• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Aquadest

4.1 Hasil

4.1.6 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri

Dari pengujian aktivitas yang telah dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis diperoleh hasil yaitu :

1. Ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) pada konsentrasi 25% (C1), 30% (C2), dan 35% (C3) serta DMSO (Cˉ) memberikan daerah hambat dengan diameter rata-rata C1= 7,3 mm ± 0,25;

C2= 8,7 mm ± 0,4; C3= 9,8 mm ± 0,45, dan Cˉ= 0 (Lampiran 12, Tabel XVIII).

2. Sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dan kontrol positif pada F0, F1, F2, F3 dan P memberikan daerah hambat dengan diameter rata-rata F0= 7,83 mm ± 0,75; F1= 9,4 mm ± 0,15;

F2= 10,36 mm ± 0,3; F3= 11,56 mm ± 0,15; dan P= 11,86 mm ± 0,58 (Lampiran 13, Tabel XIX).

45 4.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dalam bentuk sediaan gel. Sediaan dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 25%, 30% dan 35%.

Gel yang terbentuk selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis menggunakan metode sumuran.

Daun binahong yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari daerah Curup, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan identifikasi tanaman untuk memastikan bahwa tanaman tersebut benar merupakan spesies Anredera cordifolia (Ten) Steenis yang ingin diteliti. Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas Padang dengan nomor surat 290/K-ID/ANDA/VIII/2020 (Lampiran 2, Gambar 5). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tanaman tersebut benar Anredera cordifolia (Ten) Steenis.

Salah satu cara untuk memperoleh ekstrak etanol daun binahong adalah dengan metode maserasi. Metode ini dipilih karena prosesnya sederhana, tidak ada proses pemanasan, dan tidak menggunakan alat khusus sehingga kerusakan zat-zat aktif akibat suhu yang tinggi dapat dihindari. Sampel yang telah dikeringkan dan ditumbuk halus diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%.

Etanol 70% digunakan sebagai pelarut karena bersifat universal, dapat menarik senyawa polar dan nonpolar, harganya murah, mudah didapatkan, tidak toksik, dapat mencegah pertumbuhan kapang atau jamur dan juga etanol 70% dapat membuka kembali pori-pori daun yang mengkerut karena telah dikeringkan.

46 Proses maserasi ini dilakukan selama 7 hari dengan 3 kali pengulangan dengan perbandingan sampel dan pelarut (1:10). Masing - masing maserat digabungkan hingga diperoleh total maserat, kemudian total maserat diuapkan dengan alat rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental.

Standardisasi ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yaitu proses yang menjamin bahwa ekstrak mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan dahulu. Tujuan dari standarisasi ekstrak antara lain mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Parameter yang ditetapkan dalam standarisasi ekstrak antara lain: parameter spesifik dan parameter nonspesifik serta juga dilakukan uji fitokimia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Parameter spesifik meliputi pemeriksaan organoleptis, penetuan rendemen, pemeriksaan kelarutan, dan pemeriksaan pH (Tabel VI). Hasil dari pemeriksaan organoleptis ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) menunjukkan bahwa ekstrak berbentuk kental, berwarna hitam kecoklatan, berbau khas, dan rasa pahit. Penentuan rendemen ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dihitung berdasarkan perbandingan antara berat produk akhir yaitu berat ekstrak sebagai bahan dasar pembuatan sediaan dengan berat serbuk simplisia, kemudian dihitung dan dinyatakan dalam persen (%) dan diperoleh rendemen ekstrak 39,78%. Hasil tersebut memenuhi syarat sesuai dengan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) ekstrak etanol daun binahong larut dalam air dan larut dalam etanol 96%. Pemeriksaan pH dengan menggunakan alat pH meter, didapatkan pH ekstrak yaitu 5,67.

47 Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Parameter Spesifik Ekstrak Etanol Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

No Pemeriksaan Pengamatan

1 Organoleptis

 Bentuk

 Warna

 Bau

 Rasa

Cairan kental Hitam kecoklatan Berbau khas Pahit

2 Kelarutan

 Dalam air

 Dalam alkohol 96%

Larut (1 : 20 mL) Larut (1 : 25 mL)

3 Rendemen 39,78%

4 pH 5,67

Parameter nonspesifik meliputi pemeriksaan kadar abu dan pemeriksaan susut pengeringan (Tabel VII). Pemeriksaan kadar abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

Hasil yang diperoleh pada pengujian kadar abu adalah 11,05% dan berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia kadar abu tidak lebih dari 14%.

Pemeriksaan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Dari hasil pemeriksaan susut pengeringan didapatkan sebesar 8%. Hasil penetapan susut pengeringan yang diperoleh dalam penelitian memenuhi syarat karena menurut Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011), persyaratan susut pengeringan adalah tidak lebih dari 9%.

48 Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Parameter Nonspesifik Ekstrak Etanol Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) No

Pemeriksaan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia edisi I

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

Pengamatan

1 Kadar Abu Tidak lebih dari 14% 11,05%

2 Susut Pengeringan Tidak lebih dari 9% 8%

Pemeriksaan skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif metabolit sekunder pada daun binahong. Skrining fitokimia dilakukan terhadap senyawa golongan flavonoid, saponin, tannin, terpenoid/steroid, dan alkaloid. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan ekstrak daun binahong mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan steroid (Tabel VIII). Hal ini yang menyebabkan daun binahong diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Nida, 2014).

Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

No Pemeriksaan Pengamatan

1 Uji Fitokimia :

 Flavonoid

 Saponin

 Tanin

 Terpenoid

 Steroid

 Alkaloid

+ + +

- + -

Pemeriksaan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan gel dilakukan menurut Depertemen Kesehatan Republik Indonesia (2014) dan British Pharmacopoeia vol II (2016). Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan pemerian dan kelarutan, menunjukkan hasil bahwa bahan tambahan yang digunakan sudah memenuhi persyaratan (Lampiran 7, Tabel XV

49 - XVII). Dengan demikian bahan–bahan tersebut sudah dapat digunakan dalam pembuatan sediaan gel.

Sebelum diformulasi terlebih dahulu dilakukan orientasi terhadap basis gel dengan gelling agent yang digunakan HPMC. Penggunaan HPMC karena menghasilkan cairan yang lebih jernih, netral, tidak berwarna, tidak berasa, menghasilkan gel dengan viskositas yang baik dalam penyimpanan jangka lama, tidak beracun, dan tidak mengiritasi kulit (Rowe dkk, 2009). Tujuan dilakukannya orientasi untuk mengetahui apakah basis gel yang digunakan memenuhi persyaratan sebagai basis gel. Selanjutnya basis yang telah memenuhi persyaratan diformulasikan dengan zat aktif ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang dibuat dalam berbagai konsentrasi 25%

(F1), 30% (F2) dan 35% (F3). Karena pada penelitian Khunaifi (2010) mengatakan bahwa KHM ekstrak daun binahong tehadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi 25% dan KBM pada konsentrasi 50%. Tujuan dari diformulasi untuk melihat apakah ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dapat berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Akan tetapi pada saat dilakukan orientasi dengan konsentrasi 25% (F1), 30% (F2) dan 35% (F3) sediaan gel yang telah diformulasikan tidak memenuhi nilai estetika kosmetik. Sediaan gel yang diperoleh berwarna coklat kehitaman dan memiliki bau khas ekstrak daun binahong yang menyengat (Gambar 2). Oleh karena itu, sediaan gel yang diformulasikan ditujukan untuk pengobatan.

Formulasi gel ekstrak etanol daun binahong dibuat dalam empat formula, yaitu F0 tidak mengandung ekstrak etanol daun binahong atau sebagai

50 basis gel, untuk F1 mengandung 25% ekstrak, F2 mengandung 30% ekstrak dan F3 mengandung 35% ekstrak. Bahan tambahan lain yang digunakan dalam formulasi gel adalah HPMC yang berfungsi sebagai gelling agent, propilen glikol berfungsi sebagai humektan, metil paraben berfungsi untuk meningkatkan efektivitas sebagai pengawet serta untuk mencegah terjadinya kontaminasi selama proses pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan, serta aquadest sebagai pelarut.

Gambar 2. Formula Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dan Pembanding

Formula gel ekstrak etanol binahong yang terbentuk, selanjutnya dilakukan evaluasi fisik. Evaluasi tersebut meliputi pengamatan organoleptis, uji homogenitas, pengukuran pH, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji iritasi kulit.

Pemeriksaan organoleptis basis gel dan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) meliputi bentuk, warna, dan bau (Tabel IX). Hasil pemeriksaan diperoleh bahwa F0 berbentuk setengah padat, warna bening, dan tidak berbau. F1 berbentuk setengah padat, coklat kehitaman, dan berbau khas daun binahong. F2 berbentuk setengah padat, coklat kehitaman, dan berbau khas daun binahong. F3 berbentuk setengah padat, coklat kehitaman, dan berbau khas daun binahong. Terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan pada F1, F2 dan F3 dimana jumlah

51 ekstrak yang ditambahkan semakin besar sehingga warna sediaan menjadi semakin pekat dan baunya semakin tercium khas daun binahong. Dari hasil evaluasi organoleptis basis gel dan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang dilakukan salama 6 minggu tidak terjadi perubahan selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa basis gel dan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) stabil selama penyimpanan secara fisika.

Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

No Formula Organoleptis Minggu

I II III IV V VI

1 F0

Bentuk Ss Ss Ss Ss Ss Ss

Warna B B B B B B

Bau Tb Tb Tb Tb Tb Tb

2 F1

Bentuk Ss Ss Ss Ss Ss Ss

Warna Ck Ck Ck Ck Ck Ck

Bau KDB KDB KDB KDB KDB KDB

3 F2

Bentuk Ss Ss Ss Ss Ss Ss

Warna Ck Ck Ck Ck Ck Ck

Bau KDB KDB KDB KDB KDB KDB

4 F3

Bentuk Ss Ss Ss Ss Ss Ss

Warna Ck Ck Ck Ck Ck Ck

Bau KDB KDB KDB KDB KDB KDB

Keterangan :

Ss : Semi solid

B : Bening

Ck : Coklat kehitaman Tb : Tidak berbau

KDB : Khas Daun Binahong

Pemeriksaan homogenitas basis gel dan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) (Tabel X) dilakukan dengan cara mengoleskannya secara merata dan tipis pada kaca transparan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980). Pemeriksaan ini dilakukan setiap minggu

52 selama 6 minggu dan dalam jangka waktu tersebut basis gel dan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) tetap menunjukkan susunan yang homogen, hal ini menunjukkan bahwa bahan-bahan dalam gel dapat bercampur sempurna secara homogen. Pemeriksaan homogenitas merupakan salah satu syarat dari sediaan gel yang baik, dimana bahan obat dan basis gel harus mudah larut atau terdispersi dalam air atau pelarut yang cocok sehingga pembagian dosis sesuai dengan tujuan terapi yang diharapkan (Lieberman dkk, 1998).

Tabel X. Hasil Pemeriksaan Homogenitas Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Formula Minggu

I II III IV V VI

F0 H H H H H H

F1 H H H H H H

F2 H H H H H H

F3 H H H H H H

Keterangan :

H : Homogen

Pemeriksaan pH dilakukan pada setiap formula (Tabel XI). pH setiap formula harus sesuai dengan pH kulit agar tidak menimbulkan iritasi dan kerusakan pada kulit ketika proses pemakaian. Perubahan pH kulit menjadi lebih basa atau lebih asam pada saat kontak dengan suatu zat dapat menimbulkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). Oleh karena itu dilakukan evaluasi pH basis gel dan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang diamati selama 6 minggu. Hasilnya menunjukkan pH sediaan berubah-ubah setiap minggunya. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu dan penyimpanan yang kurang baik sehingga mempengaruhi pH dari setiap sediaan, pH ini berkisar antara : F0 = 6,07 – 6,90

53 pada F1 = pH 5,85 – 6,11, pada F2 = pH 5,93 - 6,06, pada F3 = pH 6,11 - 6,61, dan pH sediaan pembanding = 7,07- 7,20, dimana pH rata-rata pada F0 = 6,59, pada F1 = 6,04, pada F2 = 5,99, pada F3 = 6,21, dan pembanding = 7,14 (Tabel 11). Sediaan mengalami penurunan pH setelah ditambahkan ekstrak etanol daun binahong. Hal ini disebabkan karena ekstrak etanol daun binahong mempunyai pH yang asam yaitu 5,67. Dari data yang telah didapatkan bahwa pH sediaan memenuhi persyaratan pH kulit menurut British Pharmacopoeia (2009) yaitu 6-8.

Tabel XI. Hasil Pemeriksaan pH Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

No Formula Minggu Rata-rata ±SD

I II III IV V VI

1 F0 6,77 6,59 6,07 6,60 6,90 6,61 6,59 ± 0,282 2 F1 6,07 6,08 5,85 6,06 6,07 6,11 6,04 ± 0,094 3 F2 6,01 5,96 6,00 5,93 6,01 6,06 5,99 ± 0,045 4 F3 6,14 6,15 6,11 6,14 6,12 6,61 6,21 ± 0,195 5 Pembanding 7,07 7,13 7,17 7,16 7,11 7,20 7,14 ± 0,046

Keterangan :

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 25%

F2 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 30%

F3 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 35%

Pemeriksaan uji daya sebar (Tabel XII). Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui penyebaran gel di permukaan kulit. Daya sebar gel dapat menentukan adsorpsinya pada tempat pemakaian, semakin baik daya sebarnya maka semakin banyak gel yang diadsorpsi. Suatu sediaan lebih disukai bila dapat menyebar dengan mudah di kulit, karena pemakaiannya lebih mudah dan lebih nyaman. Pemeriksaan uji daya sebar basis gel dan sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dilakukan dengan menggunakan metode ekstensometri. Metode ekstensometri dilakukan

54 dengan menghitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan apabila diberi beban dalam selang waktu tertentu (Voight, 1994). Dari hasil uji daya sebar yang dilakukan pada keempat formula yang diberi beban 50, 100 dan 200 gram menunjukkan hasil sebesar F0 = 3,14 cm2; 4,90 cm2; 7,06 cm2; pada F1=

4,52 cm2; 5,72 cm2; 7,54 cm2; pada F2= 4,90 cm2; 6,60 cm2; 8,54 cm2; pada F3= 6,15 cm2; 7,54 cm2; 9,61 cm2.

Tabel XII. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Sebar Gel Ektrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Formula Pertambahan Luas (cm2) dengan Beban 50 gram 100 gram 200 gram

F0 3,14 4,90 7,06

F1 4,52 5,72 7,54

F2 4,90 6,60 8,54

F3 6,15 7,54 9,61

Keterangan:

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 25%

F2 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 30%

F3 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 35%

Hasil uji daya sebar basis gel dan sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera coridofloia (Ten) Steenis) yang diperoleh tidak memenuhi ketentuan daya sebar yang baik. Menurut Kaur dkk (2010), kemampuan daya sebar sediaan semipadat yang baik adalah 19,62 cm2 – 38,46 cm2. Namun, hasil uji daya sebar gel ekstrak etanol daun binahong secara keseluruhan menunjukkan bahwa terjadi pertambahan luas penyebaran gel seiring dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun binahong (Anredera coridofloia (Ten) Steenis) dan beban yang ditambahkan. Perbedaan daya sebar sangat berpengaruh pada kecepatan difusi zat aktif dalam melewati membran. Semakin luas diameter penyebaran maka koefisien difusi semakin besar yang mengakibatkan difusi zat

55 aktif pun semakin meningkat (Hasyim dkk, 2012).

Gel yang baik dapat menjamin waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga tujuan penggunaannya tercapai, namun tidak terlalu lengket sehingga nyaman pada saat digunakan. Semakin lama waktu yang diperlukan kedua kaca objek untuk terlepas, maka semakin tinggi daya lekatnya, sehingga semakin lama pula sediaan melekat pada kulit dan efek zat aktif semakin lama. Daya lekat gel yang baik adalah yang dapat melapisi kulit secara menyeluruh, tidak menyumbat pori, dan tidak mengganggu fungsi fisiologis kulit (Voight, 1994).

Pemeriksaan uji daya lekat dari setiap formula (Tabel XIII) diperoleh bahwa basis gel dan gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) memenuhi persyaratan rentang daya lekat yaitu 2,00 - 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).

Tabel XIII. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Formula Waktu Kedua kaca lepas (detik)

F0 7,16

F1 7,20

F2 7,48

F3 7,63

P 7,85

Keterangan:

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 25%

F2 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 30%

F3 : Formula gel ekstrak etanol daun binahong 35%

Berdasarkan dari evaluasi daya sebar dan daya lekat didapatkan bahwa keduanya saling berkaitan. Dari hasil yang telah didapatkan menyatakan bahwa

56 semakin luas daya sebar yang diperoleh maka semakin baik daya lekat sediaan.

Untuk memastikan keamanan dari sediaan gel ekstrak etanol daun binahong ini maka harus dilakukan uji iritasi (Tabel XIV). Uji iritasi ini dilakukan pada 20 orang sukarelawan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan selama 48 jam dengan metode uji tempel tertutup agar tidak terkontaminasi dari zat asing yang ada di udara yang memungkinkan dapat mempengaruhi hasil pengujian. Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan atas bagian dalam lalu ditutup dengan plester, lalu plester dibuka pada jam ke-48, lihat reaksi kulit yang terjadi. Dari hasil yang diperoleh dari pengamatan setelah 48 jam pada semua sukarelawan hasilnya tidak ada yang menimbulkan eritema dan edema, sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan gel ekstrak etanol dari daun binahong ini aman digunakan.

Tabel XIV. Hasil Pemeriksaan Reaksi Eritema dan Edema dari Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Pengamatan jam ke-48

Keterangan Eritema Edema

Sukarelawan F0 F1 F2 F3 F0 F1 F2 F3

1 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 0 0

57

19 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0

Rata - rata 0 0 0 0 0 0 0 0

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap Staphylococcus epidermidis dilakukan menggunakan metode difusi sumuran. Metode ini dipilih karena pengerjaannya sederhana, mudah dan dapat dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone). Clear zone tersebut merupakan petunjuk adanya respon hambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak (Hermawan dkk, 2007). Pengukuran diameter daya hambat dilakukan dengan melihat daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri pada media yang telah dibiakkan.

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) (Lampiran 12, Gambar 8) dilakukan dengan melarutkan masing-masing ekstrak dengan pelarut DMSO. DMSO merupakan pelarut yang dapat melarutkan hampir semua senyawa baik polar maupun nonpolar. Dalam hal ini, DMSO dipakai sebagai kontrol negatif yang tidak akan memberikan daya hambat serta tidak mengganggu hasil pengamatan. Ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi 25% memberikan daya hambat sebesar 7,3 mm yang termasuk kategori lemah, konsentrasi 30% memberikan daya hambat sebesar 8,7 mm yang termasuk kategori lemah dan ekstrak dengan konsentrasi 35% memberi diameter hambat sebesar 9,8 mm yang termasuk kategori lemah menurut Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI) (Cockerill dkk, 2012). Adanya area bening yang memberikan diameter daya hambat menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun binahong mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binahong (Anredera

58 cordifolia (Ten) Steenis) dilakukan sebagai uji perbandingan antara ekstrak dan sediaannya. Uji ini dilakukan bertujuan untuk melihat bagaimana hasil daya hambat sebelum dilakukan formulasi dalam sediaan gel.

Pengujian aktivitas antibakteri gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) (Lampiran 13, Gambar 9) dilakukan menggunakan metode sumuran dimana media yang sudah memadat dilubangi dengan spuit steril yang sudah dimodifikasi. Lalu gel dimasukkan ke dalam media yang sudah dilubangi tersebut. Basis gel sebagai kontrol negatif dan pembanding sebagai kontrol positif. Hasilnya diperoleh diameter daya hambat rata–rata pada F0= 7,83 mm, dimana termasuk ke dalam kategori lemah. Diameter daya hambat rata–rata F1= 9,4 mm, termasuk ke dalam kategori lemah. Diameter daya hambat rata-rata F2= 10,36 mm, termasuk ke dalam kategori lemah. Dan diameter daya hambat rata-rata F3= 11,56 mm, termasuk ke dalam kategori lemah. Sebagai kontrol positif digunakan gel pembanding, dimana di dapatkan diameter daya hambat rata–rata sebesar 11,86 mm yang termasuk ke dalam kategori lemah. Berdasarkan tabel respon hambatan mikroba menurut Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI), klasifikasi daya hambat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kuat=

≥20 mm, sedang= 15-19 mm dan lemah= ≤14 mm (Cockerill dkk, 2012).

Bila dibandingkan hasil uji aktivitas antibakteri antara ekstrak dan sediaan gel yang mengandung ekstrak didapatkan bahwa daya hambat sediaan gel yang mengandung ekstrak lebih besar dari pada ekstrak. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh formulasi terhadap aktivitas antibakteri.

Analisis uji aktivitas antibakteri menggunakan statistik ANOVA satu arah menggunakan SPSS 22 diperoleh hasil bahwa konsentrasi berpengaruh

59 secara signifikan terhadap daya hambat bakteri dengan nilai sig P < 0,05 yaitu sebesar .000 (Lampiran 14, Tabel XXII).

Pada uji lanjutan yaitu duncan diperoleh hasil kontrol negatif (DMSO) berbeda nyata dengan seluruh konsentrasi ekstrak, seluruh konsentrasi sediaan gel dan pembanding. Konsentrasi ekstrak daun binahong 25% tidak berbeda nyata dengan formula basis gel, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif (DMSO), konsentrasi ekstrak daun binahong 30%, konsentrasi ekstrak binahong 35%, gel ekstrak daun binahong 25%, gel ekstrak daun binahong 30%, gel ekstrak daun binahong 35% dan pembanding. Konsentrasi ekstrak daun binahong 30% tidak berbeda nyata dengan gel eksrak daun binahong 25%, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif (DMSO), konsentrasi ekstrak daun binahong 25%, konsentrasi ekstrak daun binahong 35%, formula basis gel, gel ekstrak daun binahong 25%, gel ekstrak daun binahong 35%, dan pembanding. Konsentrasi ekstrak daun binahong 35% tidak berbeda nyata dengan gel ekstrak daun binahong 25%, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif (DMSO), konsentrasi ekstrak daun binahong 25%, konsentrasi ekstrak daun binahong 30%, formula basis gel, gel ekstrak daun binahong 30%, gel ekstrak daun binahong 35% dan pembanding. Konsentrasi ekstrak daun binahong 35% tidak berbeda nyata dengan gel ekstrak daun binahong 30%, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif (DMSO), konsentrasi ekstrak daun binahong 25%, konsentrasi ekstrak daun binahong 30%, formula basis gel, gel ekstrak daun binahong 25%, gel ekstrak daun binahong 35% dan pembanding. Gel ekstrak daun binahong 35%

tidak berbeda nyata dengan pembanding, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif (DMSO), konsentrasi ekstrak daun binahong 25%, konsentrasi ekstrak

60 daun binahong 30%, konsentrasi daun binahong 35% formula basis gel, dan gel ekstrak daun binahong 30% (Lampiran 14, Tabel XXIII).

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

setiap formula gel termasuk ke dalam kategori lemah. Akan tetapi, semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang ditambahkan ke dalam sediaan gel maka aktivitas antibakteri akan semakin meningkat terhadap Staphylococcus epidermidis (Lampiran 15, Tabel XIV).

Dokumen terkait