• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat Khusus - Hibah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Syarat Khusus - Hibah"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

ANALISIS KEBIAJAKAN DALAM PENGELOLAAN MODAL KERJA PADA USAHA SKALA MENENGAH DI SURABAYA

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Ketua/Anggota Tim

Dr. Christian Herdinata, S.E., M.M., CFP® NIDN: 0715128102 Cliff Kohardinata, S.E., M.M., Ak NIDN: 0719068108 Meidiahna Kusuma, S.E., MBA NIDN: 0708058204

Dibiayai oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian

Nomor: 057/SP2H/K2/KM/2017

UNIVERSITAS CIPUTRA OKTOBER 2017

(2)

Judul

Peneliti/Pelaksana Nama Lengkap Perguruan Tinggi NIDN

Jabatan Fungsional Program Studi Nomor HP

Alamat surel (e-mail) Anggota (1)

Nama Lengkap NIDN

Perguruan Tinggi Anggota (2) Nama Lengkap NIDN

Perguruan Tinggi

Institusi Mitra fika ada)

Nama Institusi Mitra AIamat

Penanggultg Jawab Tahun Pelaksanaan Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan

Mengetahui,

HALAMAN PENGESAHAN

: Ana.lisis Kebijakan Da.la3. pengelolaan Modal Kerja pada Usaha Skala Menengah Di Suribaya

Dr CHRISTIAN HERDINATA, S.E., M.M.

Un iversitas C iputra Surabaya 0715128102

Lektor Manajemen 081575064772

christian.herdinata@c iputra.ac. id

CLIFF KOHARDINATA SE.,MM 0719068108

Un iversitas Ciputra Surabaya

MEIDIAHNA KUSUMA 07080s8204

Universitas Ciputra Surabaya

funm ke I dari rencana 2 tahun Rp 72,469,000

Rp 147,437,000

Kota Surabaya,24 - 10 -2017

Dekan Fakultas Minajemen dan Bisnis,r-

--- Zt--V

3.D. Radianto, M.Sc.)

tK 00007074 (Dr C LIRI STIAWERDINATA, S.E., M. M.) NIPAIIK OOOOTOI T

Menyetujui, Ketua LPP

(l r. DanielM. Wonohadidjojo, M. Eng.)

NIPNIK 00506008 (Dr. Wirawan

(3)

iii RINGKASAN

Bringham dan Houston (2014) menjelaskan bahwa modal kerja (working capital) merupakan seluruh aset jangka pendek atau aset lancar yaitu: kas, efek yang dapat diperjualbelikan, pesediaan, dan piutang usaha. Modal kerja tersebut digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan agar dapat melakukan kegiatan operasionalnya. Maka dari itu, tanpa tersedianya modal kerja yang cukup, kegiatan usaha tidak dapat dilakukan dengan optimal, sehingga dapat berdampak pada kegiatan operasional yang terganggu atau bahkan terhenti. Industri skala menengah memiliki potensi yang besar dalam menggerakkan ekonomi baik dalam hal output maupun penyerapan tenaga kerja. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk dapat menganalisis kebijakan dalam pengelolaan modal kerja khusus bagi pengusaha skala menengah yang ada di Surabaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian yaitu: (1) pengusaha skala menengah dengan kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari dua ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak sebesar sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki karyawan lebih dari dua puluh orang sampai dengan kurang dari seratus orang; (2) konsultan manajemen dengan kriteria memiliki pengalaman di bidang manajemen minimal sepuluh tahun; (3) praktisi yang memahami modal kerja bagi usaha. Pemilihan subjek penelitian dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan peneliti (Bungin, 2012). Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan tahapan menurut Miles dan Huberman (2010) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat mengahasilkan model kebijakan dalam pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah. Luaran dari penelitian ini yaitu: Tahun Pertama: (1) mengahasilkan draft model kebijakan modal kerja bagi pengusaha skala menengah; (2) publikasi jurnal nasional; (3) pemakalah seminar nasional. Tahun Kedua:

(1) menghasilkan model kebijakan pengelolaan modal kerja yang telah dilakukan uji coba;

(2) publikasi jurnal internasional; (3) pemakalah seminar nasional.

Kata kunci: modal kerja, usaha skala menengah, kebijakan, kualitatif deskriptif

(4)

iv PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa memberikan hikmat dan kekuatan serta pertolongan sehingga hibah penelitian produk terapan ini dapat selesai. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, dan Universitas Ciputra Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk dapat meneliti dan ikut serta dalam memberikan kontribusi melalui penelitian ini untuk memberikan solusi bagi permasalahan Bangsa Indonesia, khususnya berkaitan dengan analisis kebijakan dalam pengelolaan modal kerja bagi usaha skala menengah di Surabaya. Harapan dari penulis semoga penelitian dapat membantu para pelaku usaha dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan pengelolaan modal kerja.

Pada akhirnya, tanpa dukungan dari semua pihak maka penelitian ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Peneliti juga mohon maaf jika dalam proses dan hasil penelitian ada kelemahan dan keterbasan. Dukungan yang telah diberikan kepada peneliti baik materiil maupun non materiil telah sangat membatu sehingga penelitian ini dapat selesai. Semoga hasil dan luaran dari penelitian ini berguna bagi peneliti, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat secara luas di Indonesia.

Surabaya, 15 Oktober 2017

Peneliti, Dr. Christian Herdinata, SE., MM., CFP®

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……….i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL . ……...………..vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ...1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...5

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...17

3.1 Tujuan Penelitian ...17

3.2 Manfaat Penelitian ...17

BAB 4. METODE PENELITIAN ...19

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ...23

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ...47

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ...48

7.1 Kesimpulan ...48

7.2 Saran ...48

DAFTAR PUSTAKA ...50

LAMPIRAN ...52

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Profil Narasumber………... 23

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Roadmap Peneliti………... ..5

Gambar 5.1 Proses Aliran Kas………... 40

Gambar 5.2 Model Kebijakan Manajemen Modal Kerja………...44

Gambar 5.3 Cash Conversion Cycle (CCC)……… ...45

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Intrumen Penelitian ...52

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti ...55

Lampiran 3. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian ...56

Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti ...57

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Narasumber ...76

Lampiran 6. Poster Manajemen Modal Kerja ...106

Lampiran 7. Buku Model Kebijakan Manajemen Modal Kerja ...107

Lampiran 8. Artikel Prosiding Call for Paper Universitas Tarumanagara...129

Lampiran 9. Artikel Jurnal Internasional Mediterranean Journal of Social Sciences ...139

(9)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Riyanto (1999:3) menjelaskan bahwa dana dapat diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari utang. Oleh karena itu, perusahaan yang membutuhkan dana dapat memperoleh dari kedua sumber tersebut. Dana yang diperoleh tersebut akan diprioritas sebagai modal kerja. Bringham dan Houston (2014) menjelaskan bahwa modal kerja (working capital) merupakan seluruh aset jangka pendek atau aset lancar yaitu kas, efek yang dapat diperjualblikan, pesediaan, dan piutang usaha. Modal kerja tersebut digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan agar dapat melakukan kegiatan operasionalnya. Maka dari itu, tanpa tersedianya modal kerja yang cukup, kegiatan usaha tidak dapat dilakukan dengan optimal, sehingga dapat berdampak pada kegiatan operasi yang terganggu atau bahkan terhenti. Modal kerja menjadi penting karena dari sinilah semua kegiatan perusahaan akan dimulai. Kesalahan dalam pengambilan keputusan pendanaan, baik pencarian maupun penggunaan dana, dapat membahayakan kegiatan operisional perusahaan.

Husnan (1998:550) menyatakan bahwa semakin besar kemampuan modal kerja menghasilkan keuntungan operasi, maka semakin efisien pengelolaan modal kerja tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan modal kerja yang semakin efisien dapat memperbesar kemungkinan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang ditargetkannya. Modal kerja yang semakin efisien merupakan refleksi dari kemampuan modal kerja yang semakin besar dalam menghasilkan keuntungan operasi. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan pengelolaan modal kerja yang efisien dapat menghasilkan keuntungan operasi bagi perusahaan.

Menurut Wild (2005:110) tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi yang memiliki peran penting dalam menentukan nilai, solvabilitas, dan likuiditas perusahaan.

Penelitian sebelumnya dilakukan antara lain: Deloof (2003) menyatakan bahwa cara yang digunakan untuk mengelola modal kerja akan memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Disis lain, Padachi (2006) juga melakukan penelitian tentang modal kerja dan profitabilitas yang menemukan nilai yang tinggi (signifikan) pada berbagai komponen dalam modal kerja terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan

(10)

2

bahwa modal kerja memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan sehingga perlu dilakukana manajemen modal kerja secara optimal.

Modal kerja (working capital) secara sederhana mengacu pada aset lancar yang digunakan dalam operasi yaitu kas, piutang, persediaan. Seluruh perusahaan mengikuti suatu siklus modal kerja yaitu perusahaan tersebut membeli atau memproduksi persediaan, memilikinya selama beberapa waktu, dan pada akhirnya menjual serta menerima kas. Bererapa hal yang terkait dengan hal tersebut yaitu: (1) konversi kas (cash conversion cycle) merupakan berapa waktu dana terikat dalam modal kerja atau berapa lama waktu antara pembayaran untuk modal kerja dan penagihan kas dari penjualan modal kerja tersebut (Bringham dan Houston, 2014); (2) Periode konversi persediaan (average collection period) merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dan menjualnya (Bringham dan Houston, 2014); (3) Periode penerimaan rata-rata (average collection period) yaitu rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang perusahaan menjadi kas atau untuk menagih kas setelah terjadi penjualan; (4) periode penangguhan utang (payables deferral period) yaitu rata-rata waktu antara pembelian bahan baku dan tenaga kerja dengan pembauaran kasnya.

Perusahaan perlu mempelajari dengan benar kekuatan dan kelemahan kebijakan modal kerja perusahaan. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk mengetahui faktor eksternal dan faktor internal dari perusahaan dalam pengambilan keputusan pengelolaan modal kerja. Disisi lain juga penting dalam mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat bagi perusahaan dalam melakukan pengelolaan modal kerja. Hal ini akan membantu perusahaan dalam mengambil kebijakan alternatif investasi aset lancar dan kebijakan alternatif pendanaan aset lancar.

Industri menengah memiliki potensi yang besar dalam menggerakkan ekonomi baik dalam hal output maupun penyerapan tenaga kerja. Pendapat umum menyatakan bahwa usaha besar perlu mendapatkan perhatian penuh karena industri besar adalah motor utama penggerak pembangunan ekonomi. Sementara itu, usaha kecil dan rumah tangga juga perlu mendapat perhatian penuh karena alasan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sebagai basis perekonomian rakyat dan sebagainya. Akibatnya, perhatian terhadap usaha menengah secara khusus menjadi kurang. Hal ini kemungkinan terjadi

(11)

3

karena industri menengah telah mampu untuk berkembang sendiri tanpa memerlukan berbagai bantuan dan proteksi. Oleh karena itu, dalam kondisi demikian perlu adanya perhatian khusus.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana kebijakan dalam pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah di Surabaya?

1.3 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

Tahun 1

1. Mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal dari pengusaha skala menengah di Surabaya yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pengelolaan modal kerja.

2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh pengusaha skala menengah di Surabaya dalam melakukan pengelolaan modal kerja.

Tahun 2

1. Menghasilkan model kebijakan yang sesuai untuk pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan internal serta hambatan – hambatan yang dihadapai dari pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah di Surabaya.

2. Menghasilkan model strategi yang sesuai bagi pengusaha skala menengah di Surabaya dalam pengelolaan modal kerja yang optimal.

1.4 Urgensi Penelitian

Urgensi dari penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pengusaha skala menengah dalam pengambilan keputusan pengelolaan modal kerja dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan faktor internal pada usaha skala menengah di Surabaya.

2. Penelitian ini dapat membantu bagi pengusaha skala menengah di Surabaya untuk menghadapi hambatan dan memanfaatkan kesempatan dalam pengelolaan modal kerja secara optimal.

(12)

4

3. Penelitian ini mampu menganalisis kebijakan yang sesuai untuk pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah di Surabaya dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan internal serta hambatan – hambatan yang dihadapai dalam pengelolaan modal kerja.

4. Penelitian ini mampu menganalisis strategi yang sesuai bagi pengusaha skala menengah di Surabaya dalam pengelolaan modal kerja yang optimal.

1.5 Rencana Target Pencapaian Tahunan

Rencana target pencapaian tahunan, sebagai berikut:

No Jenis Luaran Indikator Capaian

TS TS+1

1 Publikasi Ilmiah Internasional

Nasional Terakreditasi 2 Pemakalah Dalam Pertemuan

Ilmiah

Internasional

Nasional

3 Keynote Speaker dalam pertemuan Ilmiah

Internasional Internasional 4 Visiting Lecturer Internasional 5 Hak Atas Kekayaan

Intelektual (HKI)

Paten

Paten Sederhana Hak Cipta Merek Dagang Rahasia Dagang Desain Produk Industri Indikasi Geografis

Perlindungan Varietas Tanaman

Perlindungan Topografi Sirkuit Terpadu

6 Teknologi Tepat Guna

7 Model/Purwarupa/ Desain/Karya Seni/Rekayasa Sosial 8 Buku Ajar (ISBN)

9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)

(13)

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini memiliki rancangan roadmap berdasarkan rencana strategis dari Universitas Ciputra. Peneliti telah melakukan beberapa penelitian dibidang keuangan dan akan berfokus pada pengembangan UMKM di Indonesia yang dapat dijelaskan dalam roadmap peneliti, berikut ini:

2017- 2018

Analisis Kebijakan Dalam

Pengelolaan Modal Kerja Pada Usaha Skala Menengah di Surabaya

2016- 2015

Analisis Perilaku dan Penyusunan Perencanaan Terhadap Manajemen Utang Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur

2014

Control Mechanism and Value of The Firm: Empirical Evidence from Indonesia Capital Market

2013

Penerapan Bootstrap Financing:

Sebuah Tinjauan Teoritis

2012

Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman ESOP (Employee Stock Ownership Program)

2011

Penerapan Strategi Pro Poor Business Bagi Kaum Miskin di Indonesia

Luaran Penelitian

Pemakalah di Semainar Nasional

Jurnal Keuanan dan Perbankan (Terakreditasi)

Jurnal Bisnis Perspektif

Internasional Research Journal of Business

Studiess

Prosiding UNTAR

Mediterranean Journal of Social

Sciences

Model Manajemen Utang (buku panduan model)

Prosiding UNTAR

Mediterranean Journal of Social

Sciences

Model Kebijakan Manajemen Modal kerja (buku

panduan model)

Gambar 3.1 Roadmap Peneliti

(14)

6 2.1 Pengertian Manajemen Modal Kerja

Modal kerja dapat menghasilkan keluaran yang positif terhadap perusahaan, maka perlu untuk mengelola modal kerja tersebut dalam bingkai manajemen modal kerja sebagai salah satu pembahasan yang dibahas dalam lingkup manajemen keuangan. Maka dari itu, penjelasan mengenai manajemen modal kerja diperlukan sehingga tidak terjadi kesalahan pengelolaan modal kerja yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap perusahaan. Kegiatan operasional dapat terhambat, kerugianpun dapat hadir di dalamnya.

Menurut Horne dan Wachowicz (1997:214) manajemen modal kerja adalah administrasi aktiva lancar perusahaan dan pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar. Sehingga, manajemen modal kerja berarti mengelola aktiva lancar yang diperlukan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasinya, serta pengelolaan terhadap dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan aktiva lancar tersebut.

Maka pengelolaan terhadap komponen dalam modal kerja secara otomatis menjadi bagian dari pengelolaan terhadap modal kerja tersebut. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa modal kerja terdiri dari beberapa komponen yang terdapat di dalamnya.

Pengaturan terhadap komponen modal kerja (kas, piutang, persediaan) perlu diperhatikan baik dari segi jangka waktu perputarannya maupun dari segi seberapa banyak porsi yang terkandung dalam komponen modal kerja tersebut (Husnan, 1998). Dengan demikian, manajemen modal kerja berarti merupakan proses mengelola tiap komponen yang terdapat dalam modal kerja guna memberikan dampak positif terhadap perusahaan.

Pengelolaan jangka waktu perputaran modal kerja menjadi penting dalam upaya agar modal kerja tidak terlalu lama berputar dalam suatu periode sehingga dapat makin efisien. Penentuan porsi dari komponen modal kerja juga akan menentukan porsi dari aktiva lancar perusahaan. Keputusan untuk menentukan besarnya modal kerjayang akan menentukan berapa jumlah aktiva lancar yang akan dimiliki perusahaan.

(15)

7 2.2 Fungsi Manajemen Modal Kerja

Dilihat dari definisi dari manajemen modal kerja, dapat dilihat seberapa besar peran darinya terhadap perusahaan. Weston dan Bringham dalam Ahmad (1997:1-2), pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek: 1) Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari, dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja. 2) Kenyataannya jumlah aktiva lancar sering lebih dari separuh total aktiva perusahaan dan cenderung labil. 3)Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. 4) Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja terlebih-lebih pentingnya, dengan alasan: (a) Investasi dalam aktiva tetap dapat dikurangi dengan menyewa atau leasing, tetapi aktiva lancar apalagi piutang maupun inventory (persediaan) tidak dapat dihindari. (b) Relatif terbatasnya perusahaan kecil untuk memasuki pasar modal jangka panjang, sehingga harus mengandalkan utang dagang dan utang bank jangka pendek sebagai permodalannya, meningkatnya utang lancar akan mengurangi modal kerja bersihnya. Sedangkan Ahmad (1997:6) menyatakan peran dari manajemen modal kerja karena dua fungsi dari modal kerja tersebut, yaitu:1)Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran. 2) Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan. Sedangkan Horne dan Wachowicz (1997:215), menyatakan bahwa manajemen modal kerja juga mendasari dua keputusan penting peusahaan.

2.3 Klasifikasi Modal Kerja

Modal kerja memiliki beberapa pos yang biasa dijadikan unsur dari terciptanya modal kerja suatu perusahaan. Dengan kejelasan tersebut diharapkan akan dapat mempermudah dalam pengelolaan modal kerja yang baik dan benar.Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, yaitu dapat dengan mudah diperbesar maupun diperkecil sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sedangkan bagian sulitnya adalah menentukan jumlah dari perubahan tersebut. Selain itu, masing-masing perusahaan dapat memiliki tipe modal kerja yang berbeda sesuai dengan bidang usaha dan kebutuhan dari masing-masing

(16)

8

perusahaan. Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan berdasarkan kebutuhan akan modal kerja itu sendiri (Riyanto, 1999:58), berikut merupakan dua penggolongannya:

1) Modal Kerja Permanen (Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen terbagi menjadi dua : (a) Modal kerja primer (primary working capital) adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. (b) Modal kerja normal (normal working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaannya.

2) Modal Kerja Variabel (Varieble Working Capital)

Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja variabel dapat dibedakan menjadi tiga macam : (a) Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu sejumlah modal kerjayang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim. (b) Modal kerja siklis (cyclis working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. (c) Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya (misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok dan sebagainya).

2.4 Perhitungan Modal Kerja

Mengenai perhitungan modal kerja, Husnan (1998:544) telah menyebutkan berberapa metode yang dapat digunakan dalam menghitung modal kerja dengan menggunakan masing-masing sudut pandang yang berbeda dari beberapa definisi modal kerja. Berikut merupakan metode yang dapat digunakan tersebut:

(17)

9 1) Metode Perputaran Modal kerja

Untuk menaksir modal kerja (dalam artian aktiva lancar) dipergunakan metode perputaran modal kerja. Perputaran komponen-komponen aktiva lancar tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut:

 Perputaran Persediaan = Persediaan/Penjualan:365

 Perputaran Piutang = Piutang/Penjualan:365

 Penangguhan Utang= Utang/HPP:365

Dengan metode ini akan dapat diketahui berapa hari tiap komponen dapat kembali ke dalam bentuk semula. Dengan demikian maka periode terikatnya danadalam modal kerja adalah pejumlahan dari hari dalam keterkaitan dana tersebut. Ini berarti perputaran modal kerja adalah Perputaran Modal Kerja 365 jumlah hari. Yang menghasilkan berapa kali dalam satu tahun, modal kerja dapat berputar dan kembali menjadi kas. Dengan metode ini juga dapat diketahui perputaran dari tiap komponen dalam modal kerja. Istilah ini biasa disebut dengan cash cycle. Dengan demikian istilah tersebut menunjukkan berapa lama kas akan terikat pada modal kerja sebelum kembali lagi menjadi kas.

2) Metode keterkaitan dana pada modal kerja Metode ini mengakui dua hal penting, yaitu:

a) Untuk mendanai kebutuhan akan modal kerja mungkin saja telah disediakan(sebagian) oleh pihak lain dalam bentuk pendanaan spontan.

b) Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang seharusnya tidak memasukkan unsur laba. Pada metode ini terdapat pembeda yang sangat menonjol, yaitu tidak dimasukkannya laba dalam rekening piutang. Hal ini berarti tiap laba yang diperoleh dalam piutang tidakperlu untuk dimasukan dalam penghitungan modal kerja.

3) Metode arus kas

Metode ini pada dasarnya sama dengan penyusunan anggaran kas. Bedanya adalah bahwa arus kas yang dipertimbangkan adalah arus kas yang menyangkut pengeluaran atau penerimaan dari operasi sehari-hari. Tidak termasuk di dalamnya,

(18)

10

misalnya, pembelian aktiva tetap, pelunasan hutang jangka panjang, dan sebagainya.

Besarnya modal kerja yang diperlukan pada suatu periode ditunjukkan dari defisit kas masuk dibandingkan dengan kas keluar.Metode ini lebih mengkhususkan perhitungan modal kerja pada unsur kas. Sebab yang menjadi pertimbangan dalam metode ini adalah perbandingan antara arus masuk dengan arus kas keluar dan unsur atau komponen lain tidak diperhitungkan.Semua metode tersebut akan menjadi baik ketika digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang memang berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya. Sehingga wajar jika terjadi perbedaan penggunaan metode yang digunakan oleh tiap-tiap perusahaan dalam manajemen modal kerjanya. Namun kesemuanya tetap akan mengacu pada pendanaan yang digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi sehari-hari, dan yang menjadi pembeda adalah komponen yang digunakan oleh tiap perusahaan yang tidak sama.

2.5 Kas

2.5.1 Pengelolaan Kas

Manajemen kas mencakup pengumpulan yang efisien serta digunakan untuk kepentingan pembayaran dan ivestasi yang dilakukan oleh kas, sehingga salah satu upaya untuk mencapai efisiensi pada kas adalah dengan mempercepat penerimaan kas dan memperlambat pengeluaran kas (Horne dan Wachowicz, 1997:232). Dengan demikian, semakin cepat penerimaan kas maka semakin efisien pengelolaan kas pada suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya ketika kas semakin lambat dalam proses perputarannya, sehingga pengelolaan kas menjadi semakin tidak efektif. Upaya untuk meningkatkan efisiensi kas dengan mempercepat penerimaan kas dapat dilakukan dengan memperpendek jangka waktu piutang, atau memperlambat pembayaran kewajiban.Seakan senada dengan pernyataan di atas, Husnan (1998:459) juga menyebutkan bahwa ide dasar dari manajemen kas adalah mempercepat pengumpulan (dan memanfaatkan) kas dan memperlambat pengeluaran kas.

(19)

11 2.5.2 Fungsi Kas

Kas merupakan aspek penting yang berperan besar dalam kegiatan operasi perusahaan. Dari fungsi kas yang sangat penting tersebut menurut Keynes dalam Husnan (1998:452) menyatakan bahwa ada tiga motif untuk memiliki kas, yaitu:

1) Motif Transaksi

Motif transaksi berarti perusahaan menyediakan kas untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Baik transaksi yang reguler (seperti membayar gaji dan berbagai biaya administrasi) maupun yang tidak reguler(seperti melunasi hutang, membayar pembelian aktiva tetap).

2) Motif Berjaga-jaga

Motif berjaga-jaga dimaksudkan untuk mepertahankan saldo kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Seandainya semua pengeluaran dan pemasukan kas bisa diprediksi secara akurat, maka saldo kas untuk maksud jaga-jaga akan sangat rendah. Selain akurasi prediksi kas, apabila perusahaan mempunyai akses kuat ke sumber dana eksternal, saldo kas juga akan rendah. Motif berjaga-jaga ini nampaknya dalam kebijakan penentuan saldo kas minimal dalam penyusutan anggaran kas.

3) Motif Spekulasi

Motif spekulasi dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang sangat likuid. Biasanya jenis investasi yang dipilih adalah investasi sekuritas. Apabila tingkat bunga diperkirakan turun, maka perusahaan akan merubah kas yang dimiliki menjadi saham,dengan harapan harga saham akan naik apabila memang semua pemodal berpendapat bahwa suku bunga akan (dan mungkin telah) turun.Selanjutnya Martin et.al (1991) dalam Husnan (1998:453) menyatakan bahwa motif spekulasi merupakan komponen paling kecil dari preferensi perusahaan akan likuiditas. Motif-motif transakasi dan berjaga-jaga merupakan alasan- alasan utama mengapa perusahaan memiliki kas. Kaitannya dengan modal kerja, kas dapat menunjukkan seberapa besar investasi perusahaan dalam modal kerja, sehingga

(20)

12

dapat diketahui cukup tidaknya modal kerja dalam kas untuk mengoperasikan perusahaan sehari-hari. Dengan demikian, perubahan dalam kas akan mempengaruhi struktur modal kerja perusahaan. Hal ini senada dengan pernyataan bahwa peningkatan modal kerja adalah investasi sehingga menyiratkan arus kas negatif; penurunan modal kerja menyiratkan arus kas positif (Brealy, Myers, dan Marcus, 2007:245). Dari berbagai pernyataan yang telah disampaikan sebelumnya, dapat disimpulkan fungsi kas dari motif yang dimiliki perusahaan untuk memiliki kas serta kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan perusahaan sehari-hari melalui modal kerja. Dari motif dimilikinya kas oleh perusahaan, motif spekulasi menjadi motif yang paling kecil dalam hubungannya dengan likuiditas. Hal ini ini dikarenakan motif spekulasi mengharuskan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menginvestasikan kas, padahal apabila kas diinvestasikan kedalam suatu investasi akan menyebabkan kas yang telah diinvestasikan tersebut menjadi tidak selikuid saat masih berupa kas meskipun perusahaan dapat menerima keuntungan darinya. Likuiditas perusahaan akan terganggu. Dengan begitu, motif spekulasi menjadi agak sulit untuk diterapkan ketika perusahaan harus memiliki kemampuan likuid yang tinggi. Hal ini sejalan dengan teori bahwa profitabilitas (kemampuan menghasilkan laba) berbanding terbalik dengan likuiditas (Horne dan Wachowicz, 1997:217).

2.6 Piutang

2.6.1 Pengelolaan Piutang

Menurut Horne dan Wachowicz (1997:258), piutang merupakan jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit. Dengan begitu, semua pembelian barang ataupun jasa yang dilakukan oleh konsumen dengan jalan kredit atau bukan dengan pembayaran secara tunai akan menimbulkan piutang pada perusahaan. Dengan adanya piutang maka perusahaan memiliki aktiva yang berada pada konsumen. Aktiva lancar tersebut akan dibayarkan kepada perusahaan sampai waktu jatuh tempo yang telah ditentukan. Dari situ perusahaan dapat menerima aliran piutang yang menjadi kas. Seakan sejalan dengan pernyataan di atas, Husnan (1998:467) juga menyatakan bahwa piutang tercipta pada saat perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan kredit terhadap perusahaan lain disebut

(21)

13

kredit dagang (trade credit), dan kredit kepada konsumen disebut sebagai kredit konsumen (consument credit). Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa piutang merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan oleh perusahaan kepada konsumen yang dilakukan secara kredit.Piutang merupakan salah satu cara untuk menaikan tingkat penjualan, namun tidak serta merta kemudian piutang menjadi tidak perlu untuk dikendalikan. Untuk mengendalikan piutang, perusahaan perlu menetapkan kebijaksanaan kreditnya. Kebijaksanaan ini yang kemudian berfungsi sebagai standar dari setiap kredit yang akan diberikan kepada konsumen. Manfaat yang diperoleh karena menjual secara kredit adalah tambahan laba, sedangkan pengorbanannya adalah tambahan biaya dana. Horne dan Wachowicz (1997:258) menyebutkan beberapa kebijakan kredit dan penagihan yang dapat digunakan dalam mengelola piutang suatu perusahaan, berikut merupakan kebijakan kredit dan penagihannya.

1) Standar Pemberian Kredit

Dalam standar kredit,hal yang perlu diperhatikan adalahkaulaitas minimum kepercayaan pada pemohon kredit untuk dapat disetujui permohonan kreditnya.

2) Persyaratan Kredit (Periode Kredit /Jangka Waktu Pinjaman)

Fokus dalam periode kredit adalah mengenai total jangka waktu dimana pelanggan diberikan perpanjangan kredit untuk membayar tagihan.

3) Risiko Kelalaian

Pembahasan dalam kebijakan yang dapat ditempuh dari risiko kelalaian tidak hanya mengenai waktu pembayaran tagihan yang lambat tapi juga mengenai jumlah piutang yang tidak tertagih.

4) Prosedur dan Kebijakan Penagihan

Perusahaan menentukan keseluruhan kebijakan penagihan dengan menggabungkannya dengan prosedur yang dijalankan. Prosedur ini meliputi surat-surat, telepon, kunjungan dan tindakan-tindakan hukum. Salah satu variabel utama dalam kebijakan adalah besarnya jumlah utang yang digunakan dalam prosedur penagihan.

(22)

14

Batasanya adalah semakin besar penagihan, semakin kecil kemungkinan piutang tidak tertagih dan semakin sedikit periode penagihan. Sedikit berbeda dengan kebijakan kredit di atas, menurut Atmaja (2001:389), kebijakan kredit terdiri atas empat variabel, yaitu:

a. Periode kredit yakni jangka waktu kredit yang diberikan.

Menaikan periode kredt pada umumnya dapat mendongkrak penjualan, namun ada biaya perubahan bagi perusahaan, misalnya pembayaran tertunda.

b. Standar kredit.

Standar kredit yakni merujuk pada kemampuan keuangan minimal yang harus dimiliki calon penerima kredit serta jumlah kredit yang tersedia bagi masing-masing pelanggan.

c. Kebijakan pengumpulan.

Kebijakan pengumpulan yakni merujuk pada prosedur-prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk menagih piutang yang sudah jatuh tempo.

d. Kebijakan diskon.

Kebijakan diskon untuk pembayaran yang dipercepat, termasuk di dalamnya jumlah dan periode diskon. menjadi tidak efisien dalam menambah laba ke dalam kas perusahaan. Untuk itulah diperlukan analsis lebih lanjut mengenai perputaran kas agar dapat diketahui seberapa lama piutang dapat kembali menjadi kas dalam satu periode.

Setelah diketahui, perusahaan dapat menentukan kebijakan yang dapat membantu memperlancar efisiensi dari piutang. Dari perhitungan perputaran piutang, terdapat dua teori yang hampir sama yang digunakan oleh Horne dan Wachowicz (1997:140) dalam menghitung perputaran piutang, berikut formulanya. Sedangkan periode penagihannya:

Dari formula perhitungan perputaran piutang yang digunakan menurut Husnan (1998:469) juga memberikan formula yang secara garis besar memiliki kesamaan dari formula sebelumnya, berikut formulanya: Rata-rata piutang ditemukan dengan menjumlah piutang tahun pertama dan tahun ke dua kemudian dibagi dua. Sedangkan periode penagihannya:Semakin banyak atau cepat perputaran piutang, maka semakin

(23)

15

efisien pengelolaan piutang. Semakin sedikit periode penagihan dalam satu periode, maka akan semakin efisien penagihan piutang pada periode tersebut, sebab semakin cepat pelanggan yang membayarkan kreditnya kepada perusahaan, jika jumlah hari penagihan lebih banyak dari syarat pembayaran jatuh tempo maksimal maka hal tersebut mengisyaratkan banyak kredit yang telat dibayarkan oleh pelanggan, dan pengelolaan piutang menjadi tidak efisien.

2.7 Persediaan

2.7.1 Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan persediaan memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan agar pengelolaan tersebut dapat berlaku dengan baik. Horne dan Wachowicz (1997:272) menjelaskan mengenai persediaan yang membentuk hubungan antara produksi dan penjualan produk. Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur antara lain adalah bahan mentah, barang setengah jadi, persediaan dalam pemindahan dan barang jadi.

Berikut hal perlu diperhatikan dalam manajemen persediaan.

1) Kuantitas pesanan ekonomis

Kuantitas persediaan untuk dipesan sehingga total biaya persediaan dapat diminimumkan sepanjang periode perencanaan perusahaan.

2) Titik pemesanan

Perlu diperhatikan kapan waktu yang tepat untuk perusahaansehingga harus memesan. Tenggang waktu merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.Menurut Husnan (1998:481), persediaan yang tinggi memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang mendadak,namun persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula. Perusahaan harus menentukan besarnya persediaan agar dapat mencukupi permintaan pasar. Dengan begitu, saat permintaan pasar dapat terpenuhi perusahaan akan memperoleh keuntungan, konsekuensinya adalah jumlah modal kerja yang besar untuk memenuhi kenaikan permintaan, untuk itulah diperlukan manajemen persediaan agar pada saat tertentu perusahaan dapat menaikan maupun menurunkan persediaan.

(24)

16 2.7.2 Fungsi Persediaan

Dilihat dari fokus dalam manajemen persediaan yang telah disampaikan oleh berbagai penulis di atas, fungsi persediaan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Mengelola sejumlah unit persediaan agar tidak sampai terjadi kekurangan terhadap kebutuhan perusahaan dalam hal produksi dan kebutuhan pasar dalam hal penjualan yang berujung pada profit.

2) Memastikan sejumlah persediaan tersedia pada waktu yang tepat, sehingga tidak terjadi penundaan yang terlalu lama yang akan menimbulkan biaya dan tidak terpenuhinya target waktu produksi dan penjualanpun akan ikut terpengaruh ketika permintaan naik namun persediaan belum kunjung datang.

3) Secara menyeluruh jumlah persediaan dan waktu yanng tepat dalam menghasilkan atau memesan persediaan akan berpengruh pada produktifitas sehingga berpenngaruh juga terhadap penjualan ketika persediaan tidak dapat memenuhi permintaan, memang tidak secara langsung mengalami kerugian, namun perusahaan kehilangan kesempatan menjual persediaan pada pelanggan.

(25)

17

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

3.1.1 Tujuan Tahun Pertama

(1) Mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal dari pengusaha skala menengah di Surabaya yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pengelolaan modal kerja.

(2) Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh pengusaha skala menengah di Surabaya dalam melakukan pengelolaan modal kerja.

3.1.2 Tujuan Tahun Kedua

(1) Menghasilkan model kebijakan yang sesuai untuk pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan internal serta hambatan – hambatan yang dihadapai dari pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah di Surabaya.

(2) Menghasilkan model strategi yang sesuai bagi pengusaha skala menengah di Surabaya dalam pengelolaan modal kerja yang optimal.

3.2 Manfaat Penelitian

(1) Penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pengusaha skala menengah dalam pengambilan keputusan pengelolaan modal kerja dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan faktor internal pada usaha skala menengah di Surabaya.

(2) Penelitian ini dapat membantu bagi pengusaha skala menengah di Surabaya untuk menghadapi hambatan dan memanfaatkan kesempatan dalam pengelolaan modal kerja secara optimal.

(3) Penelitian ini mampu menganalisis kebijakan yang sesuai untuk pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah di Surabaya dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan internal serta hambatan – hambatan yang dihadapai dalam pengelolaan modal kerja.

(26)

18

(4) Penelitian ini mampu menganalisis strategi yang sesuai bagi pengusaha skala menengah di Surabaya dalam pengelolaan modal kerja yang optimal.

(27)

19

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sugiyono (2013:157) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Obyek alamiah yang dimaksud oleh Sugiyono (2013:524) adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. Menurut Denzin dan Lincoln (2009), penelitian kualitatif adalah penelitian menggunakan latar alamiah yang bertujuan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan cara melibatkan berbagai metode dan sumber data yang ada.

4.2 Subjek Penelitian

Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan peneliti (Bungin, 2008). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2013). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan kriteria, antara lain: (1) pengusaha skala menengah dengan kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; (2) konsultan bidang manajemen dengan kriteria memiliki pengalaman minimal 10 tahun di Surabaya; (3) pihak praktisi keuangan yang memahami tentang manajemen modal kerja di Surabaya.

(28)

20 4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan bersifat individual. Pada penelitian kualitatif, wawancara tidak dilakukan secara formal, juga tidak mengajukan pertanyaan yang cenderung terbatas dan tertutup (Sugiyono, 2012).

Wawancara dilakukan dalam situasi wajar, apa adanya dalam konteks penelitian, dalam suasana percakapan informal, serta dengan mengajukan pertanyaan terbuka untuk menggali fokus penelitian secara mendalam, lengkap, dan terperinci. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur kepada subjek penelitian.

4.4 Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber sebagai untuk validitas dan reliabilitas yang dilakukan melalui pengkajian data yang berasal dari hasil wawancara kepada responden. Menurut Denzin dan Lincoln (2009) mendefinisikan triangulasi digunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang di pakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal. Validitas menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur dan reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.

4.5 Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah proses analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan antar variabel yang sedang diteliti. Tujuan analisis data kualitatif yaitu agar peneliti mendapatkan makna hubungan antar variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Menurut Miles dan Huberman (2014) terdapat tiga teknik analisis data kualitatif, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(29)

21 1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi.

4.6 Bagan Alur Penelitian

Roadmap penelitian yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Manajemen Piutang

Perancangan Kebijakan dan Strategi Modal Kerja Bagi Pengusaha Skala Menengah di

Surabaya Manajemen

Kas

Faktor internal dan eksternal serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang

mempengaruhi dalam pengelolaan manajemen modal kerja

Manajemen

Persediaan Mengetahui dan menganalisis strategi yang sesuai bagi pengusaha skala menengah

dalam pengelolaan modal kerja yang optimal.

(30)

22

Berikut ini merupakan tahapan proses pembuatan penelitian sebagai berikut:

4.7 Luaran Tahunan Penelitian

Luaran Tahunan Penelitian dalam penelitian ini memiliki, sebagai berikut:

1. Pada tahun 1 (pertama) mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah dan publikasi ilmiah melalui seminar nasional dan call for paper dan publikasi pada jurnal internasional serta draft model kebijakan analisis modal kerja

2. Pada tahun 2 (kedua) akan menghasilkan model kebijakan dalam pengelolaan modal kerja bagi pengusaha skala menengah dan publikasi ilmiah melalui seminar nasional dan call for paper dan publikasi pada jurnal internasional serta model kebijakan analisis modal kerja yang telah diuji coba.

4.8 Indikator Capaian Penelitian

Indikator capaian yang terukur dari penelitian ini, yaitu:

Keterangan Indikator Capaian (Tahun 1) Indikator Capaian (Tahun 2) Luaran Produk Draft Model Kebijakan Manajemen

Modal Kerja

Model Kebijakan Pengelolaan Modal Kerja Telah Diuji Coba.

Publikasi Jurnal Internasional Jurnal Internasional

Seminar Nasional Pemakalah Seminar Nasional Pemakalah Seminar Nasional STUDI

PUSTAKA

LUARAN & PUBLIKASI - Model Kebijakan Modal

Kerja

- Jurnal dan Prosiding ANALISIS DAN

PEMBAHASAN

KESIMPULAN & SARAN &

REKOMENDASI

UJI KEABSAHAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN

DATA

TUJUAN PENELITIAN LATAR BELAKANG

MASALAH ISU

PENELITIAN

(31)

23

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa hasil wawancara dengan para narasumber yang telah ditentukan kriterianya dengan menjawab pertanyaan yang telah dipersiapkan. Wawancara dilakukan dengan semi terstruktur kepada pihak pengusaha skala menengah dan konsultan keuangan serta operasional yang memahami tentang manajemen modal kerja. Berikut pada Tabel 5.1 merupakan penjelasan tentang profil narasumber dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 5.1 Profil Narasumber

No Nama Profil Narasumber Kode

1 Rinaldy Firstian., S.E., M.M

Beliau merupakan salah satu pemilik dari PT.

Dua Putri Ciliwung di Banyuwangi yang bergerak di bidang pertambangan batu.

RF

2 Alvin Livano., SE

Beliau saat ini merupakan pemilik dalam bisnis bidang bahan bangunan di Surabaya dengan memiliki banyak pengalaman di bidang kewirausahaan dan menjadi Entrepreneur in Residence (EIR) di Universitas Ciputra.

AL

3 Alfy Wahyu Pramita Sari., M.M

Beliau saat ini pemilik bisnis yang bergerak di bidang teh, kopi, dan madu yang sedang berkembang di Surabaya dengan nama merek Akar Pulung.

AWP

4 Dean Reyhan Michael, SE., M.M., CFP®

Beliau merupakan praktisi dalam bisnis yang bergerak dibidang makanan. Selain itu, merupakan praktisi keuangan dan memiliki sertifikasi dibidang perencanaan keuangan.

DRM

(32)

24 5 Ir. Alexander

Wahyudi, MBA., M.M

Beliau merupakan praktisi dalam bidang operasional dan produksi. Selain itu beliau juga sebagai dosen tetap di Universitas Ciputra Surabaya. Beliau juga sebagai Asesor LSP P1 untuk skema pengoperasian bisnis dan analisis pengembangan bisnis.

AW

5.1.1 Faktor Internal Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor internal dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan sehingga manajemen modal kerja dapat berjalan dengan baik. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dan diantisipasi sehingga pengelolaan modal kerja dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Berikut pernyataan narasumber RF, AL, dan AWP sebagai pengusaha berkaitan faktor internal yang mempengaruhi modal kerja, antara lain:

“Jadi, ya penjualan itu faktor internalnya. Seberapa banyak kita menjual produk yang dihasilkan itu semakin lancar untuk modal kerjanya” (RF).

“Yang paling mempengaruhi untuk usaha saya yaitu bahan bangunan, adalah SOP yang paling penting. Karena setiap dalam kegiatan itu selalu ada SOP nya, jadi agar kita mengetahui harus seperti apa karena panjang sekali yang harus diatur dalam usaha bahan bangunan” (AL).

“Faktor internal yang mempengaruhi itu ada beberapa pak salah satunya kalau dilihat dari barang produksi ya pak, ya itu tadi, di persediaan itu kita tidak melakukan banyak persediaan agar modal kerjanya juga tetap dapat berputar sepenuhnya. Kemudian dari faktor personalnya, manajemennya, kita harus bisa membagi apa saja yang harus didahulukan untuk melakukan pembelian bahan baku” (AWP).

Peryataan dari narasumber RF menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi modal kerja adalah penjualan. Disisi lain menurut narasumber AL yang mempengaruhi modal kerja yaitu SOP (standard operating procedure). Selanjutnya, narasumber AWP yaitu jumlah ketersediaan dari persediaan dan manajemen personalia

(33)

25

yang ada dalam perusahaan. Berkaitan dengan pernyataan narasumber AW dan DRM selaku praktisi dan konsultan dalam manajemen modal kerja, sebagai berikut:

“Pertama kali pemahaman tentang modal kerja, pemahaman tentang modal kerja misalnya kas, kemudian persediaan, piutang, sewa atau bayar di muka, dan sebagainya itu, mereka mengelolanya ini tidak atau kurang profesional” (AW)

“Menurut saya faktor internal yang mempengaruhi modal kerja itu adalah dari manajemen itu sendiri. Jadi, bagaimana manajemen ini punya rencana kedepannya, apakah itu dari rencana ekspansi ke luar ataupun pembenahan yang di dalam. Tentunya itu akan mempengaruhi dari penggunaan modal kerja itu sendiri” (DRM)

Menurut narasumber AW bahwa fartor internal yang mempengaruhi manajemen modal kerja yaitu pemahaman dalam mengelola menajemen modal kerja berkaitan dengan kas, utang, dan persediaan. Hal ini didukung oleh narasumber DRM yang menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi yaitu pihak manajemen berkaitan dengan rencana ke depan untuk ekspansi atau pembenahan yang dilakukan didalam perusahaan sehingga hal ini mempengaruhi penggunaan modal kerja.

5.1.2 Faktor Eksternal Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor eksternal dalam pengelolaan modal kerja juga penting untuk diperhatikan.

Hal ini akan membantu dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya penggunaan modal kerja yang tidak optimal. Berikut narasumber RF, AL, dan AWP mengungkapkan berkaitan dengan faktor eksternal dalam pengelolaan modal kerja sebagai berikut:

“Untuk faktor eksternalnya, yang pasti karena faktor internalnya dari penjualan, ya dari customernya” (RF)

“Kalau untuk faktor eksternal sih yang paling mempengaruhi adalah menjaga hubungan dengan supplier. Agar kita dapat mendapatkan barang lebih cepat, dan juga mendapatkan potongan terhadap barang tersebut. Dan juga yang kedua adalah hubungan kita terhadap customer-customer kita yang cukup besar, jadi yang membeli

(34)

26

secara grosir. Jadi kita harus mengatur kreditnya dan juga sistem pembayarannya dan juga pengambilannya mereka” (AL)

“Kalo faktor eksternal ini pak karena saya kan masih umkm ya pak. Salah satunya, ya supplier” (AWP)

Hal yang diungkapkan narasumber RF bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi modal kerja yaitu konsumen itu sendiri. Disisi lain, menurut narasumber AL bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu supplier dan customer yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi modal kerja. Selain itu, faktor eksternal berkaitan dengan manajemen modal kerja menurut narasumber AWP adalah supplier.

Berdasarkan pernyataan dari narasumber tersebut bahwa ada 2 hal yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu: (1) customer; dan (2) supplier. Berdasarkan pernyataan narasumber DRM dan AW selaku praktisi dan konsultan mengungkapkan sebagai berkut:

“Kalau faktor eksternal itu sebenarnya banyak sekali, namun kalau melihat dari kondisi ekonomi saat ini yang berpengaruh terhadap industri retail, itu tentunya dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri” (DRM)

“Yang sekarang mempengaruhi dalam usaha menengah dalam hal ini adalah ketidakpastian pasar” (AW)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal dalam pengelolaan modal kerja yang mempengaruhi yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ketidakpastian pasar.

5.1.3 Faktor Pendukung Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam pengelolaan modal kerja. Berikut ini merupakan peryataan narasumber RF, AL, AWP, yaitu:

(35)

27

“Faktor pendukungnya, mungkin sistem ya Pak. Sistem untuk mengelola modal kerja seperti kas, utang-piutang gitu. Jadi ada pencatatan. Ada data yang dikelola oleh sistem” (RF)

“Yang toko kami miliki dan tidak dimiliki oleh toko lain adalah kolektor. Jadi sehingga kolektor tersebut bisa membuat cashflow dari toko kita semakin lancar. Dan juga yang kedua yang paling penting adalah pengelolaan jatuh tempo pada supplier” (AL)

“Itu berhubungan dengan jawaban sebelumnya pak, seperti supplier, jika saya dapat dari perusahaan itu kan harganya lebih murah, itu ada beberapa perusahaan di packaging juga, itu kita dapat yang murah, tapi kita ambilnya tidak harus banyak.

Akhirnya, harga nya sama seperti saya beli untuk eceran…..”(AWP)

Peryataan narasumber RF menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja yaitu system berkaitan dengan pencatatan. Disisi lain menurut narasumber AL yang menjadi faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja adalah kolektor sehingga cashflow menjadi lancar dan pengelolaan jatuh tempo pada supplier. Hal ini didukung oleh narasumber AWS yang menyatakan bahwa supplier merupakan faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja khususnya jika dapat penawaran harga yang sesuai bahkan dapat lebih murah. Berikut ini merupakan pernyataan dari narasumber DRM dan AW berkaitan dengan faktor pendukung sebagai berikut:

“Menurut saya, kalau faktor pendukung yang mempengaruhi dalam pengelolaan modal kerja adalah dengan adanya financial teknologi. Jadi dimana semuanya itu menjadi lebih banyak pilihan. Jadi contohnya kayak adanya credit card, debit itu konsumen menjadi lebih mudah untuk membayar” (DRM)

“Faktor pendukung, yang menurut saya sekarang sudah zamannya IT pak ya, diusahakan IT sekarang kan ada platform-platform accounting yang memudahkan kita sebagai orang awam jadi seharusnya dipakai dan itu disosialisasikan, jangan sampai hanya mengandalkan cara lama” (AW)

(36)

28

Peryataan narasumber DRM menyebutkan bahwa faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja adalah financial technology. Hal ini dicontohkan dengan penggunaan credit card sehingga konsumen dapat melakukan pembayaran dengan mudah. Narasumber AW juga memiliki kesamaan peryataan terkait faktor pendukung dalam pengelolaan modal kerja yaitu information technology (IT) merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan modal kerja, sehingga tidak mengandalkan cara lama tetapi dengan mengadopsi information technology (IT) maka akan menjadi lebih mudah.

5.1.4 Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan Modal Kerja

Faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja harus diantisipasi dan dicari solusinya sehingga tidak mengganggu kinerja dari modal kerja. Berikut ini peryataan narasumber RF, AL dan AWP tentang faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja, yaitu:

“Faktor yang menghambat itu ada beberapa konsumen karena sistemnya masih konsinyasi, jadi kita masih lunak, jadi masih bisa di nego-nego untuk retur” (RF)

“Biasanya kredit macet Pak. Jadi beberapa dari customer kita tidak bisa membayar, atau masih belum bisa membayar” (AL)

“Faktor yang menghambat itu ada beberapa konsumen karena sistemnya masih konsinyasi, jadi kita masih lunak, jadi masih bisa di nego-nego untuk retur….” (AWP)

Peryataan narasumber RF bahwa faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja yaitu sistem konsinyasi sehingga masih relatif lunak dalam negosiasi retur barang.

Hal yang sama menurut narasumber AL faktor penghambat berkaitan dengan tempo pembayaran kepada para pembeli. Narasumber AWP mengungkapkan bahwa sistem konsiyasi yang lunak menimbulkan terjadinya negosiasi untuk pengembalian barang.

Selanjutnya, narasumber AW dan DRM memberikan peryataan, sebagai berikut:

(37)

29

“Pemahaman sebetulnya dalam mengolah uang, kadang-kadang disini penghambatnya”

(AW)

“….karena usaha yang menengah ini kan bisa dikatakan rada nanggung. Jadi, kalau dia tidak memiliki keunggulan, tentunya biayanya dia tinggi, tapi kalau misalnya dia tidak bisa berinovasi ya dia lama-lama akan mati……” (DRM)

Narasumber AW yang menjadi faktor penghambat dalam mengelola modal adalah mengolah uang itu sendiri. Disisi lain, menurut narasumber DRM bahwa faktor penghambat dalam pengelolaan modal kerja adalah keunggulan yang dimiliki oleh usaha tersebut untuk dapat melakukan inovasi.

5.1.5 Manajemen Kas Untuk Pengelolaan Modal Kerja

Manajemen kas untuk pengelolaan modal kerja memiliki peran penting karena kas memiliki tingkat likuiditas paling tinggi. Berikut ini merupakan pernyataan dari narasumber RF, AL dan AWP dalam penerapan manajemen kas pada usaha yang dimiliki sebagai berikut:

“kas yang ada di perusahaan itu digunakan misal untuk investasi, entah itu untuk investasi alat lagi, atau investasi yang lainnya” (RF)

“Jadi kasnya diatur adalah penagihannya kita, jadi kolektor kita harus memberikan term waktu pada customer kita lebih dulu yaitu ada satu bulan maksimal dua bulan untuk mereka membayar daripada sebelum kita ditagih. Jadi agar cashflow itu lancar.” (AL)

“Sejauh ini masih menjadi satu kas, jika ada butuh apa baru uangnya dikeluarkan, misalnya maintainance” (AWP)

Narasumber RF mengungkapkan bahwa kas yang terkumpul dalam perusahaan digunakan kembali untuk kegiatan investasi. Disisi lain, narasumber AL menjelaskan bahwa kas perlu dikelola berkaitan dengan operasional untuk pemasukan bagi kas perusahaan. Hal ini menjadi penting berkaitan dengan pengaturan jangka waktu

Gambar

Tabel 5.1  Profil Narasumber
Gambar 5.1 Proses Aliran Kas
Gambar 5.2 Model Kebijakan Manajemen Modal Kerja
Gambar 5.3 Cash Conversion Cycle (CCC)

Referensi

Dokumen terkait

bagaimana kemampuan anak didik dalam pembelajaran yang sudah dilakukan.. Alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan

Metode klasifikasi yang dikembangkan pada penelitian ini digambarkan pada alur penelitian sebagai berikut: (1) Mendefinisikan kelas hutan berdasarkan RSNI-1 Badan

Metodologi Penelitian untuk tahun ke 2 secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : Identifikasi Maksud dan Tujuan Penelitian Inventarisasi Data Disain Kuesioner Data Primer : -

Kerangka Operasional pada penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai berikut : Gambar 3.1 : Kerangka Operasional Studi Literatur Literatur diidentifikasi melalui pencarian di

Berikut dapat digambarkan hasil temuan dalam sebuah skema sebagai berikut: Manajemen Kedisiplinan peserta didik berbasis Pendidikan Islam perencanaan pengorganisan pelaksanaan

3.2 Kerangka Kerja Menjelaskan tentang tahap-tahap pelaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan berupa bagan alur sebagai berikut : Gambar 3.1 Kerangka Operasional Studi Kasus Asuhan

3.2 Kerangka Kerja Menjelaskan tentang tahap-tahap pelaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan berupa bagan alur seperti berikut : Gambar 3.1 Kerangka Operasional Studi Kasus

Kerangka Berpikir/Alur Penelitian Alur penelitan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Gambar 2 Alur Penelitian ANALISIS DAN PERANCANGAN Proses tagihan Hippam Desa