• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI

Bab 1 Bab 1

7- Herlambang Terjun Ke Jembatan

🌸 Bab 2 : Antologi Puisi Ana Maryana : Merawat Diri, Merawat Cinta 🌸

Kesehatan dalam Balutan Kata

Dalam perjalanan hidup, aku—Ana Maryana—belajar bahwa kesehatan bukan sekadar tubuh yang bebas dari sakit. Ia adalah bahasa cinta kepada diri, sebuah doa yang tersembunyi dalam setiap detak, dan pelukan halus yang sering kita abaikan. Melalui puisi-puisi ini, aku ingin menyentuh ruang-ruang kecil di hatimu, agar kita sama-sama belajar merawat diri dengan penuh cinta.

Surat Puitis: Tentang Sayap yang Ingin Terbang Lagi Kepada engkau, Gibran,

yang telah mengajarkanku tentang luka,

tentang cinta yang pernah digunting paksa oleh tangan-tangan kuasa, tentang sayap-sayap yang jatuh sebelum sempat mengecap angkasa.

Aku membaca kisahmu dalam diam, merasakan getir dari halaman ke halaman,

seakan setiap tetes air matamu jatuh pula di pelupuk mataku.

Namun izinkan aku menulis surat ini, bukan untuk menentangmu,

melainkan untuk melanjutkan ceritamu yang belum selesai.

95

Gibran,

mungkin benar, pada masamu, cinta terkurung dalam jeruji adat, tercekik oleh tali perjodohan,

dan sayap yang ingin terbang harus rela dipatahkan.

Namun di sini, pada masaku, aku ingin percaya,

bahwa cinta tak selamanya harus mati muda, bahwa ada ruang bagi jiwa untuk memilih,

bahwa sayap yang patah tak harus selamanya tergeletak.

Gibran,

aku menemukan kekuatan dari reruntuhan, kutemukan keberanian dalam debu luka.

Aku menanam bibit cinta di tanah yang pernah gersang, dan lihatlah—ia mulai tumbuh,

ia tak takut lagi pada badai.

Jika engkau bertanya,

bagaimana aku bisa percaya setelah patah?

Aku akan menjawab:

karena aku memilih untuk percaya.

Karena aku memilih untuk hidup,

bukan dalam bayang-bayang kehilangan, tapi dalam cahaya yang kutumbuhkan sendiri.

Gibran,

aku tahu, cinta itu suci,

tapi kesucian bukan alasan untuk menyerah. 96

Aku memilih mencintai dengan gigih,

meski jalan di hadapanku penuh luka.

Mungkin sayapku pernah patah seperti yang kau tuliskan, tapi aku menolak menjadi tanah kuburnya.

Aku akan menumbuhkan sayap baru,

dan ketika aku terbang, aku akan membawa kisahmu bersamaku, bukan sebagai kisah yang layu,

tapi sebagai akar dari keberanianku.

Gibran,

kisahmu hidup dalam diriku, dan kini aku menerbangkannya.

Salam dari seseorang yang memilih terbang, meski pernah jatuh.

"Sayap yang Kembali Tumbuh Kembali"

(Menjawab Sayap-Sayap Patah) Aku telah membaca lukamu,

dalam setiap kata yang kau titipkan pada angin, tentang cinta yang dikurung dalam sangkar,

tentang sayap yang dipatahkan sebelum sempat mengepak langit.

Namun dengarlah, Gibran,

sayap yang patah bukanlah akhir perjalanan,

ia hanya jeda—seperti hujan yang menenangkan luka, seperti malam yang memeluk nestapa.

97

Karena cinta,

meski pernah diremukkan oleh tangan-tangan kekuasaan, punya cara sendiri untuk menyembuhkan,

punya musim di mana ia kembali mekar, punya waktu di mana sayap itu tumbuh lagi, lebih kuat, lebih berani, lebih siap terbang.

Aku tidak lagi percaya

bahwa cinta harus dikubur dalam diam, aku menanamnya di dada,

kubiar ia menjadi pohon yang rindang,

memberi teduh bagi jiwa-jiwa yang pernah tersesat.

Gibran, aku menjawabmu:

jika cinta harus berjuang, maka aku pejuangnya.

jika sayapku patah, maka aku penumbuhnya.

jika dunia menolak, maka aku adalah dunia kecil yang tetap memberi ruang untuk terbang.

Karena cinta yang sejati tidak lahir untuk disesali, cinta lahir untuk diperjuangkan, untuk hidup, untuk menembus langit

meski dengan sayap yang dulu pernah patah.

Wahai jiwa yang terhempas di reruntuhan cinta, kulihat lukamu masih basah,

kulihat sayapmu patah,

tergeletak di pelataran nasib yang tak adil.

98

Namun, dengarlah,

meski angin telah mencabik bulu-bulu harapanmu, meski waktu menanamkan getir dalam jantungmu, tak ada sayap yang benar-benar mati.

Di balik setiap patah,

ada helai baru yang diam-diam tumbuh, di balik setiap kehilangan,

ada jalan pulang yang tak pernah runtuh.

Kau menulis tentang cinta yang direnggut, tentang langit yang menjadi musuh, tentang hukum manusia yang mengiris.

Tapi ketahuilah—

cinta sejati tak tunduk pada hukum bumi,

cinta adalah burung yang tak pernah kehabisan langit.

Bangkitlah,

rakitkan luka menjadi sayap yang lebih kuat, biarlah kenangan menjadi angin,

yang kelak akan membawamu terbang lebih tinggi.

Kita tak selamanya menjadi tawanan derita, sebab jiwa yang mencintai dengan tulus akan menemukan jalannya sendiri, melampaui batas,

melampaui waktu.

Dan mungkin,

dalam keheningan yang baru, 99

kau akan bertemu cinta yang tak lagi direnggut, tapi dipeluk oleh semesta.

Tak selamanya sayap yang patah harus selamanya rapuh dalam luka.

Dari serpihan yang jatuh, tumbuh harapan yang baru.

Wahai jiwa yang pernah runtuh, ketahuilah—

cinta yang murni tak selalu berakhir dalam nestapa, kadang ia hanya menunggu

waktu yang tepat untuk mekar.

Engkau berkata,

"Sayapku patah, aku tak bisa terbang."

Namun, tidakkah kau lihat?

Langit tak memerlukan sayap—

ia memerlukan keberanianmu untuk menatapnya lagi.

Aku datang bukan untuk menghapus lukamu, tapi untuk berdiri bersamamu

membalut retak-retak itu

dengan benang cahaya dan peluh kesabaran.

Karena dari patahmu,

aku belajar bagaimana merakit terbang.

Dari sedihmu,

aku tahu bagaimana menumbuhkan sayap yang lebih kuat.

100

Jangan takut mencinta lagi,

jangan takut terbang lagi—

kadang, patah adalah cara semesta mengajarkan kita cara mengepak lebih bijak, lebih teguh.

Mari kita terbang,

bukan untuk melupakan luka, tetapi untuk merayakan

bahwa kita mampu melewatinya.

"Aku Menolak Patah"

(Menjawab Sayap-Sayap Patah) Engkau berkata,

cinta terpenjara oleh adat,

sayap terpotong sebelum terbang,

dan langit menjadi mimpi yang tak tergapai.

Tapi dengarlah aku,

aku lahir dari serpihan luka yang kau tinggalkan,

aku tumbuh dari air mata yang jatuh di halaman kisahmu.

Aku menolak menjadi kisah yang sama.

Aku menolak patah.

Cinta, bagiku,

bukan hanya tentang kepasrahan yang tenang, 101

tetapi tentang nyala yang melawan, tentang sayap yang menolak diam, tentang langit yang harus tetap kukejar meski dengan tubuh yang penuh luka.

Jika adat menolak,

aku akan mengetuk pintu yang lebih jauh.

Jika dinding mengurung,

aku akan menjadi cahaya yang menembusnya.

Gibran,

kau mengajarkanku keindahan kesedihan,

tapi aku ingin mengajarkanmu kekuatan harapan.

Cinta itu bukan untuk dikubur, bukan untuk hanya ditangisi.

Cinta adalah untuk diperjuangkan, untuk diselamatkan,

untuk diterbangkan.

Aku menolak patah.

Aku memilih tumbuh.

Aku memilih terbang.

Karena cinta sejati,

selalu menemukan jalannya, bahkan ketika dunia berkata:

“Tidak.”

102

Kau bicara tentang sayap yang patah,

tentang cinta yang direnggut di tengah mekar.

Tapi dengarlah, Gibran,

di antara reruntuhan, aku menemukan embun, di antara luka, aku belajar terbang.

Tak semua patah adalah akhir,

kadang ia adalah pangkal dari keberanian baru.

Kadang sayap yang robek

mengajari kita cara menari dalam badai, bukan sekadar melayang di langit tenang.

Kau menangis di altar kehilangan, aku tersenyum di pelataran harapan.

Cinta, bagiku, bukan untuk dikurung dalam adat, bukan untuk dibunuh oleh tangan ayah,

cinta adalah perlawanan yang lembut, adalah kesetiaan pada suara hati yang jernih.

Jika mereka mematahkan sayapku, maka aku akan berjalan.

Jika mereka mengikat kakiku, maka aku akan merangkak.

Dan jika dunia menertawakan luka kita,

mari kita jawab dengan senyum yang tetap mekar.

Karena aku percaya sayap yang patah

dapat tumbuh kembali

pada jiwa yang tak mau menyerah. 103

PUISI PUISI TENTANG KESEHATAN

1. Tubuh yang Ingin Didengarkan

Dokumen terkait