• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen ANALISIS PEMASARAN NANAS BOGOR (Halaman 33-47)

Saluran Pemasaran Nanas Bogor

Kegiatan pemasaran Nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk dimulai dari petani yang menjual hasil panennya ke lembaga pemasaran yang akan berakhir di konsumen akhir. Petani memasarkan Nanas Bogor sebanyak 2 945 buah setiap minggunya dengan rata-rata produksi 147an buah per petani. Hasil panen petani pada waktu pengamatan penelitian mengalami penurunan dibandingkan tahun- tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan tanaman nanas yang merupakan tanaman tahunan dan usia pohon yang sebagian besar sudah lebih dari lima tahun, sehingga produksi buah tidak sebanyak saat dua tahun pertama.

Petani memiliki empat pilihan dalam memasarkan nanas, yaitu dengan menjual melalui kelompok tani, penjualan melalui pedagang pengumpul desa, penjualan melalui pedagang pengecer, dan penjualan langsung ke konsumen.

Hasil wawancara kepada petani responden terdapat 11 petani menjual nanas kepada kelompok tani, 7 petani menjual kepada pedagang pengumpul desa, satu petani langsung menjual kepada pedagang pengecer, serta satu petani menjual

langsung ke konsumen akhir. Pembagian jalur pemasaran yang dipilih petani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah petani, persentase pemilihan, dan persentase volume Nanas Bogor pada tiap tujuan pembeli

Tujuan Pembeli Jumlah petani

(orang) Jumlah buah Persentase Jumlah Nanas

(%)

Pedagang pengumpul desa 7 1 204 40.88

Kelompok tani 11 1 096 37.22

Pedagang pengecer 1 445 15.11

Konsumen akhir 1 200 6.79

Berdasarkan hasil penelitian, saluran yang terbentuk yaitu lima saluran dengan melibatkan 20 petani, tiga pedagang pengumpul desa, satu kelompok tani, dan tiga pedagang pengecer tradisional. Proses penyaluran Nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk membentuk lima pola saluran pemasaran seperti yang terlihat pada Gambar 3. Saluran pemasaran ini memperlihatkan apa saja lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan produk dan kemana tujuan akhir produk tersebut terjual.

Alternatif pemasaran Nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk yang pertama yaitu petani menjual kepada kelompok tani. Sebanyak 11 petani di Desa Tajurhalang dengan total Nanas Bogor sebanyak 1 096 buah (37.22 persen)

Keterangan :

Saluran pemasaran 1 Saluran pemasaran 2 Saluran pemasaran 3 Saluran pemasaran 4 Saluran pemasaran 5

Gambar 3 Saluran pemasaran Nanas Bogor di Kabupaten Bogor

Kelompok Tani Pedagang Pengumpul Desa

Petani

N=11 ; 37.22%

N=1; 5.11%

N=7 ; 40.88%

10.15%

N=1 ; 6.79%

30.73%

Modern Trade General Trade Usaha Olahan

Konsumen

21

menjual hasil panennya kepada poktan setempat. Petani yang memasuki waktu panen akan langsung menjualnya dengan harga Rp 2 000 per buah. Penentuan harga jual tersebut ditentukan oleh kelompok tani.

Proses transaksi jual beli terjadi di kebun dan pihak poktan yang akan menghampiri petani dengan kendaraan operasional. Petani yang memilih saluran ini sebagian besar merupakan anggota kelompok tani tersebut. Selain itu, petani tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk mengangkut Nanas Bogor ke lokasi penyimpanan karena pihak poktan yang akan menjemput langsung ke kebun mereka. Kelompok tani memiliki akses pasar tetap yaitu pedagang pengecer modern. Setiap minggunya, pihak kelompok tani akan mengirimkan sebanyak seribuan Nanas Bogor dengan standar yang telah ditentukan. Nanas Bogor yang dijual ke retail memiliki beberapa standar yang harus dipenuhi, yaitu berat buah sebesar 6 – 8 ons, diberi label identitas, dan dikemas dalam kardus. Nanas Bogor yang dijual juga merupakan buah yang dipetik sore hari dan keesokan paginya akan langsung diantar ke gudang pengecer modern yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Kelompok tani akan mengirimkan buah selama tiga hari dalam seminggu dengan jumlah total minimal 1 000 buah per minggunya. Kendaraan yang digunakan yaitu truk pick up. Nanas Bogor dibeli pihak retail seharga Rp 8 000 per buahnya. Pembayaran akan dibayar belakang dalam jangka waktu satu minggu.

Nanas Bogor yang dikirim akan di cek oleh retail dan jika ada buah yang tidak sesuai dengan standar maka buah tersebut di tolak.

Alternatif pemasaran kedua yaitu petani menjual kepada pedagang pengumpul desa. Pola ini dijalankan oleh tujuh petani responden. Selain tujuh petani tersebut, petani yang memasarkan melalui kelompok tani juga menjual sisa Nanas Bogor yang tidak sesuai kriteria melalui pedagang pengumpul desa. Pola saluran ini melibatkan lembaga pemasaran terbanyak. Setiap minggunya, petani akan menjual sekitar 1 204 buah kepada pedagang pengumpul desa. Nanas Bogor yang dibeli tersebut masih berbentuk segar. Para petani yang melakukan panen cukup menggelar Nanas Bogor tersebut di pinggir kebun mereka. Hasil panen akan dibawa langsung oleh pedagang, dan petani tidak perlu mengangkut atau mengeluarkan biaya pengangkutan lagi. Pedagang pengumpul desa yang terlibat yaitu tujuh orang. Salah satu pedagang pengumpul desa akan menjual Nanas Bogor tersebut kepada pengusaha olahan asinan, sedangkan pedagang sisanya menjual langsung ke padagang pengecer tradisional. Pedagang pengumpul yang menjual ke pedagang pengecer tersebut, empat diantaranya termasuk petani nanas yang memiliki produksi tinggi. Pedagang sekaligus petani tersebut terkadang membeli nanas dari petani lainnya yang tidak sesuai kriteria kelompok tani maupun pedagang lainnya.

Pedagang pengumpul desa akan menjual buah langsung ke pedagang pengecer tradisional setelah membeli Nanas Bogor dari petani seharga Rp 2 000 untuk semua ukuran. Buah dikumpulkan terlebih dahulu untuk memisahkan buah tersebut sesuai dengan ukurannya. Selanjutnya, pedagang akan mengangkut Nanas Bogor dengan menyewa kendaraan umum menuju pedagang pengecer di pasar Bogor dan Pasar Anyar. Transaksi dilakukan di pasar dan pedagang pengecer akan membayar sebesar Rp 3 000 per buah untuk ukuran kecil dan seharga Rp 4 000 per buah untuk ukuran sedang sampai besar. Pembayaran dilakukan dengan uang muka lalu dibayar kemudian dalam jangka waktu 2 – 7 hari.Pedagang pengecer kemudian akan menjual Nanas Bogor tersebut di lapak

pasarnya secara eceran ke konsumen akhir seharga Rp 5 500 per buahnya.

Biasanya, Nanas Bogor yang dipasarkan di pedagang pengecer merupakan buah yang tidak muda lagi atau menuju matang.

Pedagang lainnya menjual Nanas Bogor kepada pengusaha olahan asinan membeli buah dari petani dengan harga yang lebih tinggi, yaitu Rp 3 000 per buah.

Pedagang mematok harga tersebut untuk semua ukuran. Pembayaran dilakukan secara tunai kepada petani saat proses penyerahan panen buah terjadi. Produk yang telah dibeli tersebut, akan disimpan di gudang yang disewa oleh pedagang pengumpul tidak jauh dari lokasi kebun selama 1-2 hari. Setelah dua hari, pedagang akan menyewa transportasi angkutan umum untuk membawa buah tersebut ke pengusaha olahan asinan yang berada di wilayah Sukasari, Bogor.

Pedagang menjual Nanas Bogor tersebut seharga Rp 4 000 per buah yang dibayarkan secara tunai. Selanjutnya, Nanas Bogor tersebut akan diolah oleh perusahaan menjadi asinan.

Alternatif pemasaran ketiga, yaitu petani menjual Nanas Bogor langsung kepada pedagang pengecer tradisional. Petani yang memilih ini merupakan petani yang memiliki hasil produksi lebih tinggi dan memiliki akses masuk pasar. Petani yang melakukan pemasaran dengan jalur ini merupakan petani ganda yaitu berperan juga sebagai pedagang pengumpul. Petani tersebut membeli Nanas Bogor dari petani lainnya yang memiliki hasil produksi berlebih maupun yang tidak sesuai dengan kriteria pedagang lainnya. Jika buah menuju matang, maka akan dibawa langsung ke pasar dengan petani lainnya yang masih memiliki banyak pasokan buah menggunakan transportasi sewaan bersama ke pasar. Petani sekaligus pedagang ini akan membeli nanas dari petani lebih murah yaitu Rp 1 800 per buahnya. Sebelum dijual kembali ke pedagang pengecer, petani memisahkan buah tersebut sesuai ukurannya. Cara ini dipilih petani agar mendapatkan harga yang lebih tinggi yaitu dengan menjual Nanas Bogor dengan membuat variasi harga sesuai ukuran. Total buah yang dijual melalui jalur ini sebanyak 565 buah. Harga beli pedagang pengecer tersebut biasanya dipisah sesuai ukuran, yaitu ukuran kecil seharga Rp 3 000 per buah, sedang Rp 4 000 per buah dan besar seharga Rp 5 000 per buah.

Alternatif pemasaran terakhir yang dipilih petani yaitu menjual langsung kepada konsumen akhir. Jalur ini merupakan jalur terpendek dan hanya dijalankan oleh satu petani yang memiliki pelanggan tetap. Petani menjual seluruh hasil panennya sebanyak 200 buah tiap minggu ke konsumen akhir. Nanas Bogor dijual dalam bentuk potongan yang dikemas dalam kemasan mika. Hal ini dilakukan sesuai dengan permintaan konsumen yang sudah menjadi pelanggan tetap. Petani tersebut mengaku memilih jalur ini selain karena permintaan konsumen yang selalu ada juga lebih menguntungkan dibandingkan jual segar. Setiap kemasan akan dikenakan harga sebesar Rp 20 263. Konsumen akhir akan mendatangi rumah petani untuk membeli potongan Nanas Bogor tersebut dan membayarnya secara tunai.

Keputusan petani dalam melakukan keputusan penjualan berdasarkan beberapa faktor, yaitu tingkat kematangan, pemerolehan dana, dan adanya ikatan dengan penjual. Tingkat kematangan buah yang masih rendah (muda) akan memberikan pilihan kepada petani untuk menjualnya kepada pedagang pengumpul desa yang mencari nanas muda untuk pabrik asinan. Menjual nanas yang masih muda tersebut dapat memberikan keuntungan bagi petani seperti masa

23

panen lebih cepat dan memangkas biaya pemeliharaan tanaman. Faktor kedua yaitu kecepatan pemerolehan dana cair. Petani lebih menyukai pedagang yang membeli dengan membayar uang secara tunai dan dalam waktu pembayaran kurang dari seminggu. Faktor tarakhir yaitu masih adanya ikatan kekeluargaan antara petani dengan pedagang menghadapkan petani untuk menjual buahnya kepada pedagang tersebut. Hal ini membuat posisi petani tersebut bergantung kepada ikatan tersebut dan kecil kemungkinan untuk mencari alternatif penjualan lainnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima saluran pemasaran Nanas Bogor di Kabupaten Bogor. Adapun kelima saluran pemasaran Nanas Bogor yang terbentuk diantaranya sebagai berikut.

1. Saluran pemasaran I: Petani – Kelompok Tani – Modern Trade

2. Saluran pemasaran II: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Pengecer tradisional – Konsumen

3. Saluran pemasaran III: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pengusaha Olahan

4. Saluran pemasaran IV: Petani – Pedagang Pengecer tradisional – Konsumen 5. Saluran pemasaran V: Petani – Konsumen

Setiap saluran memiliki perbedaan lembaga pemasaran yang terlibat.

Lembaga pemasaran Nanas Bogor merupakan pihak-pihak yang berbentuk organisasi maupun perorangan yang terlibat dalam kegiatan menyalurkan Nanas Bogor dari petani hingga konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk adalah pedagang pengumpul desa, kelompok tani, dan pedagang pengecer. Setiap lembaga pemasaran tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelompok tani merupakan organisasi yang dibentuk dari beberapa petani di tingkat desa. Kelompok tani tersebut memiliki peran sebagai wadah penyaluran baik penyaluran input sampai output. Kelompok tani bekerja sama dengan instansi pemerintah setempat dalam menerima bantuan dan melaksanakan beberapa program terkait usahatani. Sedangkan dalam hal output, kelompok tani akan membeli hasil panen anggota kelompok dan menjualnya kembali ke konsumen.

2. Pedagang pengumpul desa merupakan lembaga pemasaran yang tinggal di tingkat desa dan berperan dalam menyalurkan Nanas Bogor dari petani ke lembaga pemasaran selanjutnya. Terdapat beberapa pedagang pengumpul desa yang bekerja sebagai petani nanas. Pedagang sekaligus petani tersebut biasanya menampung Nanas Bogor dari petani sekitar yang tidak sesuai kriteria kelompok tani maupun pedagang lainnya lalu dijual ke lembaga pemasaran selanjutnya.

3. Pedagang pengecer tradisional merupakan lembaga pemasaran yang berlokasi di kota Bogor dan berperan menjual Nanas Bogor secara eceran ke konsumen. Pedagang pengecer merupakan pedagang yang berinteraksi langsung kepada konsumen akhir.

Setiap lembaga pemasaran yang terlibat di atas memiliki fungsi-fungsi atau kegiatan bisnis tambahan untuk menciptakan nilai tambah pada produk. Fungsi pemasaran ini dibagi menjadi tiga fungsi utama, yaitu fungsi pertukaran, fungsi

fisik, dan fungsi fasilitas. Berikut adalah penjelasan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran.

Petani

Umumnya petani selaku produsen hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan dan fungsi fasilitas berupa sortasi dan risiko. Kegiatan penjualan petani Nanas Bogor ke pedagang pengumpul desa dilakukan langsung di kebun dimana pedagang pengumpul desa yang akan datang langsung untuk mengambil hasil panen dan petani akan bebas dari biaya tambahan lainnya. Namun, petani masih menghadapi fungsi fasilitas berupa risiko harga jual Nanas Bogor yang turun maupun adanya penurunan produksi akibat hama atau cuaca. Petani juga sudah melakukan kegiatan sortasi terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan buah yang akan dijual ditujukan untuk penjual yang berbeda, seperti pedagang pengumpul desa untuk pengusaha olahan yang membutuhkan nanas muda ataupun kelompok tani yang akan menjual dengan kriteria ukuran tertentu, maupun petani ganda yang menjual nanas sesuai dengan ukurannya.

Berbeda dengan petani di saluran IV, fungsi yang dilakukan petani ini lebih banyak yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa pembelian dari petani Nanas Bogor lainnya dan menjualnya kepada pedagang pengecer. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu adanya kegiatan penyimpanan dan pengangkutan. Pedagang akan mengangkut dari kebun petani yang langsung disimpan di rumah pedagang. Penyimpanan dilakukan hingga Nanas Bogor sudah terkumpul banyak atau sekitar 1-2 hari. Kemudian Nanas Bogor tersebut akan diangkut ke lapak pedagang pengecer di pasar tradisional.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani ganda tersebut yaitu sortasi dan grading, risiko, biaya, dan informasi pasar. Petani sekaligus pedagang tersebut akan melakukan kegiatan sortasi untuk memisahkan buah yang sudah matang atau menuju matang. Kemudian buah akan dikelompokkan menjadi tiga ukuran, yaitu kecil, sedang, dan besar seperti yang terlihat di Gambar 4.

Gambar 4 Ukuran Nanas Bogor setelah dilakukan sortasi dan grading. Nanas ukuran besar (kiri), sedang (tengah), dan kecil (kanan)

Adanya pengelompokkan sesuai ukuran ini bisa menguntungkan mereka karena harga jual tiap ukuran akan berbeda. Risiko yang dihadapi yaitu penurunan

25

produksi Nanas Bogor maupun harga jual di pasaran. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani ganda tersebut yaitu biaya penyimpanan, biaya pengangkutan, biaya modal untuk membeli Nanas Bogor dari petani, biaya retribusi, dan biaya bongkar muat.

Petani yang menjual langsung ke konsumen akhir pada saluran V melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Setelah petani melakukan pemanenan, buah akan dimasukkan kedalam karung dan diangkut ke rumah petani. Beberapa buah yang belum matang akan disimpan terlebih dahulu.

Sedangkan Nanas Bogor yang telah matang akan dipisah sesuai ukuran terlebih dahulu. Buah tersebut akan dipotong dan dikemas dalam plastik mika menjadi kemasan buah siap dikonsumsi. Nanas Bogor tersebut dikemas dalam dua ukuran yaitu ukuran besar dan ukuran sedang dicampur dengan ukuran kecil dan dijual kepada pembeli langganan. Dalam satu kemasan besar akan membutuhkan 3 Nanas Bogor ukuran besar yang akan dipotong, sedangkan kemasan sedang memerlukan 4-5 Nanas Bogor ukuran sedang dan kecil. Nanas yang telah dipotong tersebut akan dijual kepada pelanggan perorangan maupun kepada pesanan rumah sakit.

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang pengumpul di saluran II akan melakukan fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu membeli buah dari petani dan menjualnya kepada pedagang pengecer. Setelah itu, biasanya akan dilakukan sortasi buah dan mengelompokkan sesuai ukuran kecil, sedang, dan besar. Adanya pengelompokan ukuran dapat menimbulkan variasi harga jual sehingga dapat memberikan keuntungan pada setiap ukuran. Pedagang pengumpul juga memiliki informasi harga jual di pasaran seperti harga buah per ukuran. Fungsi biaya yang dihadapi oleh pedagang pengumpul yaitu adanya biaya transportasi, biaya modal untuk membayar Nanas Bogor ke petani, biaya retribusi, dan biaya bongkar muat.

Pedagang pengumpul di saluran III melakukan fungsi yang sedikit berbeda, yaitu terdapat biaya penyimpanan. Fungsi pertukaran yang dilakukan sama yaitu pembelian Nanas Bogor dari petani dan penjualan kepada pengusaha olahan.

Adanya fungsi fisik yang dilakukan pedagang di saluran III yaitu penyimpanan buah selama 1-2 hari di gudang sehingga pedagang perlu membayar biaya gudang.

Selain itu, pedagang juga melakukan kegiatan pengangkutan Nanas Bogor dari lokasi kebun ke gudang penyimpanan dengan motor dan dari gudang penyimpanan ke lokasi pengusaha olahan menggunakan angkutan umum. Fungsi fasilitas yang dilakukan yaitu risiko penurunan kualitas akibat penyimpanan.

Pembiayaan yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu untuk membayar pembelian Nanas Bogor dari petani, biaya sewa gudang, biaya transportasi, dan biaya bongkar muat. Selain itu, pedagang juga mendapatkan informasi berupa permintaan konsumen terhadap konsumsi asinan sehingga memudahkan dalam menentukan jumlah pasokan yang akan dijual ke pengusaha olahan.

Kelompok Tani

Kelompok tani pada saluran I akan melakukan fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Poktan akan melakukan fungsi pertukaran berupa pembelian Nanas Bogor dari petani dan penjualan kepada pihak modern trade. Fungsi fisik yang dilakukan poktan yaitu penyimpanan dan pengangkutan. Sebelum dijual, Nanas

Bogor akan dikumpulkan di rumah ketua poktan sehingga mengeluarkan biaya penyimpanan dan risiko penyusutan yang menimbulkan biaya penyusutan.

Pengangkutan yang dilakukan yaitu pendistribusian Nanas Bogor dari lokasi penyimpanan di rumah poktan sampai ke lokasi pedagang pengecer modern dengan menggunakan mobil pickup.

Hal yang membedakan kegiatan poktan dengan kegiatan pedagang pengumpul di saluran lain yaitu adanya kegiatan pengemasan dan sortasi. Pihak modern trade akan membeli Nanas Bogor memiliki beberapa kualifikasi untuk buah yang dibeli. Pertama, ukuran buah harus seragam, yaitu ± 8 ons. Poktan menggunakan timbangan untuk mendapatkan ukuran buah yang sesuai. Kedua, buah yang dikirim harus memiliki label identitas. Label tersebut disematkan pada setiap buah. Selanjutnya buah dikemas dalam kardus baru (bukan daur ulang).

Setiap kardus mampu menampung 10 buah. Nenas Bogor yang akan dijual ke asar pengecer modern dapat diliihat di Gambar 5.

Gambar 5 Pengemasan Nanas Bogor untuk modern trade. Bentuk label nama produk (kiri) dan pemberian label pada setiap buah (kanan) Pedagang Pengecer Tradisional (General Trade)

Pedagang pengecer pada saluran II maupun IV umumnya sama. Pedagang akan melakukan fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu pembelian Nanas Bogor dari pedagang pengumpul dan penjualan Nanas Bogor secara eceran kepada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer yaitu penyimpanan dan pengemasan. Buah yang belum laku di pasar akan disimpan di kios pedagang pengecer sehingga terdapat risiko penyusutan dan buah yang rusak karena tidak tahan lama disimpan. Pengemasan yang dilakukan pedagang pengecer masih sederhana yaitu menggunakan plastik setiap pembeli datang membeli.

Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer yaitu sortasi dan grading, risiko, biaya, dan informasi pasar. Kegiatan sortasi buah dilakukan kembali oleh pedagang pengecer untuk melihat kemungkinan adanya buah yang rusak saat proses pendistribusian dari pedagang pengumpul. Risiko yang dihadapi pedagang pengecer berupa penyusutan buah akibat penyimpanan, dan harga jual Nanas Bogor di pasaran yang bersaing dengan harga buah lainnya. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu biaya bongkar muat, sewa kios, penyimpanan, retribusi, dan modal untuk membeli Nanas Bogor dari pedagang pengumpul desa. Sedangkan fungsi informasi pasar yaitu informasi mengenai mekanisme pasar dan perkembangan terkini harga jual Nanas Bogor.

27

Fungsi pemasaran yang dilakukan tiap lembaga berbeda di setiap salurannya. Ringkasan fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemasaran Nanas Bogor adalah menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Setiap saluran pemasaran akan diukur efisiensinya, kecuali saluran V.

Hal ini dikarenakan saluran tersebut hanya melakukan kegiatan penjualan tidak disertai kegiatan pembelian, sehingga tidak dapat dijelakan dengan mengukur efisiensi pemasaran. Saluran pemasaran pada saluran V merupakan saluran terpendek yaitu dari petani langsung ke konsumen akhir, sehingga farmer’s share yang diterima petani sudah pasti tinggi. Saluran ini juga merupakan saluran yang paling ideal dilakukan petani karena paling efisien.

Namun, pada saluran ini baru dijalankan oleh satu petani. Apabila akan dilakukan oleh petani lainnya, maka petani harus memiliki pelanggan konsumen akhir yang mampu membeli semua hasil panennya atau petani perlu memroduksi buah dalam jumlah yang banyak.

Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan salah satu indikator untuk melihat efesiensi operasional pemasaran Nanas Bogor di Kecamatan Cijeruk yang diukur dengan

Tabel 8 Fungsi pemasaran Nanas Bogor di Kabupaten Bogor tahun 2017

Saluran Lembaga dan Pemasaran

Fungsi - Fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Jual Beli Simpan Angkut Penge masan Peng olahan Sor

tasi Grad ing

Risiko Biaya Infor masi Pasar Saluran I

Petani - - - - - - - -

Poktan -

Saluran II

Petani - - - - - - - -

PPD - -

Pedagang

Pengecer - -

Saluran III

Petani - - - - - - - - -

PPD - -

Saluran IV

Petani - - -

Pedagang

Pengecer - -

Saluran V

Petani - -

menghitung selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh petani sebagai produsen. Biaya pemasaran yang ada dalam marjin pemasaran merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran penyaluran Nanas Bogor hingga sampai ke konsumen akhir. Analisis marjin pemasaran Nanas Bogor di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 9.

Setiap saluran memiliki biaya dan keuntungan yang berbeda-beda tergantung jenis kegiatan yang dilakukan di dalam menyalurkan Nanas Bogor sampai ke konsumen. Berdasarkan pemaparan Tabel 9, petani di saluran I, II, dan III tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Tidak adanya kegiatan fisik lainnya yang dilakukan petani karena setelah panen semua buah akan dibeli oleh pedagang Tabel 9 Analisis marjin pemasaran Nanas Bogor di Kabupaten Bogor

Unsur Marjin Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV

Rp/buah % Rp/ buah % Rp/ buah % Rp/ buah %

Petani

Harga Beli 1 800 32.73

Biaya

Pemasaran 771.91 14.03

Keuntungan 428.09 7.78

Harga Jual 2 000 25.00 2 000 36.36 3 000 75.00 3 000 54.55

Marjin 1 200 21.82

Kelompok Tani

Harga Beli 2 000 25.00 Biaya

Pemasaran 2 303.83 28.80 Keuntungan 3 696,17 46.20

Harga jual 8 000 100

Marjin 6 000 75.00

Pedagang Pengumpul Desa

Harga Beli 2 000 36.36 3 000 75.00 Biaya

Pemasaran 367.89 6.69 127.07 3.18

Keuntungan 632.11 11.49 872.93 21.82 Harga Jual 3 000 54.55 4 000 100.00

Marjin 1 000 18.18 1 000 25.00

General Trade

Harga Beli 3 000 54.55 3 000 54.55

Biaya

Pemasaran 972.54 17.68 801.50 14.57

Keuntungan 1 527.46 27.77 1 699 30.88

Harga Jual 5 500 100.00 5 500 100.00

Marjin 2 500 45.45 2 500 45.45

Modern Trade

Harga Beli 8 000 100.00

Pengusaha Olahan

Harga Beli 4 000 100.00

Konsumen Akhir

Harga Beli 5 500

Total Biaya

Pemasaran 2 303.83 28.80 1 340.43 24.37 127.07 3.18 1 573.41 28.61 Total π 3 696.17 46.20 2 159.57 39.26 872.93 21.82 2 126.59 30.88 Total Marjin 6 000 75.00 3 500 63.64 1 000 25.00 3 700 59.49

Dalam dokumen ANALISIS PEMASARAN NANAS BOGOR (Halaman 33-47)

Dokumen terkait