BAB IV HASIL PENELITIAN
B. Hasil Penelitian yang Menyimpulkan
1) Secara umum guru/peserta diklat telah memahami dasar-dasar yang melandasi penyusunan KTSP, struktur kurikulum, beban belajar, dan penambahan jumlah jam serta muatan lokal dan program pengembangan diri melalui BK dan ekstrakurikuler.
2) Pendapatan guru/peserta diklat tentang kebutuhan siswa terhadap pengembang diri memberikan persetujuan peringkat kebutuhan sebagai berikut: pengembangan diri dibutuhkan oleh siswa, program melibatkan guru BK, siswa diminta masukannya dalam menentukan ekstrakurikuler, program ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat siswa guru BK mempunyai peran untuk mencurahkan permasalahan siswa, guru BK dapat memecahkan permasalahan siswa, pembimbingan yang dilakukan oleh guru BK selalu dengan informasi yang aktual, guru-guru pendamping pengembangan diri membuka diri untuk dikritik dan diberi masukan.
3) Semua sekolah telah mengembangkan pengembangan diri melalui kegiatan berbagai layanan dalam Bimbingan Konseling. Himpunan data, konferensi kasus,, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus.
4) Semua sekolah melaksanakan jenis layanan kegiatan ekstrakurikuler yaitu krida, karya ilmiah, latihan/lomba keberbakatan/prestasi, dan seminar/lokakarya/pameran/bazar.
Keyword: Studi eksplorasi implementasi, Model Pengembangan Diri, KTSP Madrasah.
Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukaan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah dengan diluncurkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006.
Peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP. Di dalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan
mencakup tiga komponen yaitu : (1) Mata Pelajaran; (2) Muatan Lokal dan (3) Pengembangan Diri.
Komponen Pengembangan Diri merupakan komponen yang relatif baru dan berlaku untuk dikembangkan pada semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan program pengembangan diri disatuan pendidikan bertujuan agar siswa mendapatkan layanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik secara optimal. Ini berarti bahwa kebutuhan anak didik untuk pengembangan diri sesuai dengan perkembangan psikologinya dan potensi dirinya akan mendapatkan perhatian dari sistem penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan. Sehingga pendidikan yang dilaksanakan mempertimbangkan kebutuhan siswa yang sangat beragam dalam variasi potensi dan harapan-harapannya.
Pengembangan diri secara rinci dilaksanakan melalui jalur layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Layanan bimbingan dan konseling menekankan pada usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfalisitasi dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler lebih menekankan pada penyaluran bakat dan minatnya pada pengembangan potensi diri, sebagai contoh: bola basket, menari, fotografi, menyanyi, nasyid, qira’ah, musik, kerawitan, KIR, beladiri-tapak suci, pramuka- pandu HW dan lainnya.
Sejak diberlakukan kurikulum yang mendasarkan pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan ini maka pada setiap satuan pendidikan (sekolah) diberikan kewenangan seluas-luasnya untuk melaksanakan kurikulum pendidikan sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Hal ini berdampak kepada sruktur kurikulum yang dikembangkan dan model kurikulum yang dijalankan.
Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa pada pelaksaan komponen Pengembangan Diri akan sangat bervariasi tergantung kepada pemahaman sekolah dalam menterjemahkan program pengembangan diri untuk siswa pada satuan pendidikannya.
Secara realitas dari hasil monitoring dan evaluasi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, LPMP maupun KKG/MGMP melalui dana Block Grant maupun dana dari masyarakat, namun hal itu belum menampakkan hasil sesuai dengan Permendiknas No 22, 23, dan 24 tahun 2006. Masih banyak sekolah-sekolah mengembangkan kurikulum operasionalnya tidak melalui mekanisme dan prosedur yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang prinsip-prinsip pengembangan KTSP. (LPMP DI; 2008: 3)
Hal di atas tidak jauh seperti pendapat Tukiman Taruna (2008; 65) dengan KTSP tersebut para guru sibuk bergelut dengan KTSP. Ada yang jatuh bangun menyusun atau mengembangkan sendiri setelah membaca berbagai sumber, tidak kurang yang sekedar menunggu perkembangan dalam arti nanti tinggal mencontoh saja (copy-paste), pun tidak sedikit yang selalu bingung dan akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Seperti halnya hasil pengamatan peneliti (2008: 5) bahwa dari hasil pendampingan penyusunan KTSP pada MGP/MGBK pada jenjang SMP, SMA, dan SMK khusus pada program pengembangan diri yang meliputi kegiatan ekstrakurikuler dan layanan bimbingan dan konseling menunjukkan pengertian dan pemahaman yang sangat bervariasi. Ada yang beranggapan bahwa pengembangan diri hanyalah kegiatan ekstrakurikuler, banyak sekolah yang belum mengalokasikan jam untuk pengembangan diri walau telah nyata merupakan bagian integral dari kurikulum, pengembangan diri hanya ditangani guru BK dan sebagainya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Menurut Caswel dan Campbell dalam Nana Syaodikh S (1997; 4) kurikulum...to be composed of all the experiences children have under the guildance of teacher. Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadilebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Apa yang dimaksud dengan pengalaman siswa yang diarahkan atau menjadi tanggung jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas.
Pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, di rumah maupun bersama guru atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran atau tidak. Definisi tersebut juga mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut serta berbagai fasilitas yang mendukungnya.
Mac. Donald (Nana S; 1997; 5) mengemukakan bahwa system persekolahan terbentuk atas empat sub system, yaitu mengajar, belajar,
pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru. Belajar (learning ) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pembelajaran (intruction). Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberikan pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar- mengajar.
Dalam panduan penyusunan KTSP disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. (BSNP; 2006; 1)
KTSP adalah kurikulum operasional yang dimiliki oleh satuan pendidikan diharapkan dapat sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan dipedomani oleh seluruh komponen sekolah. Tujuan pendidikan akan dapat diwujudkan apabila kurikulum dapat memberikan arah pada guru-guru dalam mengembangkan model pembelajaran dan program-program pendidikan di satuan pendidikannya. Kurang pahamnya komponen sekolah terhadap kurikulum sekolah akan mempengaruhi implementasi KTSP pada penyelenggraan pendidikan di
SMA. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Sesuai dengan panduan penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Pendidikan Nasional (BSNP; 7-11) komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan secara rinci meliputi :
1) Tujuan pendidikan satuan pendidikan
2) Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Mata pelajaran
Muatan lokal
Pengembangan diri
Pengaturan beban belajar
Ketuntasan belajar
Kenaikan kelas dan kelulusan
Penjurusan
Pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global 3) Kalender Pendidikan
4) Silabus/RPP
KTSP sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah disusun dan dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar serta provinsi
untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
Menurut E. Mulyasa (2006; 27) beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun BSNP
2) Kurikulum ikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakt setempat dan peserta didik
3) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
Adapun pengembangan kurikulum sesuai BSNP (2006; 3-4) didasarkan pada prinsip-prinsip, antara lain :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
5. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.
Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual
dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
8. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan
serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
11. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
Program Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir,
serta kegiatan ekstra kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. (Puskur: 2006; 1).
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram.
Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.
Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen yaitu pelayanan bimbingan dan konseling (BK) dan eksrakurikuler, secara terinci sebagai berikut:
1. Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
a. Kehidupan pribadi b. Kemampuan sosial c. Kemampuan belajar
d. Wawasan dan perencanaan karir
2. Ekstra kurikuler, meliputi kegiatan:
a. Kepramukaan/pandu HW
b. Latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
c. Seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan/nasyid/qiraah, beladiri/tapak suci
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah. Oleh karena analisis kebutuhan siswa perlu untuk diperhatikan.(Astin:1993; 2)
Kebutuhan siswa harus mendasarkan kepada aspek-aspek potensi siswa (Puskur: 2006; 2) yang meliputi:
1. Bakat
2. Minat
3. Kreativitas
4. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
5. Kemampuan kehidupan keagamaan
6. Kemampuan sosial
7. Kemampuan belajar
8. Wawasan dan perencanaan karir
9. Kemampuan pemecahan masalah
10. Kemandirian
Peran Guru Bimbingan dan Konseling
Sampai saat ini masih banyak pendapat yang kurang mengenakkan terhadap peran dari guru Bimbingan dan Konseling. Sebagaimana dituliskan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 122) masih banyak anggapan bahwa peranan konselor (baca : guru BK) sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan ini mengatakan ”Barangsiapa di antara sisa-siswa melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah
diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor ditugaskan mencari siswa yang bersalah itu.
Pada pedoman pengembangan diri, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas sebagai pembimbing pada pengembangan diri khususnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan kewajiban menangani 150 siswa / guru diharapkan dapat memainkan peran yang strategis ini.
Adapun tugas guru BK menurut Zaenudin (2009; 4) pada layanan bimbingan dan konseling meliputi bidang pelayanan :
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Tugas-tugas guru BK adalah menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling pada bidang pribadi, sosial, belajar dan karir dengan menyelenggarakan berbagai jenis layanan anatara lain: layanan informasi, orientasi, penyaluran dan penjurusan, konten, konseling individual, konseling kelompok, bimbingan kelompok, mediasi dan layanan konsultasi. Layanan-layanan tersebut didukung layanan pendukung yang meliputi : aplikasi instrumentasi, himpunan data, tampilan pustaka, konferensi kasus, home visit (kunjungan rumah) dan referal (alih tangan kasus).
Laporan hasil pendampingan yang dilakukan peneliti (2008; 5) pada beberapa MGP/MGBK jenjang SMP, SMA dan SMK penerima dana Block Grant
Revitalisasi KKG/MGMP menunjukkan hasil yang cukup beragam khususnya pada pemahaman dan pelaksanaan program pengembangan diri.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan memberikan arah dalam setiap program yang disusun oleh warga sekolah. Dalam pelaksanaannya pemahaman terhadap muatan yang ada dalam KTSP perlu dimiliki oleh guru-guru dan tenaga kependidikan. Ini mengandung makna bahwa KTSP betul-betul merupakan hasil komitmen dari warga sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan untuk siswa.
Pengembangan diri sebagai salah satu komponen dalam struktur kurikulum diharapkan dapat mengakomodasi pengembangan diri anak didik secara menyeluruh yang meliputi bakat, minat, dan potensi-potensinya. Penyusunan program pengembangan diri yang meliputi layanan bimbingan dan konseling dan ekstrakurikuler diharapkan berdasarkan kepada kebutuhan anak didik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil Penelitian dan pembahasan yang terkait dengan pembahasan KTSP yaitu :
a. Secara umum peserta diklat/guru telah memahami dasar-dasar yang melandasi penyusunan KTSP.
b. Secara umum peserta diklat/guru telah memahami struktur kurikulum, beban belajar, dan penambahan jumlah jam serta muatan lokal.
c. Secara umum peserta diklat/guru telah memahami program pengembangan diri melalui BK dan ekstrakurikuler.
2. Pendapat peserta diklat/guru BK tentang kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan konseling memberikan persetujuan peringkat kebutuhan sebagai berikut:
a. Program layanan pengembangan diri dibutuhkan oleh siswa b. Program pengembangan diri di sekolah melibatkan guru BK c. Siswa diminta masukannya dalam menentukan ekstrakurikuler d. Program ekstrakurikuler sesuai dengan bakat, minat siswa e. Guru BK mempunyai peran untuk mencurahkan permasalahan f. Guru BK dapat memecahkan permasalahan siswa
g. Pembimbingan yang dilakukan oleh guru BK selalu dengan informasi yang aktual
h. Guru-guru pendamping pengembangan diri membuka diri untuk dikritik dan diberi masukan
3. Semua sekolah telah mengembangkan pengembangan diri melalui kegiatan bimbingan dan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, layanan konsultasi, media, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus. Bidang bimbingan yang menduduki peringkat tertinggi yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar dan bidang karir. Sedangkan satuan pendukung yang yang jarang dilakukan adalah alih tangan kasus dan konferensi kasus.
4. Semua sekolah melaksanakan jenis layanan kegiatan ekstrakurikuler yaitu krida, karya ilmiah, latihan/lomba keberbakatan/prestasi, dan seminar/lokakarya/ pameran/bazar.
B. Saran
Saran yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Perlunya pemantauan seberapa jauh pelaksanaan pengembangan diri melalui layanan bimbingan dan konseling dan melalui kegiatan ekstrakurikuler.