BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
8. Hubungan Assessment Berbasis STEM Dengan Berpikir Kreatif
proses pembelajaran yang bertujuan untuk memantau perkembangan proses pembelajaran yang meliputi berpikir kreatif siswa menciptakan hal- hal baru, menemukan banyak ide atau solusi dari pemecahan suatu masalah, dan menghubungan pengetahuan. STEM merupakan singkatan dari sebuah pendekatan pembelajaran yaitu science, technology, engineering, and mathematics, yang berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang nyata. Jadi dengan adanya asesmen berbasis STEM maka dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah, sehingga siswa dididik untuk berpikir kreatif, analitis dan fokus kepada solusi.26
9. Interaksi Makluk Hidup Dengan Lingkungan a. Pengertian Lingkungan
Istilah lingkungan berasal dari kata "Environment", yang memiliki makna “the physical, chemical,and bitik,condition, surrounding an organism” Berdasarkan istilah tersebut, lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu di luar individu. Segala sesuatu di luar individu merupakan sistem yang kompleks, sehingga dapat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi yang saling mempengaruhi ini membuat lingkungan selalu dinamis dan dapat berubah-rubah sesuai dengan kondisi. Selain itu, komponen lingkungan itu dapat saling
26Lia Choiriah, “Efektivitas Pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, And Mathematics) Terhadap Sikap Ilmiah Dan Pemahaman Konsep Siswa” (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2019), h. 3.
mempengaruhi dengan kuat. Ada saatnya kualitas lingkungan berubah menjadi baik dan tidak menutup kemungkinan untuk berubah menjadi buruk. Perubahan itu dapat disebabkan oleh makhluk hidup dalam satu lingkungan tersebut. Lingkungan terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan abiotik.
1) Komponen biotik, terdiri atas makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.
2) Komponen abiotik, terdiri atas benda-benda tidak hidup di antaranya air, tanah, udara, dan cahaya.
b. Hal-hal yang Ditemukan dalam Suatu Lingkungan
Setiap makhluk hidup memerlukan lingkungan tertentu sebagai tempat hidupnya. Tahukah kamu, tempat hidup dinamakan Dalam suatu habitat, terdapat berbagai jenis makhluk hidup (biotik ) dan makhluk tak hidup ( abotik). Tempat yang kamu kunjungi merupakan suatu habitat bagi suatu makhluk hidup. Pada tempat tersebut akan terjadi interaksi antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup.
c. Interaksi dalam Ekosistem Membentuk Suatu Pola
1) Interaksi Antara Makhluk Hidup dengan Makhluk Hidup yang Lain.
Interaksi ini dapat terjadi melalui rangkaian peristiwa makan dan dimakan. Seperti rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan. Selain itu, melalui bentuk hidup bersama, yaitu simbiosis.
2) Macam-Macam Simbiosis
Simbiosis merupakan bentuk hidup bersama antara dua individu yang berbeda jenis. Ada tiga (3) macam simbiosis, yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme.
Simbiosis mutualisme merupakan suatu hubungan dua jenis individu yang saling memberikan keuntungan satu sama lain. simbiosis komensalisme adalah hubungan interaksi dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu pihak, tetapi pihak lain tidak mendapatkan kerugian. Simbiosis parasitisme merupakan hubungan dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu pihak dan kerugian pada pihak yang lain.
Contoh simbiosis mutualisme adalah antara jamur dan akar pohon pinus. Jamur mendapatkan makanan dari pohon pinus, sedangkan pohon pinus mendapatkan garam mineral dan air lebih banyak jika bersimbiosis dengan jamur.
Contoh simbiosis komensalisme adalah antara tanaman anggrek dengan pohon mangga. Tanaman anggrek mendapatkan keuntungan berupa tempat hidup, sedangkan pohon mangga tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian dari keberadaan tanaman anggrek tersebut.
Contoh simbiosis parasitisme adalah antara kutu rambut dan manusia. Kutu rambut memperoleh keuntungan dari manusia berupa
darah yang dihisap sebagai makanannya sedangkan manusia akan merasakan gatal pada kulit dikepalanya.27
B. Kajian Peneliti Terdahulu
Penelitian ini didasari dari sebuah penelitian terdahulu antara lain sebagai berikut:
1. Parwati Dewi Jatiningsi. Pengembangan Penilaian Portopolio Untuk Menilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Banjar Bali Kecamatan Beleleng Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini bertujuan untuk Menilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Banjar Bali Kecamatan Beleleng Tahun Pelajaran 2018/2019.
Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen penilaian portofoio memenuhi kriteria valid, dan mendapat tanggapan baik dari siswa dan guru.28
Persamaan: sama-sama bertujuan untuk menilai atau mengukur kemampuan berikir kreatif siswa.
Perbedaan: penelitian ini menggunakan asesmen berbasis STEM sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan penilaian portofolio pada siswa kelas IV SD.
27Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti, dan Siti Nurul Hidayati, ilmu pengetahuan alam, (jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2017). h. 29-35.
28Parwati Dewi Jatiningtyas, ‘Pengembangan Penilaian Portofolio Untuk Menilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Iv Sd Negeri 2 Banjar Bali Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2018 / 2019’, Jurnal Pendidikan Hindu Jurusan Pendidikan Agama Fakultas Dharma Negeri Denpasar, 6.2 (2019), 68.
2. Supahar, dkk. Pengembangan Asesmen Kinerja Berbasis STEM Untuk Meningkatkan Softskill Dan Hardskill Peserta Didik Pada Pembelajaran fisika SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja kemampuan soft sklill dan hard skill peserta didik Pada Pembelajaran fisika SMA yang memenuhi valid dan reliable. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen tersebut di katakana valid dan reliable.29
Persamaan: sama-sama menggunakan asesmen berbasis STEM
Perbedaan: penelitian ini menggunakan asesmen STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa sedangkan penelitian sebelumnya bertujan untuk Meningkatkan Softskill Dan Hardskill Peserta Didik Pada Pembelajaran fisika SMA.
3. Iqbal Habibi, dkk. Pengembangan Instrumen Asesmen Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Asam-Basa Arrhenius. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik tanggapan guru dan respon siswa terhadap instrumen asesmen kemampuan berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen asesmen hasil pengembangan valid dan layak untuk digunakan.30
Persamaan: sama-sama menggunkan instrumen asesmen kemampuan berpikir kreatif siswa.
29Supahar, Edi.Istiyono, “Pengembangan Asesmen Kinerja Berbais Stem Untuk Meningkatkan Softskill dan Hardskill Peserta Didik Pada Pembelajaran Fisika Sma”,(yogyakarta:
universista negeri yogyakarta, 2015), h. 2
30Habiby, Iqbal, Ratu Betta Rudibyani, and Tasviri Efkar. "Pengembangan Asesmen Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Asam-Basa Arrhenius." Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia 4.3 (2015): 985-996.
Perbedaan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen asesmen STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Sedangkan penelitian sebelumnya yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik tanggapan guru dan respon siswa terhadap instrumen asesmen kemampuan berpikir kreatif.
C. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran IPA kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan, karena kemampuan berpikir kreatif mampu mendorong siswa terampil dalam memecahkan masalah maupun memberikan suatu alternatif baru yang bervariasi dalam memecahkan masalah. Namun pada kenyataannya kemampuan berpikir kreatif ini jarang dilatih, kebanyakan soal cenderung melatih aspek ingatan yang tidak bisa digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa, akibatnya kemampuan berpikir kreatif siswa kurang berkembang. Kemampuan berpikir kreatif itu sendiri merupakan proses kontruksi ide yang menekanan pada aspek kelancaran, keluwesan, dan keteperincian. Kemampuan berpikir kreatif juga merupakan cara baru dalam memahami sesuatu.31
Mengingat kreativitas dalam pembelajaran IPA sangat penting, maka diperlukan suatu asesmen yang dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga perlu adanya asesmen berbasis STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi interaksi makhluk hidup
31Inge Wiliandani Setya Putri, dkk. ‘Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Menyelesaikan Masalah Kesebangunan Di SMPN 11 Jember’. Jurnal edukasi vol 4.3 (2017). h. 59
dengan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Permasalahan
1. Belum diterapkannya instrumen assessment test berbasis STEM
2. Kebanyakan soal cenderung melatih aspek ingatan
3. Dalam proses penilaian guru jarang membuat soal sendiri
Kemampuan berpikir kreatif siswa kurang berkembang
Perlu dikembangan Instrumen assessment test berbasis STEM
pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Instrumen assessment test berbasis STEM yang layak untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa akibatnya
STEM merupakan gabungan dari empat disiplin ilmu yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika dengan proses pendidikan berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang nyata Solusi
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (R&D) yang mengacu pada pengembangan menurut teori Borg dan Gall. Menurut Sugiyono metode Penelitian dan Pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Metode penelitian Research and Development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (R&D).32
32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta CV, 2019). h. 298.
Potensi dan masalah
Pengumpulan data
Potensi dan masalah
Desain produk
Validasi desain
Revisi desain Uji coba
produk Revisi
produk Uji coba
pemakaian
Revisi produk
Produk masal
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
penelitian ini dilakukan di SMPN 18 Kota Bengkulu, yang berlokasi di Jl.
KS. Tubun, Jalan Gedang, Kec. Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Bengkulu 38225.
2. Waktu penelitian
Pada penelitian ini dilaksanakan dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan, dimulai awal bulan Desember 2020 sampai dengan bulan Oktober 2021
C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan menurut teori Borg dan Gall yang terdiri dari 10 langkah seperti pada gambar 3.1 diatas. Dari 10 langkah tersebut akan dibatasi peneliti disederhakan menjadi 8 tahap. Peneliti tidak melakukan uji coba secara luas dan produk masal. Pengembangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk memudahkan dalam proses penelitian. Puslitjaknov menjelaskan prosedur pengembangan yang dilakukan Bord & Gall dapat disederhanakan, hal ini tidak mengurangi makna dari 10 langkah pengembangan seperti yang diungkapkan Bord & Gall yang memaklumi peneliti membatasi langkah-langkah pengembangan.33
33Permana, Anggi. "Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Sistem Pengapian Berbasis Komputer Untuk Pembelajaran Di SMK Ma’arif Salam Magelang." Laporan Penelitian.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (2015).
Langkah-langkah pengembangan sebagai berikut:
Gambar 3.2 langkah-langkah pengembangan setelah diadaptasi.
1. Potensi dan masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMPN 18 Kota Bengkulu, bahwa asesmen tes berbasis STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa belum diterapkan. Dalam proses penilaian guru jarang membuat soal sendiri. Kebanyakan soal cenderung mengukur aspek ingatan yang tidak dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga perlu dikembangkan instrumen assessment test berbasis STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kajian teori yang relevan.
Informasi yang diperoleh perlu dikembangkannya assessment test berbasis STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Seperti, menganalis soal-soal MID, UAS, UN, dan juga dari internet. Dimana hal itu dilakukan untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat digunakan agar menunjang pengembangan instrumen penilaian berpikir kreatif siswa.
Potensi dan masalah
Pengumpulan data
Potensi dan masalah
Pengembangan produk
Validasi ahli
Revisi ahli Uji coba
produk Revisi
produk Produk
akhir
3. Pengembangan Produk
Langkah selanjutnya pembuatan cover produk. Untuk memudahkan peneliti dalam membuat instrumen asesmen, maka peneliti harus menentukan gambaran-gambaran yang akan disajikan dalam instrumen asesmen tersebut. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pembuatan cover awal produk pengembangan instrument assessment test berbasis STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan.
b. Identifikasi KI dan KD, serta jenis materi yang akan dikembangkan untuk menentukan indikator pembelajaran. Langkah yang dilakukan yaitu menguraikan KI menjadi indikator pembelajaran.
c. Indikator berpikir kreatif dibuat menurut Munandar yaitu Fleuncy (kelancaran), Flexibility (keluwesan), Kebaruan, dan Elaboration (keterperincian).
k. Membuat kisi-kisi soal berbasis STEM yang dibuat berdasarkan indikator berpikir kreatif.
l. Membuat matrik soal
m. Mengembangan produk awal soal tes dalam bentuk essay.
n. Penyusunan instrumen validasi soal. Instrumen validasi soal yang akan digunakan yaitu berupa angket yang diberikan kepada ahli asesmen, ahli materi, ahli bahasa, serta praktisi pengguna.
4. Validasi ahli
Validasi ahli merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk yang dikembangkan layak digunakan. Validasi dapat dengan cara menghadiri beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Validasi ahli dilakukan oleh validator dengan tujuan instrumen yang digunakan untuk mengukur kevalidan produk, yaitu ahli materi, ahli instrumen ahli bahasa, serta praktisi.
5. Revisi ahli
Setelah produk divalidasi oleh validator maka akan dapat diketahui kelemahan-kelemahan suatu produk yang telah dikembangkan.
Kelemahan tersebut kemudian diperbaiki untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi. Menurut Lufri validator adalah orang yang memvalidasi (menilai) kelayakan instrumen. Kriteria pemilihan validator berdasarkan masukan dari pembimbing dengan mempertimbangkan keahlian validator pada bidang materi, bahasa dan media.34
Angket validasi ahli materi diadaptasi dari Okaviani, dkk yang meliputi penyajian, kualitas isi, kontruksi, dan penggunaan. Validasi ini perlu dilakukan karena berguna untuk mengetahui kelengkapan materi, kebenaran materi, dan sistematika materi.35
34Syahmaidi, Eril. "Pengembangan Media E-Learning Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Kelas XI SMA." Jurnal Ipteks Terapan 9.1 (2017).
35Okaviani, Elisa, Noor Fadiawati, and Nina Kadaritna. "Pengembangan Instrumen Asesmen Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Materi Hukum-Hukum Dasar Kimia." Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia 4.1 (2015): 324-338.
Angket validasi ahli bahasa diadaptasi dari Qoriah, dkk yang meliputi lugas, komunikatif, kesesuaian dan kaidah EBI, yang bertujuan untuk memeriksa pengunaan bahasa yang digunakan seperti kosa kata yang dipakai, tanda baca, simbol atau istilah-istilah yang digunakan.36
Angket validasi ahli asesmen diadaptasi dari Fitriani yang meliputi kisi-kisi soal, butir-butir soal, rubrik penilaian, dan kunci jawaban, yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari soal-soal yang telah dibuat.37 6. Uji Coba produk
Produk yang telah direvisi, selanjutnya diuji cobakan pada peserta didik. Pengujian dilakukan dengan memberikan instrumen asesmen dan angket penilaian pada 10 orang siswa yang dipilih secara acak. Selain mencari tanggapan siswa, pada langkah ini juga mencari tanggapan guru yang diukur dengan angket. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui penilaian oleh siswa dan guru, pada uji keterbacaan aspek yang dinilai untuk guru yaitu aspek yang dinilai konstruksi, bahasa, dan kaidah penulisan, sedangkan pada respon siswa aspek yang dinilai isi dan bahasa.
7. Revisi Produk
Berdasarkan uji coba produk dalam bentuk kelompok kecil data hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam revisi produk tersebut. Jika produk sudah benar dan layak selanjutnya akan melakukan tahap berikutnya.
36Qoriah, Y., U. Sumarno, and N. Umamah. "The Development Prehistoric of jember Tourism Module using Dick and Carey Model." Jurnal Historica 1.1 (2017).
37Fitriani, Eka. Pengembangan Instrument Assessment Hots (High Order Thinking Skill) pada Mata PelajaraN IPS Terintegrasi Nilai-Nilai Pembangunan Karakter Kelas V SD/MI dI Bandar Lampung. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2019.
8. Produk akhir
Setelah semua langkah dilakukan dan sudah tidak ada revisi lagi maka produk akhir yang dihasilkan adalah instrumen assessment test berbasi STEM untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.38
D. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian pengembangan penilaian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari saran dan masukan perbaikan dari ahli instrumen, ahli materi, ahli bahasa, serta respon dan guru dan siswa, yang nantinya akan dianalisis. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari uji coba produk awal soal dan produk utama soal berpikir kreatif siswa yang dikembangkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris untuk penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain yaitu:
1. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertayaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket dalam penelitian dan pengembangan assessment test diberikan kepada validator dan peserta didik untuk menilai produk yang dikembangkan yaitu angket validasi untuk validator ahli
38Sugiyono. Metode Penilaian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
(Bandung: Alfabeta. 2019). h. 298-302.
materi, ahli bahasa, dan ahli asesmen, serta angket untuk respon guru dan respon peserta didik yang digunakan untuk uji coba kelayakan produk.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti tau yang diberi tugas melakukan pengumpulan data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti melakukan responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit.
F. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis deskriptif. Dimana teknik deskriptif ini dilaksanakan dengan menggunakan statistik deskriptif, statistik deskriptif merupakan statistic yang memiliki tugas mengorganisasikan dan menganalisis data berupa angka, agar bisa memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan juga jelas mengenai suatu gejala, peristiwa ataupun keadaan sehingga bisa menarik suatu kesimpulan.39
1. Teknik Analisis Validasi Instrumen asesmen
Peneliti membuat lembar validasi yang berisikan pernyataan.
Kemudian validator mengisi angket dengan memberikan tanda centang pada kategori yang telah disediakan oleh peneliti berdasarkan skala likert yang terdiri dari 5 skor penilaian sebagai berikut:
39Anas Sudijono, Pengantar Statistic Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 4.
Tabel 3.1 skor kriteria kelayakan untuk validasi Keterangan Skor
Sangat Baik (SB) 5 Baik (B) 4
Cukup (C) 3
Kurang (K) 2
Sangat Kurang (SK) 1 (Sumber:Bustami, 2012)40
Selanjutnya interpretasi skor dihitung berdasarkan skor perolehan tiap aspek menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑝 =𝑓
N ×100%
Keterangan :
P = angka persentase data angket f = jumlah skor yang diperoleh N= jumlah skor maksimum
Data yang diperoleh merupakan data yang berupa angka.
Selanjutnya kelayakan asesmen digolongkan kedalam kategori kelayakan sesuai dengan skala likert yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor Validasi Penilaian Kriteria Interpretasi 81%≤ 𝑛 ≤ 100 % Sangat layak 61%≤ 𝑛 <81% Layak 41%≤ 𝑛 <61% Cukup layak 21%≤ 𝑛 < 41% Tidak layak 0%≤ 𝑛 < 21% Sangat tidak layak
(Sumber: Rahmawati, 2020)41
40 Bustami Rahaman. Pengantar Metodologi Penelitian Dasar. (Surabaya: Elkaf, 2007).h.
192
41 Rahmawati. “Pengembangan Herbarium Book Tumbuhan Paku Sebagai Media Pembelajaran Ipa Materi Kelasifikasi Mahluk Hidup Siswa Kelas VII”. ( Skripsi S1, Jurusan SINS dan Sosial, Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, 2020).h. 42
2. Teknik Analisis Respon Guru dan Peserta Didik
Angket respon guru dan peserta didik ini berisi pertayaan, selanjutnya guru dan peserta didik mengisi angket yang sudah disediakan dengan memberikan tanda centang terhadap kategori yang diberikan pada peneliti berdasarkan skala likert yang terdiri atas 5 ukuran penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Penskoran Angket Keterangan Skor Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
(Sumber: Parmin, 2012)42
Hasil angket respon guru dan peserta didik akan dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑝 =
𝑓𝑛×100 %
Keterangan :
P : Angka persentase data angket F : Jumlah skor yang diperoleh N : Jumlah skor maksimum
Data yang diperoleh merupakan data yang berupa angka.
Selanjutnya kelayakan asesmen digolongkan kedalam kategori kelayakan sesuai dengan skala likert yaitu sebagai berikut:
42Parmin, ‘Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Berwawasan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat’, Jurnal Penelitian Pendidikan, 29. 2, (2012), h. 132.
Tabel 3.4 Kriteria Interpresentasi Kelayakan Penilaian Kriteria Interpresentasi 81≤ P ≤ 100% Sangat Layak
61 ≤ P < 80% Layak 41≤ P 60% Cukup Layak 21 ≤ P < 40% Tidak Layak
0 ≤ P < 21% Sangat Tidak Layak
(Parmin, 2012)43 3. Teknik validitas
Validitas empirik ditentukan oleh validitas butir soal dihitung berdasarkan uji coba. Data empirik diuji dengan menggunakan bantuan program SPSS 25. Setiap item soal dan kuesioner dapat diketahui tingkat validitasnya dengan cara memperhatikan angka pada Correted Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai rhitung) selanjutnya dibandingkan dengan nilai rtabel. Jika:44
1) rhitung > rtabel berarti item tersebut valid 2) rhitung < rtabel berarti item tersebut tidak valid 4. Teknik Reliabilitas
Reliabilitas sering kali disebut derajat konsistensi, ialah sebuah alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi, maksudnya adalah meskipun pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan alat ukur tersebut, hasil pengukurannya adalah informasi yang sama atau mendekati sama. Pada penelitian ini, untuk mengetahui konsistensi score terhadap item soal
43Parmin, ‘Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Berwawasan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat’, Jurnal Penelitian Pendidikan, 29. 2 (2012), h. 13
44Ridwan, Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, dan Bisnis, (Bandung, Alfabeta, 2009), h. 353.
dan kuesioner dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 25. Setiap kekonsistenan item soal dan kuesioner dapat diketahui dengan mengetahui koefisien Alpha Cronbach merupakan indeks internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan.45
Instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach lebih dari 0,70. Kriteria interprestasi koefisien reliabilitas menurut Arikunto dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 3.5 Interprestasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interprestasi 0,80 < r11 ≤ 1,00
0,60 < r11 ≤ 0,80 0,40 < r11 ≤ 0,60 0,20 < r11 ≤ 0,40 0,00 < r11 ≤ 0,20
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah (Rostiana S, 2011)46 5. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu pokok uji atau soal (dilambangkan dengan P) adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada pokok uji atau soal. Tingkat kesukaran pada penelitian ini menggunakan perhitungan SPSS 25, dengan klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Indeks Kesukaran (P) Kategori Soal 0,00- 0,30
0,31- 0,70 0,71- 1,00
Sukar Sedang Mudah
(Kusaeri, 2014)47
45Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 273.
46Rostiana Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 59.