• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 4.2 Persentase Kategori Penilaian Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)

85 – 100 tinggi sekali 4 13,33

75 – 84 Tinggi 19 63,33

60 – 74 Cukup 4 13,33

50 – 59 Rendah 3 10,00

40 – 49 Sangat rendah 0 0

Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel persentase hasil belajar peserta didik di atas menunjukkan bahwa ada 13,33% peserta didik berada pada kategori tinggi sekali, ada 63,33% peserta didik berada pada kategori tinggi, ada 13,33% peserta didik berada pada kategori cukup, ada 10,00% peserta didik pada kategori rendah dan 0% pada kategori sangat rendah.

Data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan ketuntasan belajar Fisika peserta didik sebagai berikut.

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Fisika Peserta Didik Kategori Frekuensi Persentase(%)

Tuntas 23 76,67

Tidak tuntas 7 23,33

Jumlah 30 100,0

Pada tabel di atas diperlihatkan bahwa terdapat 76,67% peserta didik yang masuk dalam kategori tuntas dan 23,33% peserta didik yang masuk dalam kategori tidak tuntas dalam memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan di SMA Negeri 1 Bontonompo.

Dengan menggunakan analisis taksiran rata-rata, diperoleh taksiran rata- rata terhadap populasi berada diantara 18,20 < μ < 19,96 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.4 di berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X7 Berdasarkan Taksiran Rata-Rata.

Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori

<18,20 7 23,33 Rendah

18,20< μ < 19,96 8 26,67 Sedang

>19,96 15 50 Tinggi

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh bahwa terdapat 7 (23,33%) peserta didik berada dalam kategori rendah, terdapat 8 (26,67%) peserta didik berada dalam kategori sedang, dan terdapat 15 (50%) peserta didik berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan pembelajaran teknik synectics pada peserta didik kelas X7 SMA Negeri 1 Bontonompo berada dalam kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran E.2.

B. Pembahasan

Synectics merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, pertama kali dikembangkan oleh J.J Gordon, dkk pada tahun 1960. Joyce dan Weil serta Brownoski menjelaskan bahwa teknik synectics merupakan teknik pengembangan kreativitas untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerja sama mengatasi problem sehingga mampu meningkatkan kreativitasnya. Lebih spesifik Hudson menjelaskan bahwa pembelajaran melalui teknik synectics merupakan aktifitas yang disusun dan digunakan para siswa sebagai cara untuk berpikir kreatif (Khalifah, 2007:177).

Jika demikian, maka teknik belajar synectics dapat diartikan sebagai teknik belajar yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaiakan

masalah, baik secara individu maupun kelompok. Teknik ini dikembangkan dari seperangkat anggapan dasar tentang psikologi kreativitas.

Istilah synectics berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan. Menurut Gordon dan Burch (2008:162), synectics berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya teknik Synectics yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui peranan pembelajaran fisika dengan teknik Synectics dalam pembelajaran fisika peserta didik kelas X7 di SMA Negeri 1 Bontonompo. Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan setelah pemberian post–test kemudian dianalisis secara deskriptif.

Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik belum mencapai nilai ideal yang telah ditetapkan, disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru peserta didik masih cenderung dengan model pembelajaran yang lama, sehingga dalam pembelajaran peserta didik kurang berinteraksi dengan teman-temannya maupun dengan pendidiknya, selain itu pada saat pembelajaran ada peserta didik yang tidak hadir. Akan tetapi, Dapat dikatakan bahwa dengan pembelajaran fisika dengan teknik Synectics pembelajaran fisika mengalami perkembangan kearah positif karena sebagian besar peserta didik mampu mengembangkan keingintahuan mereka dalam

pembelajaran Fisika dengan baik, sehingga menumbuhkan percaya diri dan kegemaran belajar serta terlihat sikap peserta didik terhadap pembelajaran Fisika menuju kearah positif.

Pemberian materi yang diberikan kepada peserta didik yakni terkhusus pada materi Suhu dan Kalor yang harus sesuai dengan peranan teknik Synectics.

Berdasarkan persentase kumulatif skor hasil belajar fisika pada aspek kognitif menunjukkan bahwa ada 23,33% atau 7 peserta didik yan memperoleh skor lebih kecil dari pada 75, dan ada 76,67% atau 23 peserta didik yang memperoleh skor ≥ 75. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 76,67% atau 23 orang peserta didik yang telah mencapai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) klasikal. Selanjutnya jika KKM klasikal yang dicapai yakni 76,67% dibandingkan dengan KKM klasikal yan dicapai yakni 40% sebelum diterapkan pembelajaran teknik Synectics. maka dapat dikatakan terdapat peningkatan pencapaian KKM secara klasikal dengan demikian dikatakan bahwa dengan peranan teknik Synectics pada pembelajaran fisika mengalami perkembangan kreatif positif karena sebagian besar peserta didik dapat menuntaskan belajarnya pada aspek kognitif dengan baik.

Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pembelajaran teknik Synectics merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan peserta didik, mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rabiah (Unismuh Makassar, 2011) yang mengatakan hasil belajar fisika peserta didik

yang menggunakan pembelajaran dengan teknik Synectics lebih baik dibanding dengan yang menggunakan pembelajaran metode konvensional pada peserta didik.

Dapat dilihat bahwa skor maksimum yang dicapai oleh siswa yang diberikan materi pembelajaran fisika dengan menggunakan teknik pembelajaran synectics, yaitu 28 dari 30 skor yang mungkin dicapai dan skor terendah yang dicapai siswa adalah 16 dari skor 0 yang mungkin dicapai. Skor rata-rata siswa 23,23 dengan standar deviasi 2,91 hal ini menunjukkan bahwa skor hasil belajar peserta didik berada di kisaran nilai rata-rata tersebut. Semakin kecil nilai standar deviasi maka sebaran data akan semakin mendekati nilai rata-rata.

Hasil belajar peserta didik juga dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar sebelum diterapkan pembelajaran teknik Synectics yakni terdapat 18 peserta didik dari 30 peserta didik yang dapat nilai dibawa 75 dengan kategori tidak tuntas atau harus mengikuti remedial, sedangkan setelah diterapan pembelajaran teknik Synectics hanya 7 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah 75 atau harus mengikuti remedial, sedangkan 23 peserta didik telah dikatakan lulus atau mencapai standar KKM yang ditetapkan.

Fakta empiris yang diperoleh dalam penelitian memberikan indikasi bahwa aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran teknik Synectics dapat dioptimalkan model yang mengembangkan aktivitas dan kreatifitas belajar peserta didik secara optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Peranan teknik Synectics memiliki kelebihan yaitu peserta didik diajak untuk dapat menerangkan kepada peserta didik lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.

BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait