• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien retinopati diabetik dalam stadium proliferatif di masyarakat. Populasi terjangkau adalah pasien retinopati diabetik dalam stadium proliferatif (PDR) yang datang ke RS Mata Cicendo Bandung. Hasil analisis statistika dapat diuraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Kedua Kelompok Variabel

Kelompok

Nilai p Kelompok 1 Kelompok 2

n= 16 n= 16

Usia 0.181

Mean±STD 49.63±7.89 53.50±8.09

Range (min-maks) 38.00-65.00 34.00-6.00

Jenis Kelamin 0.465

Laki-laki 5 (31.3%) 7 (43.8%)

Perempuan 11 (68.8%) 9 (56.3%)

Skor Keparahan PDR 1.000

Mean±STD 6.56±1.31 6.69±1.01

Range (min-maks) 4.00-8.00 5.00-8.00

Sistemik 1.000

HT 4 (25.0%) 4 (25.0%)

ACS 1 (6.3%) 0 (0,0%)

CKD 0 (0,0%) 1 (6.3%)

Tidak 11 (68.8%) 10 (62.5%0

Dislipidemia 0 (0,0%) 1 (6.3%)

Keterangan : Untuk data numerik Nilai p dihitung berdasarkan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal..danuntuk data kategorik nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-Square. Dengan alternatif uji Fisher Exact apabila syarat dari Chi-Square tidak terpenuhi Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik

Pada tabel 4.1 menjelaskan perbandingan usia, jenis kelamin, kadar HBA1C, keadaan sistemik antara kelompok 1 dan 2. Untuk usia pada kelompok 1 didapatkan rata-rata sebesar 49.63±7.89 Jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 atau sebesar 31.3%, dan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 atau sebesar 68.8%.

Untuk skor kompleksitas didapatkan rata-rata sebesar 6.56±1.31. Kelainan sistemik hipertensi didapatkan sebanyak 4 kasus atau sebesar 25.0%, kelainan jantung berupa kelainan jantung koroner hanya 1 kasus atau sebesar 6.3%, kelainan gangguan ginjal kronis dan dislipidemia tidak ada atau sebesar 0,0%, dan yang tidak memiliki kelainan sistemik sebanyak 11 atau sebesar 68,8%. Pada kelompok 2 pada usia didapatkan rata-rata sebesar 53.50±8.09. Jenis Kelamin laki-laki didapatkan sebanyak 7 atau sebesar 43.8%, dan jenis kelamin perempuan sebanyak 9 atau sebesar 56.3%. Untuk skor kompleksitas didapatkan rata-rata sebesar 6.68±1.01. Kelainan sistemik berupa hipertensi sebanyak 4 atau sebesar 25.0%, tidak didapatkan kelainan jantung koroner atau sebesar 0,0%, namun didapatkan gangguan ginjal kronis dan dislipidemia masing-masing hanya 1 atau sebesar 6.3%, dan yang tidak memiliki kelainan sistemik sebanyak 10 atau sebesar 62.5%.

Untuk data Numerik ini diuji dengan menggunakan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal yaitu usia, serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal yaitu skor kompleksitas. Hasil uji statistika pada kelompok penelitian diatas diperoleh informasi nilai P pada variabel Usia dan skor kompleksitas lebih besar dari 0,05 (nilai P> 0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara variabel yaitu Usia dan skor kompleksitas antara kelompok 1 dan 2.

Untuk analisis pada data kategorik yaitu jenis Kelamin dan kelainan sistemik pada tabel diatas diuji dengan menggunakan uji statistika Chi-Square yaitu Jenis Kelamin alternatif uji Kolmogorov Smirnov apabila asumsi Chi Square tidak terpenuhi yaitu Sistemik. uji statistika pada seluruh variabel diperoleh informasi dimana nilai P lebih besar dari 0,05 (nilai p>0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan atau bermakna secara statistik antara variable jenis Kelamin, dan kelainan sistemik antara kelompok 1 dan 2.

Dari hasil analisis perbandingan karakteristik kedua kelompok diatas, maka dapat disimpulkan kedua kelompok sama atau tidak ada perbedaan karakteristik pada saat awal pemeriksaan. Hal ini menunjukkan kedua kelompok homogeny artinya layak untuk dibandingkan dan dilakukan uji hipotesis statistika lebih lanjut.

Tabel 4.2 Perbandingan Durasi Pengelupasan Membran (MP) Kedua Kelompok

Variabel

Kelompok

Nilai p Kelompok 1 Kelompok 2

n= 16 n= 16

Durasi MP (menit)

Mean±STD 20,75±13,85 23,1 ±13,65 0,590

Median 20,91 20,68

Range (min-maks) 4,56-61,71 1,6-55,45

Keterangan : Untuk data numerik Nilai p dihitung berdasarkan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal.. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik

Pada tabel 4.2 menjelaskan perbandingan durasi pengelupasan membran (MP) antara kelompok 1 dan 2. Durasi MP pada kelompok 1 didapatkan rata-rata sebesar 20,75±13,85 menit. Untuk kelompok 2 didapatkan durasi MP dengan rata- rata 23,1±13,65 menit.

Untuk data Numerik ini diuji dengan menggunakan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal yaitu durasi MP . Hasil uji statistik pada kelompok penelitian diatas diperoleh informasi nilai P pada variable Durasi MP seluruhnya lebih besar dari 0,05 (nilai P> 0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara variabel yaitu durasi MP antara kelompok 1 dan 2.

Tabel 4.3 Perbandingan Total Durasi Operasi Vitrektomi Kedua Kelompok

Variabel Kelompok Nilai p

Kelompok 1 Kelompok 2

n= 16 n= 16 Durasi Operasi

(menit)

0,897

Mean±STD 43±16,65 43,7±16,35

Median 39,91 42,73

Range (min- maks)

15,26-86,11 22,25-93,48

Keterangan : Untuk data numerik Nilai p dihitung berdasarkan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal.. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik

Pada tabel 4.3 diatas menjelaskan perbandingan durasi operasi dengan kelompok 1 dan 2 Untuk lama durasi operasi pada kelompok 1 rata-rata sebesar 43±16,65 menit. Untuk kelompok 2 pada durasi operasi rata-rata sebesar 43,7±16,35 menit.

Untuk data Numerik ini diuji dengan menggunakan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal yaitu usia, serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal yaitu durasi operasi. Hasil uji statistik pada kelompok penelitian diatas diperoleh informasi nilai P pada variabel durasi operasi lebih besar dari 0,05 (nilai P> 0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara variabel durasi operasi antara kelompok 1 dan 2.

Tabel 4.5 Perbandingan Frekuensi Endodiatermi Kedua Kelompok Variabel

Kelompok

Nilai p Kelompok 1 Kelompok 2

n= 16 n= 16

Frekuensi Endodiatermi

0,897

Median 1.00 0.00

Range (min-max) 0.00-4.00 0.00-3.00

Keterangan : Untuk data numerik Nilai p dihitung berdasarkan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal.. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik

Pada tabel 4.5 diatas menjelaskan perbandingan frekuensi endodiatermi dengan kelompok 1 dan 2. Hasil penelitian frekuensi endodiatermi pada kelompok 1 didapatkan rata-rata sebesar 0,94±1.24. Untuk kelompok 2 pada frekuensi penggunaan endodiatermii rata-rata sebesar 0.63±0.96. Untuk data Numerik ini diuji dengan menggunakan uji T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal yaitu serta alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal yaitu Frekuensi Endodiatermi. Hasil uji statistika pada kelompok penelitian diatas diperoleh informasi nilai P pada variabel frekuensi Endodiatermi lebih besar dari 0,05 (nilai P> 0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara variabel yaitu Frekuensi Endodiatermi dengan kelompok 1 dan 2.

Tabel 4.4 Perbandingan Robekan Iatrogenik Intraoperatif Variabel

Kelompok

Nilai p Kelompok 1 Kelompok 2

n= 16 n= 16

Robekan Retina 1.000

Jumlah Robekan 1 (6.3%) 1 (6.3%) Tidak ada robekan 15 (93.8%) 15 (93.8%)

Keterangan : untuk data kategorik nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-Square. Dengan alternativeuji Fisher Exact apabila syarat dari Chi-Square tidak terpenuhi Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05 .Tanda* menunjukkan nilai p<0,05 artinya signifkan atau bermakna secara statistik

Pada tabel 4.4 menjelaskan perbandingan jumlah robekan iatrogenik dengan kelompok 1 dan 2. Untuk kelompok 1 dan kelompok 2 pada pasien dengan 1 robekan hanya 1 atau sebesar 6,3%, sedangkan yang tidak memiliki robekan masing-masing sebanyak 15 atau sebesar 93,8%.

Untuk analisis pada data kategorik yaitu robekan iatrogenik pada tabel diatas diuji dengan menggunakan uji statistika Chi-Square yaitu robekan alternatif uji Kolmogorov Smirnov apabila asumsi Chi Square tidak terpenuhi. uji statistika pada seluruh variabel diperoleh informasi dimana nilai P lebih besar dari 0,05 (nilai p>0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan atau bermakna secara statistik antara variable robekan iatrogenik antara kelompok 1 dan 2.

Dokumen terkait