masih belum bisa membayar” (AL)

“Faktor yang menghambat itu ada beberapa konsumen karena sistemnya masih konsinyasi, jadi kita masih lunak, jadi masih bisa di nego-nego untuk retur….” (AWP)

Peryataan narasumber RF bahwa faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja yaitu sistem konsinyasi sehingga masih relatif lunak dalam negosiasi retur barang.

Hal yang sama menurut narasumber AL faktor penghambat berkaitan dengan tempo pembayaran kepada para pembeli. Narasumber AWP mengungkapkan bahwa sistem konsiyasi yang lunak menimbulkan terjadinya negosiasi untuk pengembalian barang.

Selanjutnya, narasumber AW dan DRM memberikan peryataan, sebagai berikut:

29

“Pemahaman sebetulnya dalam mengolah uang, kadang-kadang disini penghambatnya”

(AW)

“….karena usaha yang menengah ini kan bisa dikatakan rada nanggung. Jadi, kalau dia tidak memiliki keunggulan, tentunya biayanya dia tinggi, tapi kalau misalnya dia tidak bisa berinovasi ya dia lama-lama akan mati……” (DRM)

Narasumber AW yang menjadi faktor penghambat dalam mengelola modal adalah mengolah uang itu sendiri. Disisi lain, menurut narasumber DRM bahwa faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja adalah keunggulan yang dimiliki oleh usaha tersebut untuk dapat melakukan inovasi.

5.1.5 Manajemen Kas Untuk Pengelolaan Modal Kerja

Manajemen kas untuk pengelolaan modal kerja memiliki peran penting karena kas memiliki tingkat likuiditas paling tinggi. Berikut ini merupakan pernyataan dari narasumber RF, AL dan AWP dalam penerapan manajemen kas pada usaha yang dimiliki sebagai berikut:

“kas yang ada di perusahaan itu digunakan misal untuk investasi, entah itu untuk investasi alat lagi, atau investasi yang lainnya” (RF)

“Jadi kasnya diatur adalah penagihannya kita, jadi kolektor kita harus memberikan term waktu pada customer kita lebih dulu yaitu ada satu bulan maksimal dua bulan untuk mereka membayar daripada sebelum kita ditagih. Jadi agar cashflow itu lancar.” (AL)

“Sejauh ini masih menjadi satu kas, jika ada butuh apa baru uangnya dikeluarkan, misalnya maintainance” (AWP)

Narasumber RF mengungkapkan bahwa kas yang terkumpul dalam perusahaan digunakan kembali untuk kegiatan investasi. Disisi lain, narasumber AL menjelaskan bahwa kas perlu dikelola berkaitan dengan operasional untuk pemasukan bagi kas perusahaan. Hal ini menjadi penting berkaitan dengan pengaturan jangka waktu

30

penagihan dan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, narasumber AWP mengungkapkan bahwa kas digunakan untuk pembiayaan terkait biaya perawatan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kas dapat digunakan yaitu: (1) untuk kegiatan investasi; (2) untuk kegiatan operasional; (3) untuk kegiatan pembiayaan. Narasumber AW, AL, serta DRM menyatakan terkait manajemen kas dalam pengelolaan modal kerja sebagai berikut:

“Jadi semisal ketika dalam sebulan kita 1 juta, sebulan kita kepake 200 ribu ya kita masukin lagi 200 ribu biar stabil. Ini menurut saya ya pak. Kemudian jangan terlalu banyak kasnya, ini kan uang mati” (AW)

“Jadi sebenarnya toko kita itu memiliki tiga tabungan. Yang pertama itu tabungan istilah kita itu tabungan untuk perang, jadi ini kita gunakan untuk membeli barang. Jika barang ini murah, langsung kita beli banyak terutama barang fastmoving, jadi kita beli banyak, akan kita stock, karena kita yakin ini akan habis kurang dari satu bulan, dan harganya murah. Barang cepat laku, harga murah dan kita harus bayar kontan. Jadi kita mainnya di tabungan perang ini Pak. Yang kedua, adalah untuk pembesaran toko. Jadi biasanya kita ada barang-barang tertentu karena barang ini kan makin berubah, terutama distributor dari China itu, mereka itu semakin aneka macam barang semakin banyak.

Semakin unik, semakin membuat orang itu permintaan itu semakin unik juga. Jadi tabungan ini kita gunakan untuk membeli barang-barang baru. Dan kita kalau beli barang baru, belum tentu barang baru ini bisa jalan atau tidak. Kita ada anggaran untuk ini juga. Dan yang ketiga, untuk privenya kita sendiri, untuk usaha keluarga, untuk kebutuhan keluarga. Jadi kita bagi tiga” (AL)

“Kalau menurut saya, tentunya dengan adanya kas dan jika kondisinya sesuai diharapkan pasti bisnis berkembang. Otomatis kalau bisnis berkembang, kasnya bertambah pak. Nah dengan kas bertambah ini, kalau menurut saya itu tidak harus terlalu banyak, misalnya sampai setahun kebutuhan tapi bisa kurang lebih tiga sampai empat bulan kebutuhan juga gapapa” (DRM).

Menurut narasumber AW ada 2 hal penting dalam pengelolaan kas yaitu: (1) kecukupan dana kas dalam operasional perusahaan; (2) kecukupan dana kas dalam

31

investasi perusahaan. Narasumber AL mengungkapkan cara dalam mengelola uang kas di dalam tabungan yaitu: (1) tabungan untuk “perang” artinyakita gunakan untuk membeli secara langsung barang yang murah terutama barang fastmoving; (2) tabungan untuk.

pengembangan usaha yang kita gunakan untuk membeli barang-barang baru; (3) tabungan untuk kebutuhan sendiri dari perusahaan. Disisi lain, menurut narasumber DRM bahwa uang kas dalam usaha tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit, artinya perusahaan harus memiliki uang kas yang cukup untuk seluruh kebutuhan perusahaan.

5.1.6 Manajemen Piutang Untuk Pengelolaan Modal Kerja

Manajemen piutang untuk pengelolaan modal kerja menjadi hal yang penting karena jika banyak piutang yang tidak tertagih akan menyulitkan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Berikut narasumber RF, AL, dan AWP mengungkapkan berkaitan dengan manajemen piutang untuk pengelolaan modal kerja, sebagai berikut:

“Kalau piutang ya itu tadi kita harus disiplin sama customer-customer kita itu tadi.

Harus tempo seberapa lama gitu. Berapa lama tempo yang dibayarkan gitu” (RF)

“Untuk piutangnya, yang kita atur term temponya yang kita atur itu berbeda-beda. Jadi terhadap customer kita, kita memberikan term waktu yang berbeda-beda. Jadi jika mereka mengambil itu ada batasnya, misalnya dibawah 5 juta kita berikan waktu berapa minggu aja mereka harus membayar. Tapi jika diatas 5 juta, ada berapa waktunya juga, diatas 10 juta juga ada waktunya” (AL)

“Untuk saat ini, lebih ketatkan lagi, salesnya harus terkontrol dan terpantau” (AWP)

Hal yang diungkapkan narasumber RF bahwa diperlukan adanya kedisiplinan terhadap konsumen berkaitan dengan pembayaran yang jatuh tempo. Disisi lain, narasumber AL mendukung penyataan narasumber RF bahwa diperlukan pengaturan dari jatuh tempo pembayaran dan sekaligus dipertimbangkan adanya pemberikan jangka waktu tempo yang berbeda bagi setiap konsumen yang bergantung pada jumlah pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Selain itu, narasumber AWP menjelaskan bahwa diperlukan kontrol bagi sales yang ditugaskan agar tidak melakukan hal yang tidak benar sehingga

32

dapat terpantau dengan baik. Narasumber AW dan DRM mengungkapkan terkait dengan manajemen piutang terkait dengan pengelolaan modal kerja sebagai berikut:

“Disini kan ada aging ya pak. Untuk agingnya ini katakanlah kita kadang kurang bagus.

Karena jujur kalau dia hutang, sudah umur berapa ini” (AW)

“Tapi kalau di industri distribusi, dimana umumnya kita memberikan piutang kepada client, dimana tentunya kita harus memberikan 2 hal, yaitu limit kredit dan tempo, dimana kita melihat kemampuan bayar dan karakter dari pihak yang bekerja sama dengan kita, terutama kalaupun mereka toko besar namun tidak punya etiket baik untuk membayar tepat waktu, tentunya kita harus memberikan tempo dimana dapat memberikan aturan yang jelas, berapa lama harus dibayar ataupun limit kredit. Jadi, fungsinya sebenarnya kita bukan menekan pada toko yang bekerja sama dengan kita namun untuk mengamankan diri kita sendiri, apalagi jika kita memiliki modal yang terbatas namun kita terlalu berambisi untuk menguasai pasar, itu tentunya akan berimpact ke kita akhirnya kita apa, kita tidak punya cash untuk operasional dan kalaupun toko itu ternyata tidak bisa ditagih, maka berakibat pada keseluruhan bisnis kita” (DRM)

Peryataan narasumber AW menunjukkan pentingnya aging dalam manajemen piutang.

Aging atau aging schedule adalah sebuah laporan atau tabel dari semua akun piutang dagang yang berisi daftar debitur dengan nama, menunjukkan jumlah total yang terutang pada setiap debitur, dan menunjukkan berapa banyak jumlah yang harus dibayarkan oleh setiap debitur yang jatuh tempo dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, aging memberikan pengaruh besar dalam keberhasilan dari manajemen piutang perusahaan.

Disisi lain narasumber DRM menjelaskan bahwa pentingnya limit kredit dan tempo jangka waktu pembayaran. Hal ini dilakukan sebenarnya tidak untuk menekan pada konsumen yang bekerja sama dengan kita namun untuk mengamankan posisi kita dari piutang yang tidak tertagih.

5.1.7 Manajemen Persediaan Untuk Pengelolaan Modal Kerja

33

Manajemen persediaan untuk pengelolaan modal kerja mejadi penting karena barang yang teralu lama di gundang karena perputaran persediaan yang lambat akan menimbulkan biaya. Hal ini mendorong perusahaan agar perputran persediaan dapat berjalan dengan baik sehingga biaya persediaan menjadi rendah. Berikut ini merupakan peryataan Narasumber RF, AL, dan AWP berkaitan dengan manajemen persediaan yang dilakukan untuk pengelolaan modal kerja sebagai berikut:

“Untuk persediaan, jadi di perusahaan saya itu produksi per hari itu mesin aktif selama 8-10 jam. Jadi produksi untuk hari itu dibuat stock untuk besok” (RF)

“Kalau barang kebutuhan itu setengah aja sudah terambil dan kita harus pesan lagi.

Kalau barang fastmoving, jika stock sisa tiga kita pesan lagi. Kalau barang yang lambat jalannya itu jika habis baru kita pesan. Ataupun kalau habis tapi tidak terlalu jalan kita tidak pesan lagi” (AL)

“maka saya akan membeli bahan baku ketika sudah mau habis, langsung saya bikin, setengah jadi, besoknya sudah harus bisa jadi bahan jadi, langsung dipasarkan, kita juga hitung jangka waktu, misal 2 bulan, nah dekat-dekat itu saya sudah harus beli” (AWP)

Narasumber RF memperhitungkan produktivitas dari mesin yang digunakan agar dapat optimal dan dapat mempersiapkan persediaan untuk ke depan dengan memperhitung produksi yang dilakukan saat ini. Disisi lain, narasumber AL menyatakan ada 3 jenis barang yang diklasifikasi dan akan mempengaruhi proses dalam persediaan, antara lain:

(1) barang kebutuhan; yaitu ketika jumlah barang ini setengah telah habis maka harus dilakukan pemesanan lagi; (2) barang fastmoving, yaitu ketika jumlah barang ini yang tersisa tiga maka harus dilakukan pemesanan lagi; (3) barang lambat; yaitu ketika jumlah barang ini telah habis maka akan dilakukan pemesanan kembali. Selanjutnya, narasumber AWP mengungkapkan bahwa pemesanan bahan baku akan dilakukan dengan kondisi ketika bahan baku akan habis dan ketika bahan baku sudah datang maka langsung diolah menjadi bahan setengah jadi sehingga bisa segera dijual. Selanjutnya, berikut peryataan narasumber AW dan DRM tentang manajemen utang dalam pengelolaan modal kerja, yaitu:

34

“Tentunya untuk just in time, kami punya pengalaman deal beberapa kali dengan supplier yang bisa diandalkan dari harga, kualitas, dan waktu delivery sehingga mempersempit ruang gudang, bahkan bisa nol. Menghindari rusak, kehilangan, dan sebagainya” (AW)

“pengelolan persediaan di industri retail biasanya saya sesuaikan dengan kemampuan pengiriman supplier, jadi misalnya pengiriman supplier ketika order itu 1 hari, maka saya akan kasih spelling 2 hari atau lebih, kalau 1 minggu berarti sekitar 10 hari. Jadi contohnya misalnya kita melihat barang, kita harus mengetahui penjualan secara per periode. Misalnya kita secara persediaan ini kan berkaitan dengan gudang. Nah, gudang kita ini menampung berapa persen dari penjualan per bulan”(DRM)

Peryataan narasumber AW menyebutkan bahwa pemesanan dilakukan dengan cara just in time sehingga tidak menggunakan ruang gudang yang terlalu besar bahkan bisa tidak sama sekali menggunakan ruang gudang. Selain itu, dampak lainnya menghindari kerusakan barang, kehilangan, dan sebagainya. Disisi lain, narasumber DRM menjelaskan bahwa pemesanan persediaan dilakukan kepada supplier harus disesuaikan dengan beberapa hal penting yaitu: (1) kapasitas dari gudang yang kita miliki; (2) waktu pemesanan untuk persediaan kepada supplier.

5.1.8 Strategi Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Strategi dalam pengelolaan modal kerja menjadi penting karena kas, piutang, persediaan memiliki peran yang signifikan dalam berjalannya operasional perusahaan. Penggunaan modal kerja yang efisien dan efektif akan membuat perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. Berikut ini peryataan narasumber RK, AL, dan AWP tentang strategi dalam pengelolaan modal kerja, yaitu:

Dalam dokumen Syarat Khusus - Hibah (Halaman 31-59)

Dokumen terkait