• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS

4.1 Hasil Perhitungan RULA

Berdasarkan hasil perhitungan RULA terhadap elemen kerja mengukur kain yang dilakukan oleh penjahit diketahui menghasilkan nilai akhir sebesar 4, dimana nilai tersebut didapatkan berdasarkan penentuan nilai Grand Score melalui hasil nilai Final Score C dan Final Score D sebesar 4 terhadap keduanya.

Hasil nilai skor pada Final Score C didapatkan berdasarkan hasil skor pada lengan atas, lengan bawah, tekukan telapak tangan dan perputaran telapak tangan secara berutut – turut sebesar 2, 1, 2, dan 1, serta skor penggunaan otot dan force load dari penjahit ketika mengukur kain sebesar 1 dan 0. Sedangkan hasil nilai skor pada Final Score D didapatkan berdasarkan hasil skor pada leher, punggung dan kaki secara berturut-turut sebesar 3, 2 dan 1, serta skor penggunaan otot dan force load dari penjahit ketika mengukur kain sebesar 1 dan 0. Setelah itu, diketahui bahwa skor pada lengan atas, pergelangan tangan, punggung dan pada bagian leher menghasilkan nilai skor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh postur tubuh penjahit ketika melakukan aktivitas mengukur kain, seperti posisi lengan atas yang kurang lurus, kemudian posisi pergelangan tangan yang kurang lurus dan condong keatas, lalu posisi punggung yang sedikit membungkuk, serta posisi leher yang agak menunduk. Adapun besarnya nilai akhir yang didapatkan sebelumnya diketahui berada pada tingkat resiko level 2, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa pada aktivitas mengukur kain yang dikerjakan oleh penjahit membutuhkan investigasi lebih lanjut dan mungkin perlu adanya perubahan terhadap postur kerja, seperti merubah postur tubuh berupa lengan atas, punggung dan leher agar tetap tegak selama aktivitas berlangsung, serta mempertahankan posisi telapak tengan agar tetap lurus.

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan RULA terhadap elemen kerja membentangkan kain yang dilakukan oleh penjahit diketahui menghasilkan nilai akhir sebesar 4, dimana nilai tersebut didapatkan berdasarkan penentuan nilai Grand Score melalui hasil nilai Final Score C dan Final Score D secara berturut- turut sebesar 3 dan 4. Hasil nilai skor pada Final Score C didapatkan berdasarkan

hasil skor pada lengan atas, lengan bawah, tekukan telapak tangan dan perputaran telapak tangan secara berutut – turut sebesar 1, 1, 3, dan 1, serta skor penggunaan otot dan force load dari penjahit ketika membentangkan kain sebesar 1 dan 0.

Sedangkan hasil nilai skor pada Final Score D didapatkan berdasarkan hasil skor pada leher, punggung dan kaki secara berturut-turut sebesar 3, 2 dan 1, serta skor penggunaan otot dan force load dari penjahit ketika membentangkan kain sebesar 1 dan 0. Setelah itu, diketahui bahwa skor pada pergelangan tangan, punggung dan pada bagian leher menghasilkan nilai skor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh postur tubuh penjahit ketika melakukan aktivitas membentangkan kain, seperti posisi pergelangan tangan yang kurang lurus dan condong kebawah, lalu posisi punggung yang sedikit membungkuk, serta posisi leher yang agak menunduk. Adapun besarnya nilai akhir yang didapatkan sebelumnya diketahui berada pada tingkat resiko level 2, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa pada aktivitas membentangkan kain yang dikerjakan oleh penjahit membutuhkan investigasi lebih lanjut dan mungkin perlu adanya perubahan terhadap postur kerja, seperti merubah postur tubuh leher dan punggung agar tetap tegak selama aktivitas berlangsung, serta mempertahankan posisi telapak tengan agar tetap lurus.

Terakhir, berdasarkan hasil perhitungan RULA terhadap elemen kerja menjahit kain yang dilakukan oleh penjahit diketahui menghasilkan nilai akhir sebesar 4, dimana nilai tersebut didapatkan berdasarkan penentuan nilai Grand Score melalui hasil nilai Final Score C dan Final Score D sebesar 4 terhadap keduanya. Hasil nilai skor pada Final Score C didapatkan berdasarkan hasil skor pada lengan atas, lengan bawah, tekukan telapak tangan dan perputaran telapak tangan secara berutut – turut sebesar 2, 1, 3, dan 1, serta skor penggunaan otot dan force load dari penjahit ketika menjahit kain sebesar 1 dan 0. Sedangkan hasil nilai skor pada Final Score D didapatkan berdasarkan hasil skor pada leher, punggung dan kaki secara berturut-turut sebesar 3, 2 dan 1, serta skor penggunaan otot dan force load dari penjahit ketika menjahit kain sebesar 1 dan 0. Setelah itu, diketahui bahwa skor pada lengan atas, pergelangan tangan, punggung dan pada bagian leher menghasilkan nilai skor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh postur tubuh penjahit ketika melakukan aktivitas menjahit kain,

seperti posisi lengan atas yang kurang lurus, kemudian posisi pergelangan tangan yang kurang lurus dan condong kebawah, lalu posisi punggung yang agak membungkuk, serta posisi leher yang terlalu menunduk. Adapun besarnya nilai akhir yang didapatkan sebelumnya diketahui berada pada tingkat resiko level 2, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa pada aktivitas menjahit kain yang dikerjakan oleh penjahit membutuhkan investigasi lebih lanjut dan mungkin perlu adanya perubahan terhadap postur kerja, seperti merubah postur tubuh berupa lengan atas, leher dan punggung agar tetap tegak selama aktivitas berlangsung, serta mempertahankan posisi telapak tengan agar tetap lurus.

4.2 Hasil Perhitungan REBA

Berdasarkan hasil perhitungan REBA terhadap elemen kerja mengambil ban yang dilakukan oleh teknisi kendaraan roda empat diketahui menghasilkan nilai akhir sebesar 11, dimana nilai tersebut didapatkan berdasarkan penentuan nilai skor grup C melalui hasil nilai skor grup A dan skor grup B secara berturut- turut sebesar 8 dan 5, serta berdasarkan skor aktivitas dari mengambil ban sebesar 1. Hasil nilai skor A didapatkan berdasarkan hasil skor pada leher, punggung dan kaki secara berutut – turut sebesar 2, 3 dan 2, serta skor berat beban dari teknisi ketika mengambil ban sebesar 2. Sedangkan hasil nilai B didapatkan berdasarkan hasil skor pada lengan atas, lengan bawah, tekukan telapak tangan dan posisi telapak tangan secara berturut-turut sebesar 3, 2 dan 1, serta skor pegangan (Coupling) dari teknisi ketika mengambil ban sebesar 1. Setelah itu, diketahui bahwa skor pada leher, punggung, kaki, berat beban, lengan atas dan lengan bawah menghasilkan nilai skor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh postur tubuh teknisi ketika melakukan aktivitas mengambil ban, seperti posisi leher yang agak menunduk sehingga membentuk sudut yang cukup besar, posisi punggung yang terlalu bungkuk sehingga membentuk sudut yang cukup besar, lalu posisi kaki yang tidak tertopang secara sempurna dan kaki terlalu menekuk, kemudian berat beban yang terlalu berat, posisi lengan atas yang terlalu keatas ketika dalam kondisi jongkok sehingga menghasilkan sudut yang besar, serta posisi lengan bawah yang membentuk sudut yang kecil. Adapun besarnya nilai akhir yang didapatkan sebelumnya diketahui berada pada Action Level 4 yang menunjukan nilai skor akhir REBA sebesar 11-15 dengan level

resiko sangat tinggi, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa pada aktivitas mengambil ban yang dikerjakan oleh teknisi membutuhkan tindakan perbaikan saat itu juga dengan memperbaiki postur tubuh pada saat mengambil ban, seperti merubah postur tubuh berupa punggung dan leher, kemudian pastikan bahwa posisi kaki tetap tertopang secara keseluruhan ketika dalam posisi jongkok, serta memberikan pegangan yang mudah bagi teknisi ketika mengambil ban.

Selanjutnya, hasil perhitungan REBA terhadap elemen kerja membawa ban yang dilakukan oleh teknisi kendaraan roda empat diketahui menghasilkan nilai akhir sebesar 5, dimana nilai tersebut didapatkan berdasarkan penentuan nilai skor grup C melalui hasil nilai skor grup A dan skor grup B sebesar 4 terhadap keduanya, serta berdasarkan skor aktivitas dari membawa ban sebesar 1. Hasil nilai skor A didapatkan berdasarkan hasil skor pada leher, punggung dan kaki secara berutut – turut sebesar 1, 2 dan 1, serta skor berat beban dari teknisi ketika membawa ban sebesar 2. Sedangkan hasil nilai B didapatkan berdasarkan hasil skor pada lengan atas, lengan bawah, tekukan telapak tangan dan posisi telapak tangan sebesar 2 terhadap ketiganya, serta skor pegangan (Coupling) dari teknisi ketika membawa ban sebesar 1. Setelah itu, diketahui bahwa skor pada punggung, berat beban, lengan atas, lengan bawah dan pergerakan pergelangan tangan menghasilkan nilai skor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh postur tubuh teknisi ketika melakukan aktivitas membawa ban, seperti posisi punggung yang sedikit membungkuk, kemudian posisi lengan atas dan lengan bawah yang terlalu menekuk, lalu berat beban yang terlalu berat, serta posisi pergelangan tangan yang agak menekuk keatas. Adapun besarnya nilai akhir yang didapatkan sebelumnya diketahui berada pada Action Level 2 yang menunjukan nilai skor akhir REBA sebesar 4-7 dengan level resiko sedang, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa pada aktivitas membawa ban yang dikerjakan oleh teknisi perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk dengan memperbaiki postur tubuh pada saat membawa ban, seperti merubah postur tubuh punggung untuk tetap tegak secara alamiah, kemudian pastikan bahwa posisi lengan bawah dan telapak tangan tetap lurus, serta memberikan pegangan yang mudah bagi teknisi ketika mengambil ban.

Terakhir, berdasarkan hasil perhitungan REBA terhadap elemen kerja memasang ban yang dilakukan oleh teknisi kendaraan roda empat diketahui menghasilkan nilai akhir sebesar 9, dimana nilai tersebut didapatkan berdasarkan penentuan nilai skor grup C melalui hasil nilai skor grup A dan skor grup B secara berturut-turut sebesar 4 dan 8, serta berdasarkan skor aktivitas dari memasang ban sebesar 1. Hasil nilai skor A didapatkan berdasarkan hasil skor pada leher, punggung dan kaki secara berutut – turut sebesar 1, 2 dan 1, serta skor berat beban dari teknisi ketika memasang ban sebesar 2. Sedangkan hasil nilai B didapatkan berdasarkan hasil skor pada lengan atas, lengan bawah, tekukan telapak tangan dan posisi telapak tangan secara berturut-turut sebesar 5, 1 dan 2, serta skor pegangan (Coupling) dari teknisi ketika memasang ban sebesar 1. Setelah itu, diketahui bahwa skor pada berat beban, lengan atas dan dan pergerakan pergelangan tangan menghasilkan nilai skor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh postur tubuh teknisi ketika melakukan aktivitas memasang ban, seperti beban yang terlalu berat, kemudian posisi lengan atas yang terlalu keatas ketika dalam mengangakat ban sehingga menghasilkan sudut yang besar, serta posisi pergelangan tangan yang agak menekuk keatas. Adapun besarnya nilai akhir yang didapatkan sebelumnya diketahui berada pada Action Level 3 yang menunjukan nilai skor akhir REBA sebesar 8-10 dengan level resiko tinggi, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa pada aktivitas memasang ban yang dikerjakan oleh teknisi perlu segera dilakukan tindakan perbaikan untuk dengan memperbaiki postur tubuh pada saat memasang ban, seperti merubah postur tubuh punggung untuk tetap tegak secara alamiah, kemudian pastikan bahwa posisi lengan atas tidak mengangkat terlalu atas ketika memasang beban yang berat untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, serta memberikan pegangan yang mudah bagi teknisi ketika memasang ban.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dengan metode RULA dan REBA, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut:

 Hasil perhitungan RULA untuk tiga elemen kerja yang diamati seperti mengukur, membentangkan dan menjahit kain menghasilkan tingkat resiko berada pada level 2, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ketiga aktivitas tersebut membutuhkan investigasi lebih lanjut dan mungkin perlu adanya perubahan terhadap postur kerja.

 Hasil perhitungan REBA yang didapatkan untuk elemen kerja mengambil ban berada pada Action Level 4 dengan level resiko sangat tinggi, sehingga tindakan perbaikan perlu dilakukan saat itu juga dengan memperbaiki postur tubuh ketika mengambil ban.

 Hasil perhitungan REBA yang didapatkan untuk elemen kerja membawa ban berada pada Action Level 2 dengan level resiko sedang, sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk dengan memperbaiki postur tubuh ketika membawa ban.

 Hasil perhitungan REBA yang didapatkan untuk elemen kerja memasang ban berada pada Action Level 3 level resiko tinggi, sehingga perlu segera dilakukan tindakan perbaikan untuk dengan memperbaiki postur tubuh ketika memasang ban.

 Usulan untuk mengurangi terjadinya resiko kerja yang terjadi pada operator melalui metode RULA dan REBA adalah dengan memfasilitasi alat kerja yang memadai ketika melakukan pekerjaan secara berulang- ulang, sehingga mampu meminimalisir resiko cedera yang terjadi pada bagian tubuh tertentu ketika bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

McAtamney, L., E. N. Corlett, 1993. RULA: a survey method for the investigation of work related upper limp disorders. Applied Ergonomics.

Volume 24, pp. 94-1-99.

Tarwaka, 2011. Ergonomi Industri, Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

LAMPIRAN

Dokumen terkait