• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat Khusus - Hibah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Syarat Khusus - Hibah"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN HIBAH BERSAING

ANALISIS PERILAKU DAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TERHADAP MANAJEMEN UTANG PADA

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JAWA TIMUR

Tahun Ke 2 Dari Rencana 2 Tahun

Ketua/Anggota Tim

Dr. Christian Herdinata, S.E., M.M., CFP® NIDN : 0715128102 (Ketua) Cliff Kohardinata, SE., M.M., Ak NIDN : 0719068108 (Anggota)

Dibiayai oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Bagi Dosen Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VII Tahun Anggaran 2016, Nomor:

050/SP2H/P/K7/KM/2016 Tanggal 25 April 2016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS CIPUTRA

NOVEMBER 2016

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul

Peneliti/Pelaksana Nama LengkaP

Perguruan Tinggi NIDN

Jabatan Fungsional Program Studi Nomor IIP

Alamat surel (e-mail) Anggota (1)

Nama LengkaP NIDN

Perguruan Tinggi lnstitusi Mitra (ika ada) Nama lnstitusi Mitra Alarnat

Penanggung Jawab Tahun Pelaksanaan Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan

Dekan F

(Dr. Wirawan NIPAII]

D Radianto, M.Sc) ^.

0506127toz

-a

NIPn{IK 00007017

Analisis Perilaku dan Penyusunan Perencanaan Terhadap Manajemen Utang Pada Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Jawa Timur

CHRISTIAN HERDINATA SE., MM.

Universitas Ciputra SurabaYa

07 t5128102 Lektor Manajemen

081575064772

christian.herdinata@c iputra' ac. id CLIFF KOHARDINATA SE.,MM 0719068108

Universitas CiPutra SurabaYa

fuf,un ke 2 dari rencana 2 tahun Rp 50.000.000,00

Rp 125.000.000,00

Surabaya,14-11 -2016 Ketua,

(CHRISTIAN

Menyetujui, Ketua LPP

Pulrnrnrell& PUBUKA$

(lr. Daniel M. Wonoliadidjojo, M.Eng)

NIPNIK 00506008

INATA SE., MM.)

(3)

RINGKASAN

Perencanaan utang merupakan hal yang penting untuk dilakukan berkaitan dengan peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena utang digunakan sebagai sumber pendanaan dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, pengusaha dituntut untuk dapat menyusun perencanaan keuangan dengan benar agar kinerja perusahaan dapat meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk dapat menyusun perencanaan utang dengan benar sehingga dapat digunakan sebagai panduan bagi pengusaha yang difokuskan pada usaha skala menengah. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada para narasumber yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu. Keabsahan data diuji dengan trianggulasi sumber untuk memastikan validitas dan reliabilitas data. Subjek penelitian ini yaitu pengusaha skala menengah dan pihak konsultan keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi model dalam penyusunan perencanaan dalam pengelolaan utang yang benar dan dapat diterapkan oleh para pengusaha khususnya usaha skala menengah.

Kata kunci: perencanaan utang, pengelolaan utang, kinerja perusahaan, usaha skala menengah.

(4)

iv PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat dan kekuatan serta pertolongan sehingga penelitian hibah bersaing ini dapat ditempuh sampai dengan laporan kemajuan. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang mendalam atas perhatian dan dukungan dari KOPERTIS Wilayah VII Jawa Timur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika Universitas Ciputra, khusus LPP (Lembaga Penelitian dan Publikasi) Universitas Ciputra yang telah memberikan dukungan dan pendampingan selama mempersiapkan dan menjalani proses penelitian ini.

Pada akhirnya, tanpa dukungan dari semua pihak tersebut, saya tidak akan mampu menyelesaikan laporan kemajuan penelitian hibah bersaing ini. Atas perhatian dan dukungan dari semua pihak kepada saya, baik materiil maupun imateriil, saya menyampaikan terima kasih. Tuhan memberkati kita semua, amin.

Surabaya, 17 November 2016

Peneliti

Christian Herdinata

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………...…….i

HALAMAN PENGESAHAN………ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL………...…...….vii

DAFTAR GAMBAR………...………..…...………viii

DAFTAR LAMPIRAN………...….…...……ix

BAB 1. PENDAHULUAN……….….1

1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Rumusan Masalah………...….2

1.3 Tujuan Penelitian…...………….………...……….…….2

1.4 Urgensi Penelitian………2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN………15

3.1 Tujuan Penelitian ... 15

3.2 Manfaat Penelitian ... 15

BAB 4. METODE PENELITIAN... 16

4.1 Roadmap Penelitian ... 16

4.2 Sampel dan Data Penelitian ... 17

4.3 Pengumpulan Data Penelitian ... 17

4.4 Teknik Analisis Data………..…………..……17

4.5 Tahapan Penelitian……….…….……...…...………....…18

4.6 Luaran Penelitian ………..………....…..18

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN…...……….…….………...……19

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 36

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

7.1 Kesimpulan ... 37

7.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 40

(6)

vi

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ... 40

Lampiran 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian ... 41

Lampiran 3. Biodata Tim Peneliti ... 42

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Narasumber ... 54

Lampiran 5. Artikel Jurnal Internasional ... 79

Lampiran 6. Artikel Prosiding Call for Paper... 90

Lampiran 7. Model Penyusunan Perencanaan Kredit………....….110

(7)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan Keuangan……….….12 Tabel 5.1 Profil Narasumber……….…….19 Tabel 5.2 Ilustrasi Hubungan Customer dan Supplier………...……30

(8)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Proses Manajemen Utang………..…….30 Gambar 5.2 Periode Perkembangan Proyek……….…….…….31

(9)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ... 40

Lampiran 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian ... 41

Lampiran 3. Biodata Tim Peneliti ... 42

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Narasumber ... 54

Lampiran 5. Artikel Jurnal Internasional ... 79

Lampiran 6. Artikel Prosiding Call for Paper ... 90

Lampiran 7. Model Penyusunan Perencanaan Kredit……….…....….110

(10)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan penopang dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Berdasarkan jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 210 juta maka ada sekitar 80.933.384 orang yang bergantung pada berbagai usaha skala mikro, kecil, dan menengah (Kompas 29 Februari 2007).

Oleh karena itu, UMKM perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan bahkan bisa menjadi usaha yang berkelanjutan, walaupun memiliki beberapa kelemahan antara lain: masih banyak yang tidak berbadan hukum, pendapatan yang tidak stabil, menggunakan teknologi yang masih sederhana, memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga sendiri atau kerabat (Hastuti, 2003). Salah satu permasalahan internal yang paling penting dan masih sulit diatasi yaitu keterbatasan sumber pendanaan (Darmawan, 2005).

Utang merupakan salah satu alternatif dari sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM).

Penelitian yang dilakukan oleh Supramono dan Putlia (2010) mengungkapkan bahwa masih relatif sedikit yang menggunakan utang baik dari lembaga keuangan yaitu bank dan non bank sebagai sumber pendanaan. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti sumber pendanaan khususnya utang.

Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan harus dilandasi dengan keputusan dan perencanaan yang benar khususnya bagi pengusaha skala mikro kecil dan menengah. Penggunaan utang yang keliru justru dapat menjadi masalah bagi pengusaha skala mikro kecil dan menengah. Sumber dana yang berasal dari utang dapat diperoleh dari lembaga keuangan yaitu bank maupun non bank.

Berdasarkan hasil penelitian kementrian Koperasi dan UKM dengan BPS (2003) bahwa hanya 17,5% pengusaha yang memanfaatkan perbankan untuk tambahan modalnya. Oleh karena itu, perilaku pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk menggunakan utang sebagai sumber pendanaan tidak terlepas dari persepsi pengusaha tersebut tentang manfaat dan risiko dari utang tersebut.

(11)

2 Maka dari itu, diperlakukan pemahaman yang benar tentang keputusan dalam menggunakan utang sebagai sumber pendanaan. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki fokus pada penyusunan manajemen utang dengan objek adalah pengusaha skala menengah yang mayoritas telah melibatkan lembaga keuangan atau perbankan dalam pendanaan. Maka dari itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan yang tepat dalam melakukan manajemen utang bagi pengusaha skala menengah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdsarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

Bagaimana penyusunan perencanaan manajemen utang bagi pengusaha skala menengah?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis perilaku pengusaha dalam keputusan manajemen utang pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Penelitian ini akan menganalisis perilaku dari pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat diberikan solusi yang tepat dalam melakukan manajemen utang (Tahun Ke 1)

2. Menyusun perencanaan terhadap manajemen utang pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Penelitian ini akan menyusun perencanaan bagi pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam melakukan manajemen utang sehingga dapat memberikan panduan yang tepat. (Tahun Ke 2)

1.4 URGENSI PENELITIAN

Penelitian ini memiliki urgensi berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yaitu:

(12)

3 1. Penelitian ini membantu pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan sumber pendanaan yaitu utang dengan pengetahuan dan kemampuan yang benar.

2. Penelitian ini membantu program pemerintah dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam mengatasi permasalahan berkaitan mengelola utang sehingga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tidak mengalami kesulitan keuangan (kredit macet).

3. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada masyarakat Indonesia kususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tentang peranan utang dalam perekonomian dan manajemen utang untuk meningkatkan stabilitas ekonomi.

(13)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERENCANAAN KREDIT

Perencanaan merupakan tahapan awal dari suatu aktivitas, tidak terkecuali aktivitas perbankan. Demikian juga halnya terkait dengan perkreditan, di mana aktivitas perencanaan merupakan tahapan awal dari manajemenperkreditan untuk dapat menetapkan strategi dalam mencapai sasaran bisnis (kredit) yang telah ditetapkan. Dengan adanya aktivitas perencanaan, Bank dapat menetapkan di mana penyimpangannya dan tindakan perbaikannya. Perencanaan kredit dalam aktivitas penyaluran kredit tidak terlepas dari jenis kredit, jangka waktu kredit, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

 Kondisi dan kebijakan ekonomi nasional dan wilayah;

 Tingkat persaingan dalam penyaluran pembiayaan (kredit), di mana tidak hanya dari institusi perbankan namun juga dari institusi keuangan non Bank lainnya (antara lain seperti pasar modal);

 Strategi dan sasaran kinerja Bank (kemampuan pendanaan, strategi pemasaran, kesehatan Bank)

 Tingkat suku bunga (dana dan kredit) Bank dan pesaing;

Risk appetiate dan risk tolerance yang dipilih Bank.

Merujuk kepada Rivai dan Veithzal (2006), terdapat beberapa pendekatan dalam perencanaan kredit, yaitu sebagai berikut.

a. Perencanaan berdasarkan pendekatan sumber dana:

Kemampuan Bank dalam penyaluran kredit, sangat bergantun dari kemampuaan bank untuk menghimpun dana atau menyerap pendanaan. Dana yang dikumpulkan Bank tidak seluruhnya disalurkan likuiditas yang berjalan searah dengan pertumbuhan asetnya. BI sebagai pihak regulator telah menentapkan bahwa guna mencapai kecukupan likuiditas yang memadai dan menjalankan fungsi intermediasi secara optimal perlu dilakukan pengaturan likuiditas Bank melalui kebijakan giro wajib minimum (GWM), yaitu jumlah dana minimum yang

(14)

5 wajib dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK, yang terdiri dari atas (Peraturan Bank Indonesia No.

15/15/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013):

 GWM primer adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara ileh bank dalam bentuk Saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.

DPK (Dana Pihak Ketiga) Bank adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam Rupiah dan valuta asing.

 GWM sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank berupa Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito Bank Indonesia, Surat Berharga Negara dan/atau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar pesentase tertentu dari DPK.

 GWM LDR (Loan to Deposito Ratio) adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih antara LDR yang dimiliki oleh Bank dengan LDR target. LDR merupakan rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank.

b. Perencanaan berdasarkan pendekatan pasar:

Pendekatan ini disebut juga dengan “ customer oriented “, di mana Bank dalam menyalurkan kredit melihat pada kebutuhan dan potensi nasabah.

Dalam penyusunan perencanaan berdasarkan pendekatan pasar ini, Bank perlu merumuskan strategi pemasaran, melalui:

 Analisis eksternal terhadap pasar/industri (Porter’s Five Forces Analysis) dan analisis internal Bank (SWOT Analysis).

 Porter’s Five Forces Analysis, memberikan gambaran mengenai bagaimana posisi bisnis suatu Bank di dalam industri perbankan itu sendiri. Analisis tersebut dibuat berdasarkan lima kekuatan kompetitif, yaitu

(15)

6

 Masuknya kompetitor, mudah atau sulitnya untuk kompetitor baru untuk mulai bersaing di industri yang sudah ada;

 Ancaman produk/jasa pengganti, mudah atau sulitnya produk.\jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk/jasa yang sudah ada;

 Daya tawar dari pembeli, bagaimana kuatnya posisi pembeli untuk menentukan kemana dia akan melakukan teransaksi;

 Daya tawar dari supplier, bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak supplier atau hanya beberapa supplier, bisa jadi mereka memonopoli supply barang;

 Persaingan di antara pemain yang sudah ada (industri).

Bagaimana kuatnya persaingan di antara pemain yang sudah ada. Apakah ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama.

SWOT Analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats), dapat dijelaskan sebagai berikut.

 Strengths, yitu faktor internal yang menjadi kekuatan dan pendorong untuk pencapaian sasaran yang direncanakan, yang melekat pada Bank yang bersangkutan, dan merupakan keunggulan dalam sumber daya, keahlian dan keuntungan lainnya dibanding pesaing.

Weakness, yaitu faktor internal yang merupakan keterbatasan atau kekurangan yang melekat pada Bank yang bersangkutan dalam hal sumber daya, keahlian dan kecakapan dibanding peasaing, yang dapat memperlemah dalam pencapaian sasaran yang direncanakan.

Opportunities, merupakan faktor eksternal positif yang potensial, yang dapat mendorong dan menstimulasi pencapaian sasaran, yang berasal dari luar organisasi Bank.

(16)

7

Threats, merupakan faktor eksternal yang negatif (di luar organisasi Bank), yang dapat menghambat dan mengurangi kemampuan Bank dalam pencapaian sasarannya.

 Dari Porter’s Five Forces Analysis dan SWOT Analysis tersebut, Bank dapat memperoleh gambaran mengenai sasaran pemasaran Bank:

 Identifikasi lingkungan eksternal untuk memetakan peluang dan ancaman yang dapat terjadi (market review) dan identifikasi lingkungan internal untuk memetakan kekuatan dan kelemahan Bank dibanding pesaing, serta membantu Bank untuk mengambil keuntungan dari berbagai peluang dan meminimalisasi atau menghindari segala ancaman yang ada. Market review, antara lain membantu menjelaskan bagaimana kondisi pasar saat ini (ketat/longgar, berkembang/turun), bagaimana segmentasi pasar, bagaimana pangsa pasar Bank dibanding dengan total perbankan, serta menjelaskan bagaiamana kondisi persaingan.

 Identifikasi segmen pasar dan target nasabah (positioning) yang akan dituju. Bank harus dapat memasuki segmen pasar dan target nasabah yang menghasilkan persaingan serta tingkat laba paling besar.

 Identifikasi faktor kunci keberhasilan pemasaran produk/jasa dan waktu yang tepat untuk masuk ke pasar.

 Dari sasaran pemsaran tersebut, Bank menetapkan program pemasaran kredit, seperti jenis kredit unggulan, wilayah pemasaran yang akan digarap, target pasar, target nasabah, dan periode pemasaran sehingga sasaran yang ingin dicapai Bank dapat terpetakan dengan baik.

c. Perencanaan berdsarkan pendekatan anggaran:

(17)

8 Untuk lebih memahami pendekatan ini, perlu dimaknai bahwa anggaran selain sebagai alat koordinasi berbagai kegiatan yang ada di dalam Bank, juga sebagai alat monitoring dari realisasi rencana kerja. Dalam pendekatan anggaran ini, Bank memperhatikan sasaran yang ingin dicapai yang telah mengakomodasi keinginan dan kepentingan pemilik modal, aturan-aturan yang berlaku serta kebijakan manajemen, dengan memperhatikan sumber daya yang ada di dalam Bank. Jika antara sumber daya Bank belum memadai dalam mencapai sasaran bisnis yang akan ditetapkan, tentunya diperlukan suatu strategi sehingga sumber daya Bank tersebut dapat menyesuaikan dalam pencapaian sasaran bisnis tersebut.

d. Perencanaan berdasarkan pendekatan regulasi:

Dalam pendekatan ini, pilihan Bank dalam melakukan perencanaan kredit didasarkan atas regulasi yang telah ditetapkan oleh pihak regulator (Kementrian, BI,OJK, dan sebagainya), antara lain seperti:

 Penyaluran kredit ke sektor-sektor ekonomi yang mengacu pertumbuhan ekonomi nasional;

 Penyaluran kredit ke industri-industri milik negara;

 Penyaluran kredit ekspor untuk peningkatan aktivitas ekspor nasional;

 Penyaluran kredit kepada usaha-usaha padat karya memperluas kesempatan kerja;

 Penyaluran kredit kepada segmen mikro, kecil, menengah, dan koperasi untuk pengembangan usaha golongan ekonomi lemah.

Selain itu, salah satu aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dalam perencanaan kredit adalah perencanaan penetapan suku bunga dasar kredit/SBDK (base lending rate/prime lending rate) karena besarnya suku bunga kredit sangat berpengaruh kepada interest debitur dalam pengajuan kredit bank. Suku bunga kredit (lemding rate) adalah hasil penjumlahan SBDK dengan premi risiko. Premi risiko merepresentasikan penilaian Bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit, dan prospek usaha yang dibiayai. Karenanya, lending rate

(18)

9 yang dikenakan kepada debitur akan masing-masing berbeda antar debitur,mengingat faktor Premi Risiko yang berbeda.

2.2 FAKTOR - FAKTOR PENYUSUNAN KEBIJAKAN PERKREDITAN Dalam menentukan kebijakan perkreditan, banyak faktor yang perlu diperhatikan Bank.

1. Faktor Penting dalam Kebijakan Perkreditan

a. Kebijakan Perkreditan harus sesuai dengan Visi, Misi, Corporate Plan, dan Business Plan Bank.

b. Pemberian kredit oleh bank

- Mampu mangawasi portofolio perkreditan secara keseluruhan dan menetapkan standar dalam proses pemberian secara individual;

- Memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada semua tahapan proses pemberian kredit.

c. Kebijakan Perkreditan dikatakan baik apabila minimal mencakup:

- Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan - Organisasi dan manajemen perkreditan - Kebijakan persetujuan kredit

- Dokumentasi dan administrasi - Pengawasan kredit

- Penyelesaian kredit

d. Kebijakan kredit harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam pedoman pelaksanaan kredit yang digunakan oleh setiap bank.

e. Kebijakan kredit wajib disampaikan dan mendapat persetujuan dari dewan komisaris

f. Bank Indonesia memantau, mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan perkreditan bank tersebut

2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan

a. Kebijakan pokok prekreditan mengatur hal-hal sebagai berikut:

1. Prosedur perkreditan yang sehat, termasuk prosedur persetujuan kredit, prosedur dokumentasi dan administrasi, prosedur pengawasan kredit;

(19)

10 2. Kredit yang mendapat perhatian khusus

3. Perlakuan terhadap kredit yang tunggakan bunganya dikapitalisasi (kredit yang diplafondering);

4. Prosedur penyelesaian kredit bermasalah dan prosedur penghapusbukuan kredit macet serta tata cara pelaporan kredit macet;

5. Tata cara penyelesaian barang angunan kredit yang telah dikuasai bank yang diperoleh dari hasil penyelesaian kredit.

b. Kebijakan bank dalam pemberian pemberian kredit kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan atau debitur-debitur besar, meliputi:

1. Batasan jumlah maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas kredit yang akan diberikan oleh bank sendiri kepada pihak tersebut di atas dalam angka persentase terhadap jumlah keseluruhan jumlah kredit dan jumlah modal bank berdasarkan perhitungan KPMM;

2. Tata cara penyediaan kredit pada pihak-pihak tersebut di atas yang akan disindikasikan, dikonsorsiumkan dan bagi risikonya (risk- sharing) dengan bank-bank lain;

3. Presyaratan kredit kepada pihak-pihak tersebut di atas khususnya mengenai perbandingan suku bunga kredit dengan yang ditetapkan terhadap debitur-debitur lainnya serta bentuk dan jenis agunan;

4. Kebijakan bank dalam pemberian kredit kepada pihak-pihak tersebut di atas dalam kaitannya dengan ketentuan perkreditan, khususnya ketentuan BMPK.

c. Pencantuman sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha, dan debitur yang mengandung risiko tinggi bagi bank.

d. Pencantuman kredit yang perlu dihindari bank, antara lain:

1. Kredit untuk tujuan spekulasi;

2. Kredit yang diberikan tanpa infomasi keuangan yang cukup;

3. Kredit yang memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki bank;

4. Kredit kepada debitur bermasalah dan atau macet pada bank lain.

e. Tata cara penilaian kualitas kredit.

(20)

11 Penilaian kualitas kredit harus didasarkan pada suatu tata cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa penilaian kolektibilitas kredit yang dilakukan oleh bank telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

f. Profesionalisme dan Integritas Pejabat Perkreditan

Dalam kebijakan perkreditan harus dinyatakan secara tegas dan jelas bahwa pejabat bank yang terkait dengan perkreditan termasuk anggota- anggota dewan komisaris dan Direksi harus melaksanakan kemahiran profesionalnya di bidang perkreditan secara jujur, objektif, cermat dan seksama serta menyadari dan memahami sepenuhnya ketentuan undang- undang perbankan.

2.3 PERILAKU PENGAMBILAN KEPUTUSAN UTANG

Persepsi terhadap utang sebagai sumber pendanaan dianalisis melalui pendekatan keuangan berbasis perilaku (behavioral finance) yang menekankan bahwa seseorang sering berperilaku aneh atau tidak rasional jika membuat keputusan yang melibatkan uang karena faktor psikologis lebih berperan dalam pengambilan keputusan (Hirschey dan Nofsinger, 2008).

Utang dapat dipersepsikan positif tetapi juga dapat dipersepsikan negatif.

Statman (1995); Kahneman dan Riepe (1998); Kircher, Maciejovcky, dan Weber (2005) telah melakukan melakukan pengujian dan menemukan hasil bahwa adanya kecenderungan penyajian informasi positif dan negatif berdampak pada pilihan alternatif keputusan. Utang dianggap sebagai pendorong bagi perkembangan usaha maka utang bagi pengusaha akan memberikan dukungan untuk modal kerja dalam memperoleh keuntungan. Disisi lain, utang dianggap sebagai beban bagi perkembangan usaha maka utang bagi pengusaha tertekan karena angsuran dan suku bunga dari utang meperberat keuangan dari usaha yang dijalankan.

Penelitian Shefrin (2007) mengidentifikasi berbagai faktor perilaku yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu bias, heuristic, dan framing effect. Berikut ini pada Tabel 1 merupakan penjelasan, yaitu:

(21)

12 Tabel 1 Faktor Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan Keuangan

No Faktor Perilaku Definisi

1 Bias Kecenderungan membuat kesalahan.

a Excessive optimism Seseorang cenderung overestimate akan memperoleh keberhasilan dan underestimate akan mengalami kegagalan.

b Overconfidence Seseorang yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan dan pengetahuan di atas rata-rata.

c Confirmation bias Seseorang cenderung lebih memperdulikan informasi atau pandangan yang sejalan dengan pandangannya daripada yang bertentangan.

d Illusion of control Seseorang merasa yakin mampu mengendalikan atau mempengaruhi hasil suatu keputusan, padahal dalam kenyataan tidak demikian.

2 Heuristic Peraturan yang digunakan sebagai dasar pijakan untuk membuat keputusan.

a Representativeness Seseorang membuat keputusan berdasarkan pemikiran stereotip atau analogi.

b Availability Seseorang lebih mengandalkan informasi yang tersedia pada saat pengambilan keputusan.

c Anchoring and adjusment Seseorang dalam membuat prediksi diawali dengan dengan angka tertentu sebagai referensi dan kemudian melakukan penyesuaian, tetapi cenderung tidak mampu membuat penyesuaian secara memadai.

3 Affect Seseorang dalam membuat keputusan banyak dipengaruhi oleh faktor intuisi dan perasaan.

a Framing effect Keputusan yang diambil oleh seseorang dipengaruhi oleh bagaimana pilihan keputusan itu disajikan.

b Loss Aversion Jika alternatif keputusan disajikan dalam bentuk pilihan potensi rugi atau untung, seseorang cenderung akan risk averse karena kerugian secara psikologis berdampak lebih besar daripada keuntungan.

c Aversion to a sure loss Seseorang yang memandang dirinya sedang dalam posisi mengalami kerugian cenderung memilih untuk menerima keputusan risiko tinggi (risk taker).

Sumber: Shefrin (2007)

2.4 PENYUSUNAN PERENCANAAN MANAJEMEN UTANG

Penyusunan perencanaan dalam melakukan manajemen utang merupakan cara mengelola pemberian pinjaman mulai dari pinjaman tersebut diberikan sampai dengan pinjaman tersebut lunas. Bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) diperlukan pedoman yang akan membantu dalam melakukan manajemen utang.

2.4.1 Pertimbangan Mengajukan Utang

Utang dapat dgunakan untuk meningkatkan atau melindungi arus kas atau untuk membiayai pertumbuhan atau ekspansi. Respatiningsih (2011) mengungkapkan bererapa pertimbangan dalam mencari pinjaman, yaitu: (1)

(22)

13 modal kerja yang dilakukan untuk meningkatkan tenaga kerja atau meningkatkan persediaan; (2) memperluas pangsa pasar baru ketika perusahaan memasuki pasar baru; (3) Untuk belanja modal berupa membiayai peralatan baru dan memperluas lini produk; (4) Meningkatkan arus kas; (5) Membangun kepercayaan dengan pemberi pinjaman; (6) Membangun kepercayaan dengan pemberi pinjaman.

2.4.2 Merencanakan Utang Secara Efisien dan Efektif

Merencanakan kebutuhan modal merupakan hal yang penting sehingga dapat menentukan besarnya pinjaman dan jenis sumber pendanaan. Oleh karena itu, dengan perencanaan memungkinkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat memprediksi kebutuhan uang tunai, menentukan apa yang dibutuhkan, dan kapan membutuhkannya. Hal ini akan membantu dalam memilih kemungkinan sumber-sumber pinjaman dan melakukan negosisasi syarat-syarat yang paling menguntungkan (Respatiningsih, 2011).

Maka dari itu, penyusunan perencanaan sangat memerlukan laporan posisi keuangan untuk menganalisis arus kas, aset, dan kewajiban. Selain itu, diperlukan pembuatan proyeksi laporan posisi keuangan untuk satu sampai tiga tahun mendatang.

2.4.3 Jangka Waktu Penggunaan Utang

Pengunaan utang membuat pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) membayar cicilan yang jatuh tempo. Hal yang menjadi persoalan yaitu besarnya cicilan yang tinggi selama periode waktu tertentu dan uang yang digunakan untuk membayar cicilan tidak ada atau kurang. Oleh karena itu, secara umum penggunaan pinjaman jangka pendek yaitu untuk kebutuhan jangka pendek dan penggunaan pinjaman jangka panjang digunakan untuk kebutuhan jangka panjang. Hal ini akan membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk menghindari beban bunga yang lebih tinggi dan lebih ketat dibanding jika tidak memperhatikan hal tersebut. Jangka waktu utang tidak akan berdampak rasio utang terhadap modal tetapi perubahan dalam indikator likuiditas seperti rasio lancar karena

(23)

14 mencakup kewajiban utang yang harus dilunasi dalam periode tertentu (Respatiningsih, 2011).

2.4.4 Penggunaan Utang Berdasarkan Kebutuhan

Pada saat suku bunga rendah maka pelaku usaha memiliki keinginan yang besar mendapatkan pinjaman (Respatiningsih, 2011). Hal ini perlu diperhatikan dengan cermat, apakah keinginan tersebut sesuai dengan kebutuhan usaha?. Oleh karena itu, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus tetap melakukan manajemen utang dengan benar. Hal tersebut jika tidak diantisipasi maka akan memiliki pinjaman yang terlalu besar sehingga sangat berpotensi mengalami kredit macet. Maka dari itu, menurut Respatiningsih (2011) perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: (1) menghitung besar cicilan utang per bulan; (2) melakukan pelunasan utang sesuai dengan posisi keuangan.

(24)

15 BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis perilaku pengusaha dalam keputusan manajemen utang pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Penelitian ini akan menganalisis perilaku dari pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat diberikan solusi yang tepat dalam melakukan manajemen utang (Tahun Ke 1)

2. Menyusun perencanaan terhadap manajemen utang pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Penelitian ini akan menyusun perencanaan bagi pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam melakukan manajemen utang sehingga dapat memberikan panduan yang tepat. (Tahun Ke 2)

3.2 MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian ini membantu pengusaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan sumber pendanaan yaitu utang dengan pengetahuan dan kemampuan yang benar.

2. Penelitian ini membantu program pemerintah dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam mengatasi permasalahan berkaitan mengelola utang sehingga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tidak mengalami kesulitan keuangan (kredit macet).

3. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada masyarakat Indonesia kususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tentang peranan utang dalam perekonomian dan manajemen utang untuk meningkatkan stabilitas ekonomi.

(25)

16 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 ROADMAP PENELITIAN

Penelitian ini memiliki rancangan roadmap berdasarkan rencana strategis dari Universitas Ciputra. Berikut ini merupakan rancangan roadmap penelitian yang dilakukan.

2017- 2018

Analisis Kebijakan Dalam

Pengelolaan Modal Kerja Pada Usaha Skala Menengah di Surabaya

2016- 2015

Analisis Perilaku dan Penyusunan Perencanaan Terhadap Manajemen Utang Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur

2014

Control Mechanism and Value of The Firm: Empirical Evidence from Indonesia Capital Market

2013

Penerapan Bootstrap Financing:

Sebuah Tinjauan Teoritis

2012

Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman ESOP (Employee Stock Ownership Program)

2011

Penerapan Strategi Pro Poor Business Bagi Kaum Miskin di Indonesia

Luaran Penelitian

Pemakalah di Semainar Nasional

Jurnal Keuanan dan Perbankan (Terakreditasi)

Jurnal Bisnis Perspektif

Internasional Research Journal of Business

Studiess

Prosiding UNTAR

Mediterranean Journal of Social

Sciences

Model Manajemen Utang (buku panduan, model)

Rencana:

Prosiding

Jurnal Internasional

Model Manajemen Utang (buku panduan, model)

Gambar 4.1 Roadmap Peneliti

(26)

17 4.2 SAMPEL DAN DATA PENELITIAN

Sampel penelitian ini adalah pengusaha skala menengah yang berada di Surabaya dan konsultan di bidang manajemen keuangan. Data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada pengusaha skala menengah yang berada di Surabaya yang selama ini telah menggunakan utang sebagai sumber pendanaan dalam menjalankan usaha. Selanjutnya, pihak konsultan di bidang manajemen keuangan.

4.3 PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap pengusaha skala menengah yang berada di Surabaya, pihak perbankan yang telah memberikan kredit kepada pengusaha skala menengah, serta pihak konsultan di bidang manajemen keuangan.

Daftar pertanyaan wawancara dilakukan berdasarkan 10 faktor perilaku yang berperan dalam keputusan keuangan yang dikemukakan oleh Sefrin (2007).

Selanjutnya, daftar pertanyaan wawancara juga difokuskan tentang menajamen utang untuk mengetahui masalah dan solusi dari narasumber yang ada secara spesifik.

4.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data.

penelitian ini melakukan coding terhadap hasil wawancara dengan responden.

Selain itu, penelitian ini juga menguji validitas data dengan melakukan trianggulasi sumber yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2014:440). Metode analisis data yang digunakan melalui tiga tahap yaitu: (1) reduksi data yaitu merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari pola; (2) penyajian data, yaitu menyusun dan menyajikan data secara sistematis; (3) pengambilan keputusan, yaitu penarikan kesimpulan dari penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sejak awal.

(27)

18 4.5 TAHAPAN PENELITIAN

Proses tahapan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan penelitian berikut ini:

4.6 LUARAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki luaran sebagai berikut: Pada tahun 1 (pertama) akan menghasilkan publikasi melalui seminar nasional dan publikasi di jurnal internasional. Selanjutnya, pada tahun 2 (kedua) akan menghasilkan draft model perencanaan dalam manajemen utang dan publikasi melalui seminar nasional serta publikasi di jurnal internasional.

STUDI PUSTAKA

LUARAN & PUBLIKASI - Buku Panduan, Aplikasi

Manajemen Utang - Jurnal dan Prosiding ANALISIS DAN

PEMBAHASAN

KESIMPULAN &

SARAN &

REKOMENDASI

PENGOLAHAN DATA &

VALIDASI DATA PENGUMPULAN

DATA

TUJUAN PENELITIAN LATAR BELAKANG

MASALAH ISU

PENELITIAN

(28)

19 BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa hasil wawancara dengan para narasumber yang telah ditentukan kriterianya dengan menjawab pertanyaan yang telah dipersiapkan. Wawancara dilakukan dengan semi terstruktur kepada pihak pengusaha skala menengah, pihak perbakan yang menyalurkan kredit, dan konsultan keuangan yang memahami tentang manajemen utang. Berikut pada tabel 5.1 merupakan penjelasan tentang profil narasumber dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 5.1 Profil Narasumber

No Nama Profil Narasumber

1 Andrea Silfanus., SE

Beliau merupakan salah satu pemilik dari Ramayana Printing di Surabaya yang bergerak di bidang Copy printing dan percetakan.

2 Ir Rudijanto Kohardinata

Beliau saat ini menjabat sebagai managing director dari PT sarana Elektrik Informatika (Grup Sarana Energi Internusa) dari tahun 2011 hingga sekarang.

Sebelumnya, beliau berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam mengelola perusahaan, antara lain PT Scheinder Indonesia, PT Abdi Bangun Buana, PT Conductorjasa Surya Persada.

3 Andre Kohardinata Beliau saat ini menjabat sebagai direktur dari CV Karya Teknika Solusindo dan General manager PT Sarana Energi Internusa cabang Surabaya.

Sebelumnya, beliau mempunyai pengalaman sebagai manager di beberapa perusahaan, antara lain sebagai territory manager di Microsoft Indonesia untuk wilayah Indonesia Timur, dan juga pernah menjabat

(29)

20 sebagai Commercial Business manager di PT Synnex Metrodata Indonesia.

4 Dean Reyhan Michael, SE., CFP®

Beliau merupakan praktisi dalam bisnis yang bergerak dibidang makanan. Selain itu, merupakan praktisi keuangan dan memiliki sertifikasi dibidang perencanaan keuangan.

5.1.1 Pertimbangan Mengajukan Utang

Pertimbangan dalam mengajukan utang merupakan hal yang penting dalam penyusunan perencanaan utang. Hal ini merupakan alasan yang mendasar atau tujuan utama untuk mengambil keputusan utang. Berikut ini merupakan beberapa alasan pertimbangan dari pengusaha dalam mengajukan utang. Menurut narasumber AS pertimbangan mengajukan utang sebagai berikut:

“……tapi yang paling penting menurut saya pertama kali, kita mesti ngitung bisnis kita bagaimana? Bisnisnya kedepannya bagaimana? Trus perkiraan omzetnya bagaimana? profitnya bagaimana? Apakah bisa buat bayar bunga utang? Trus berapa lama kita harus berutang? Itu yang paling penting menurut saya”. (AS – Lampiran NS 1)

Narasumber AS berpendapat bahwa perlu memperhitngkan prospek bisnis, omzet dan profit yang akan diperoleh, dan kemampuan membayar bunga serta berapa lama kita memutuskan untuk berutang. Selain itu, narasumber lain yaitu AK mengungkapkan bahwa pertimbangan dalam mengajukan utang, sebagai berikut:

“……kalau kita tidak berani ambil resiko berhutang, kita tidak akan bisa besar, dalam artian kita punya satu set target, dalam artian contoh nih kita punya cash in hand, kita punya cash in hand, satu juta, trus ada opportunity bisnis yang memerlukan modal lebih dari satu juta, opportunity-nya sejauh apa, dalam artian, marginnya sebesar apa, barangnya apakah fast moving atau tidak, keuntungan yang kita dapat

(30)

21 besar atau tidak, kalau kita melihat itu semua opportunity yang bagus, kenapa kita juga tidak berani berhutang…….”(AK – Lampiran NS 2)

Peryataan narasumber AK mengungkapkan bahwa pertimbangan memperhatikan peluang menjadi penting tetapi peluang tersebut harus tetap dipertimbangkan berkaitan dengan margin keuntungan dan fast moving dari barang tersebut.

Selanjutnya, berikut peryataan dari narasumber RK berkaitan dengan pertimbangan dalam mengajukan utang sebagai berikut:

“……dari semua itu kalau saya mengambil kesimpulan dalam hal decision saya, kita itu kan business ya, itu bagi kita adalah jika dijual, berarti maksudnya bisa diadakan, kemudian bisa digandakan, kemudian ada margin. (RK – Lampiran NS 3)

Peryataan dari narasumber RK menunjukkan bahwa keputusan dalam bisnis termasuk dalam mengambil keputusan utang perlu mempertimbangkan bahwa barang yang dijual harus bisa kita produksi atau hasilkan dan hal tersebut bisa diperbesar lagi dalam jumlah yang besar serta ada margin keuntungan yang diperoleh. Berikut merupakan hasil wawancara berkaitan dengan DRM berkaitang dengan pertimbangan dalam mengajukan utang sebagai berikut:

“……..perencanaan pengambilan keputusan hutang, yang pertama dilakukan adalah tujuan utama itu untuk apa, yang kedua pencarian lembaga keuangan. Di sini kita bisa membandingkan benefit ataupun tingkat bunga yang diberikan dan yang terakhir adalah perhitungan cash flow, jadi jangan sampai nanti kalau pengusaha tersebut berhutang itu cash flow-nya tidak bagus. (DRM – Lampiran NS 4)

Menurut narasumber DRM ada 3 hal penting dalam mempertimbangkan pengajuan utang yaitu: (1) tujuan utama untuk berutang harus jelas; (2) pencarian lembaga keuangan yang tepat menjadi penting karena harus dipertimbangkan

(31)

22 manfaat dan tingkat bunga yang akan diperoleh; (3) perhitungan cash flow dari pemilik usaha.

5.1.2 Merencanakan Utang Secara Efisien dan Efektif

Perencanaan utang menjadi penting sebagai dasar dalam menentukan besarnya pinjaman dan jenis sumber pinjaman yang tepat sehingga dapat memprediksi kebutuhan uang tunai, menentukan apa yang dibutuhkan, dan kapan membutuhkannya. Hal ini akan membantu dalam memilih kemungkinan sumber- sumber pinjaman dan melakukan negosisasi syarat-syarat yang paling menguntungkan. Berikut narasumber DRM mengungkapkan berkaitan dengan perencanaan utang yang efisien dan efektif, sebagai berikut:

“…..Jadi yang paling penting untuk diperhatikan adalah kemampuan bayar, baik itu secara bulanan ataupun giro. Karena kalau giro ini untuk pengusaha kan memang hanya membayar bunganya saja. Di mana pokok tetap ditahan, kemudian yang kedua adalah fasilitas perbankan, ada beberapa lembaga keuangan tertentu, seperti contohnya Bank yang perform khusus pada usaha kecil atau menengah, mereka memberikan pelatihan, jadi hal tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan. Dan yang terakhir adalah efektifitas dana. Jadi jangan sampai ketika dana sudah dicairkan, dana tersebut tidak terpakai dengan baik”. (DRM – Lampiran NS 4)

Hal yang diungkapkan narasumber DRM bahwa ada 3 hal yang diperlukan dalam perencanaan utang agar efisien dan efektif yaitu: (1) kemampuan membayar utang; (2) fasilitas yang diberikan oleh pihak perbankan atau lembaga keuangan;

(3) efektifitas penggunaan dana yang diperoleh.

“…….meminjam sesuatu, harus menghitung dahulu kondisi terjelek, jadi dalam satu bulan misalnya omzet saya 100 juta itu paling jelek, ya kita harus ngitung itu menurut saya kalau misalnya sampai sampai kita mikirnya yang bagus bagus terus ternyata nti jadinya jelek untuk bulan itu …..”(AS – Lampiran NS 1)

(32)

23 Peryataan narasumber AS mengungkapkan bahwa dalam perencanaan harus memiliki pilihan kemungkinan terburuk dalam merencanakan utang untuk langkah antisipasi. Selanjutnya, peryataan narasumber AK tentang perencanaan utang secara efektif dan efisien, yaitu:

“Kadang kala ada orang berpikiran salah, tanpa menganalisa market, mereka berani berhutang, contoh nih barang yang gampang dijual, contohnya restoran, kalau saya tidak pernah terjun di dalam dunia restoran, kemudian saya berani berhutang, tanpa saya mensurvey, menganalisa siapa kompetitor saya, barang saya itu harusnya kelebihannya apa, kemudian saya memutuskan berhutang, menurut saya itu resikonya sangat-sangat besar”. (AK – Lampiran NS 2)

Narasumber AK mengungkapkan bahwa dalam merencanakan utang juga harus mennganalisa pasar, misalnya dengan melakukan survey, menganalisa kompetitor, mengetuhui manfaat dari barang yang dimiliki. Selanjutnya, berikut pernyataan dari RK tentang perencanaan utang yang efektif dan efisien, yaitu:

“……..Kalau saya mengandalkan modal sendiri berat untuk mencapai ini.

Saya memakai dana bank, tapi saya mesti hati-hati” (RK – Lampiran NS 3)

Peryataan narasumber RK menunjukkan bahwa dalam perencanaan pengambilan keputusan utang diperlukan kehati-hatian sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan yang akan menyebabkan kerugian tetapi sebaliknya dalam memperoleh keuntungan yang besar.

5.1.3 Jangka Waktu Penggunaan Utang

Pengunaan utang memiliki kewajiban dalam membayar cicilan yang jatuh tempo. Oleh karena itu, secara umum penggunaan pinjaman jangka pendek yaitu untuk kebutuhan jangka pendek dan penggunaan pinjaman jangka panjang

(33)

24 digunakan untuk kebutuhan jangka panjang. Hal ini akan membantu untuk menghindari beban bunga yang lebih tinggi dan lebih ketat dibanding jika tidak memperhatikan hal tersebut.

Berikut ini merupakan peryataan Narasumber RK tentang jangka waktu penggunaan utang yaitu:

“…..saya bilang plafonnya dua setengah millyar, tetapi saya minta sistemnya gini, kalau saya pakai, baru saya kena biaya, plafon tetep, katakanlah ya bulan pertama saya ambil satu setengah IDR bulan kedua saya ambil satu IDR, jadi kalau saya kena bunga, bunganya disini, ini beban, saya anggap dalam kuarter pertama saya ndak punya pemasukan……”(RK – Lampiran NS 3)

Narasumber RK memperhitungkan jangka waktu utang dengan memperhatikan besarnya utang dalam periode pembayaran tersebut. Selain itu, adanya negosiasi biaya dengan tawaran batas penerimaan dana pinjaman tertentu dari pihak perbankan. Selanjutnya, berikut peryataan AK tentang jangka waktu berkaitan dengan utang, yaitu:

“…..di sini ada seninya di mana orang kasih saya kepercayaan, term of payment misalnya 45 hari, kemudian orang beli sama saya kasih 30 hari, sehingga masih ada jeda 15 hari atau 14 hari untuk kita bisa tarik nafas.

……jadi kalau menurut saya antara supplier dan customer kita harus pandai-pandai mengatur, supaya cash flow-nya bisa berjalan dengan baik……ini yang harus diselaraskan tiap bulan-nya, orang bayar berapa, kita bayar ke vendor berapa, kemudian marginnya kita simpan untuk kita putar lagi dan untuk kita bayar utang”. (AK – Lampiran NS 2)

Penyataan narasumber AK menunjukkan bahwa jangka waktu menjadi penting khususnya selisih pembayaran dengan supplier dan customer. Diberikan contoh pembayaran kepada supplier dengan jangka waktu 45 hari tetapi dengan customer diminta 30 hari, artinya ada selisih 15 hari dan hal tersebut merupakan keuntungan

(34)

25 sehingga dana yang masuk dapat digunakan lagi dan bisa digunakan untuk membayar utang. Selanjutnya, narasumber AS memberikan peryataan sebagai berikut:

“…….bulan-bulan terntentu kita ramai, menurut saya kalau mau utang mendingan di dekat-dekat waktu itu, jadi kita 2 bulan sebelumnya waktu keadaan sepi kita berhitung, setelah itu kita memutuskan berutang maksudnya untuk keadaan ramai…..”(AS – Lampiran NS 1)

Peryataan narasumber AS menjelaskan bahwa keputusan berutang diambil ketika diprediksi akan ada permintaan yang meningkat sehingga diperlukan sejumlah dana untuk dapat mengantisipasi hal tersebut, misalnya untuk pembelian bahan baku, operasional usaha, dan biaya-biaya lainnya yang dibutuhkan.

“……kalau untuk jangka waktu, itu adalah hal yang fleksibel, jadi tergantung dari planning dari pengusaha tersebut. Apakah proyek itu untuk pembelian jangka pendek, menengah, atau panjang. Contoh, misalnya pembelian mesin yang berkapasitas menengah, di mana mesin ini membutuhkan suatu dana yang cukup besar, kita lihat bagaimana penambahan mesin ini dapat berkontribusi terhadap usaha, apakah penambahan keuntungannya itu bisa menutup selama dua tahun, maka kita bisa mengambil hutang untuk 5 tahun, dan setelah 5 tahun kita tetap memiliki mesin tersebut”. (DRM – Lampiran NS 4)

Peryataan narasumber DRM menyebutkan bahwa jangka waktu dalam berutang sangat bergatung pada perencanaan yang telah dibuat oleh pengusaha itu sendiri terkait dengan proyek yang dijalankan yaitu bisa dalam jangka waktu pendek, menengah, atau panjang. Maka dari itu, pembayaran utang disesuaikan dengan kontribusi dari pendapatan dari proyek tersebut.

5.1.4 Penggunaan Utang Berdasarkan Kebutuhan

Penggunanaan utang harus dilakukan dengan manajemen utang yang benar. Hal tersebut jika tidak diantisipasi akan sangat berpotensi mengalami kredit

(35)

26 macet. Maka dari itu, perlu menghitung besar cicilan utang dan melakukan pelunasan utang sesuai dengan posisi keuangan. Selain itu, diperlukan kontrol yang benar untuk memastikan bahwa utang digunakan dengan baik dalam meningkatkan kinerja usaha. Berikut ini peryataan narasumber RK tentang penggunaan utang berdasarkan kebutuhan, yaitu:

“…….setiap project saya itu detail pengadaan barangnya apa saja, nilainya berapa saja, trus pekerjaannya apa saja, barangnya detailnya apa saja, sampai ketemu gross margin. Munculnya kembali lagi ada untung. Kembali lagi yang saya kendalikan adalah gross margin disini”.

(RK – Lampiran NS 3)

Peryataan narasumber RK menunjukkan bahwa pengelolaan utang dengan benar sesuai kebutuhan sangat bergantung pada gross margin yang diperoleh dan hal itu sangat berkaitan erat dengan kontrol yang dilakukan dimulai dari pengadaan barang, nilai barang yang akan diperoleh, aktivitas operasional yang mendukung dan indentifikasi barang yang akan diperoleh. Selanjutnya, narasumber AK memberikan peryataan, sebagai berikut:

“…….yang pertama kali dilihat adalah barangnya, marketnya, marginnya, terus berapa lama turnover dari barang itu, sehingga kita bisa merencanakan utang itu dengan efektif dan produktif”. (RK – Lampiran NS 3)

Narasumber RK mengungkapkan bahwa utang dapat direncanakan dengan efisien dan efektif ada 4 faktor yang mendukung hal tersebut yaitu: (1) barang yang dimiliki; (2) pasar yang dituju; (3) perhitungan margin yang diperoleh; (4) perputaran dari barang yang cepat. Selanjutnya narasumber AS mengungkapkan peryataan sebagai berikut:

(36)

27

“…….ketika job-nya sudah jelas baru tentukan kita mau utang berapa, trus kita mau mengambil pasar job nya itu.. pasar yang mana.. berapa banyak?” (AS – Lampiran NS 1)

Berdsarkan narasumber AS bahwa pengelolan utang sesuai kebutuhan harus didasarkan pada pekerjaan yang sudah jelas dan target pasar yang mana yang akan diperoleh serta berapa banyak target yang akan diperoleh dari pasar tersebut.

Selanjutnya, narasumber DRM mengungkapkan peryataannya sebagai berikut:

“……Untuk memastikannya caranya cukup sederhana, yang pertama kita melihat setelah utang diterima kita melihat laporan keuangan, baik itu dari kinerja, biasanya tercermin dalam sales atau penjualan. Itu nanti akan terlihat apakah penjualannya meningkat cukup signifikan atau tidak.

Kemudian kita juga bisa melihat rasio, jadi rasio yang utama, ROA dan ROE dimana ROA ini menghitung rasio dibanding aset dan ROE ini dibanding equity. Kita bisa melihat apakah yang lebih tinggi ini dengan utang ataupun nambah utang jika yang lebih tinggi adalah rasio menggunakan utang maka dapat dikatakan utang ini baik. Tapi jika dengan penggunaan utang malah persentasenya turun, berarti kurang baik.” (AS – Lampiran NS 1)

“……Menurut saya ada 3 faktor utama, jadi yang pertama adalah rasio utang, seperti yang tadi, kurang lebih 30%, yang kedua adalah tujuan, jadi tujuan utangnya unuk apa, yang ke-3 adalah prospek. (AS – Lampiran NS 1)

Berdasarkan peryataan DRM ini mengungkapkan bahwa untuk mengetahui pengelolaan utang dengan benar yaitu melalui laporan keuangan dengan menganalisis penjualan yang terjadi. Selain itu perlu menganalisis rasio keuangan antara lain yaitu rasio ROA (Return on Asset) dan rasio ROE (Return on Eequity) untuk memastikan bahwa adanya utang memberikan keuntungan bagi perusahaan atau tambahan utang memberikan kenaikkan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu, lebih spesifik perlu dianalisis secara khusus yaitu rasio utang dari keseluruhan

(37)

28 pendapaan perusahaan hanya boleh meminjam maksimal 30% . Disisi lain, tujuan untuk berutang harus jelas, dan pada akhirnya prospek dari bisnis sangat berperan dalam memberikan keuantungan, karena sebagian dari keuntungan akan digunakan untuk membayar bunga dan pokok utang.

5.2 PEMBAHASAN PENELITIAN 5.2.1 Manajemen Modal Kerja

Weston dan Bringham dalam Ahmad (1997:1-2) mengungkapkan bahwa pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek: 1) Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari, dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja. 2) Kenyataannya jumlah aktiva lancar sering lebih dari separuh total aktiva perusahaan dan cenderung labil. 3) Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. 4) Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja terlebih-lebih pentingnya, dengan alasan: (a) Investasi dalam aktiva tetap dapat dikurangi dengan menyewa atau leasing, tetapi aktiva lancar apalagi piutang maupun inventory (persediaan) tidak dapat dihindari. (b) Relatif terbatasnya perusahaan kecil untuk memasuki pasar modal jangka panjang, sehingga harus mengandalkan utang dagang dan utang bank jangka pendek sebagai permodalannya, meningkatnya utang lancar akan mengurangi modal kerja bersihnya. Ahmad (1997:6) menyatakan peran dari manajemen modal kerja karena dua fungsi dari modal kerja tersebut, yaitu:1)Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran. 2) Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

Sedangkan Horne dan Wachowicz (1997:215), menyatakan bahwa manajemen modal kerja juga mendasari dua keputusan penting peusahaan.

Modal kerja memiliki beberapa pos yang biasa dijadikan unsur dari terciptanya modal kerja suatu perusahaan. Dengan kejelasan tersebut diharapkan

(38)

29 akan dapat mempermudah dalam pengelolaan modal kerja yang baik dan benar.Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, yaitu dapat dengan mudah diperbesar maupun diperkecil sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sedangkan bagian sulitnya adalah menentukan jumlah dari perubahan tersebut. Selain itu, masing-masing perusahaan dapat memiliki tipe modal kerja yang berbeda sesuai dengan bidang usaha dan kebutuhan dari masing-masing perusahaan. Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan berdasarkan kebutuhan akan modal kerja itu sendiri (Riyanto, 1999:58), berikut merupakan dua penggolongannya: (1) modal kerja permanen; (2) modal kerja variabel. Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen terbagi menjadi dua : (a) Modal kerja primer (primary working capital) adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. (b) Modal kerja normal (normal working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaannya. Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja variabel dapat dibedakan menjadi tiga macam : (a) Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu sejumlah modal kerjayang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim. (b) Modal kerja siklis (cyclis working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. (c) Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya (misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok dan sebagainya).

5.2.2 Prinsip Manajemen Utang

Ada 3 prinsip yang dilakukan oleh pengusaha menengah yaitu: (1) bisa dijual atau bisa diadakan; (2) bisa dibayar; (3) ada margin. Berikut ini dijelaskan interaksi antara barang, konsumen, dan dana. Hal ini menunjukkan bagaimana utang dikelalo sehingga dapat mengahasilkan keuantungan.

(39)

30 Gambar 5.1 Proses Manajemen Utang

Membeli barang dari supplier untuk dijual ke customer, otomatis ada kaitan dengan dana karena dana harus digunakan untuk berhubungan dengan supplier dan memenuhi kebutuhan customer. Jenis dana dalam manajemen utang yaitu: (1) Modal Sendiri, Risk nya adalah sulit berkembang karena keterbatasan dana; (2) Memutar uang customer dan supplier, Perusahaan mempunyai term of payment baik dari supplier maupun penjualan kepada customer, sehingga perusahaan dapat mengatur term of payment untuk mengelola dana, dimana term of payment downpayment yang digunakan untuk customer harus lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan supplier seperti contoh berikut ini pada tabel 5.2:

Tabel 5.2

Ilustrasi Hubungan antara Customer dan Supplier

Customer Supplier

Penjualan Rp 100.000.000 dengan margin 15%

Pembelian Barang Rp 85.000.000

DP 30% = Rp 30.000.000 DP 20% = Rp 17.000.000 Final payment 60% = Rp

60.000.000

Final payment 80% = Rp 68.000.000

Retention 10% = Rp 10.000.000 Sumber: data diolah

Downpayment dari customer sebesar Rp 30.000.000 dapat digunakan untuk membayar downpayment kepada supplier sebesar Rp 17.000.000 dengan selisih lebih Rp 13.000.000, kemudian setelah terjadi final payment maka perusahaan

Barang (Supplier

konsumen

Dana

(40)

31 akan mempunyai retensi kurang lebih sebesar 10% yaitu Rp 10.000.000 yang kemudian dapat disimpan atau dikelola kembali untuk membayar Downpayment untuk barang seharga Rp 60.000.000.Fokus utamanya adalah: (1) Term of payment yang harus dikendalikan; (2) Pengendalian stock dengan memilah menjadi: Fast moving harus mempunyai stock dan Non fast moving yang dibeli by request saja sehingga uang yang digunakan dapat lebih efektif. Account receivable harus diperhatikan agar seimbang

5.2.3 Pendanaan Dari Perbankan

Risiko dari pnjaman bank adalah bunga bank yang mengurangi keuntungan perusahaan. Ada 2 hal aktivitas perusahaan yang membutuhkan pendanaan yaitu (1) bersifat rutin; (2) bersifat non rutin. Rutin, misal: target setahun Rp 10 Milyar biasanya untuk mencapai target tersebut diperlukan 6x putaran pengadaan, tetapi perusahaan menggunakan 4x putaran yaitu sebesar Rp 2,5 Milyar, sehingga plafon maks yang digunakan adalah sebesar Rp 2,5 milyar dengan sistem pembayaran bunga sesuai dengan plafond yang digunakan. Cara pengendaliannya menggunakan Account receivable report dan laporan keuangaan. Perusahaan wajib memperhatikan margin dengan melakukan business plan dengan memasukkan unsur bunga Bank dalam melakukan perhitungan. Non rutin (project), pengendalian untuk non rutin menggunakan: a) Costing sheet atau budgeting; Costing sheet Harus detail mulai dari jenis pengadaan barang, nilai pengadaan barang, pekerjaannya sampai ditemukan gross margin, dan di dalam nya telah diperhitungkan bunga Bank. b) Progress physic & tagihan. Perusahaan memantau perkembangan proyeknya, misal sebagai berikut:

0% 20% 50% 75% 100%

Gambar 5.2 Periode Perkembangan Proyek

(41)

32 Progress proyek ini berkaitan dengan term of payment customer karena perusahaan dapat menagih ke customer sesuai dengan progress penyelesaian proyek. Oleh karena itu, progress physic harus disampaikan setiap minggu oleh pelaksana proyek ,sedangkan pihak keuangan harus menyampaikan costing sheet setiap minggu. c) Pengembalian dana by progress Perusahaan mengembalikan dana ke Bank sesuai dengan progress pekerjaan sehingga penggunaan pinjaman tidak digunakan untuk hal lain (sesuai dengan yang dibutuhkan), selain itu pengembalian dana by progress akan menyebabkan lebih efisien atau beban bunga lebih kecil.

5.2.4 Pendekatan Model Dalam Perencanaan Kredit

Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan perencanaan kredit agar penyaluran kredit dapat terlaksana dengan baik dan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah cara pendekatan rencana kredit agar disesuaikan dengan kondisi dan situasi masing- masing sehingga dapat menghasilkan yang terbaik.

Secara lebih konkrit, tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam perencanaan kredit melalui pendekatan-pendekatan anggaran ini dapat diuraikan sebagai berikut:

(42)

33 Tahap ke-1: Perumusan kebijaksanaan

OWNERS

MANAGEMENT ATTITUDES AND

DECISIONS

THE BANK OBJECTIVE

SOCIETY REGULATORY

ECONOMIC ENVIRONMENT

POLICIES TO ACHIEVE THAT

OBJECTIVE

SPREAD MANAGEMENT OVERHEAD MANAGEMENT

LIQUIDITY MANAGEMENT THAT OBJECTIVE

Untuk menyusun anggaran kredit yang diperhatikan terlebih dahulu adalah sasaran yang akan dicapai, dalam hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu keputusan dan keinginan pemilik modal; peraturan-peraturan yang ada maupun masyarakat;

economic environment; serta keputusan manajemen.

Tahap ke-2: Pengenalan faktor-faktor usaha yang akan terlibat dalam pencapaian objektif

Dalam hal ini, akan lebih dipersempit hanya pada sektor perkreditan yang akan meliputi:

 Aspek Modal (AM)

 Aspek Pemasaran Kredit (PK)

 Aspek Penyediaan Sumber-sumber Dana (SD)

 Aspek Manajemen (M)

 Aspek Sarana Kerja [hardware maupun software] (SK)

 Aspek Tenaga Kerja (TK)

 Aspek Legal [Ketentuan-ketentuan pemerintah peraturan moneter perundang- undangan]=(L)

 Aspek Makro Ekonomi (ME)

Perumusan Kebijakan Kredit

Gambar

Tabel 5.1  Profil Narasumber
Ilustrasi Hubungan antara Customer dan Supplier

Referensi

Dokumen terkait

kategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Skala usaha yang kecil, kegiatan usaha yang secara langsung ditangani oleh pengusaha mebel sendiri secara mandiri baik

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) kripik buah di Kota Batu. Namun UMKM yang menjadi populasi penelitian ini sejumlah

Persyaratan pengajuan kredit yang lebih dimudahkan bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Swamitra juga telah menetapkan “Strategi Jemput Bola” atau

Pentingnya penerapan ilmu akuntansi dalam pengelolaan keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ) dinilai masih kurang dipahami oleh para pengusaha. Masih

Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) penggiat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan

Pentingnya penerapan ilmu akuntansi dalam pengelolaan keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ) dinilai masih kurang dipahami oleh para pengusaha. Masih

Penentuan strategi kebijakan pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tetap bertahan dan mengembangkan

Peran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha UMKM di Kota Surabaya Melalui UMKM dapat dipastikan bahwa suatu pemberdayaan