BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
C. Hubungan Antar Variabel
terhadap kualitas laporan keuangan.
Secara bersama-
sama Dewan
Komisaris dan Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
memiliki karakteristik pencegahan dan detektif. Dan dalam konteks ini, sangat jelas bahwa pengendalian internal adalah langkah pencegahan terhadap penipuan. Hasil penelitian Gusnardi (2011) menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Selain itu adapun penelitian lain yang sejalan yaitu Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017) yang menemukan adanya pengaruh signifikan pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
2. Hubungan Audit Internal dengan Pencegahan Kecurangan (fraud) Kecurangan (fraud) ialah suatu tindakan mengambil keuntungan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan untuk dirinya sendiri atau kelompok. Untuk mengatasi masalah kecurangan ini, diperlukan suatu pengawasan. Untuk memperoleh hasil pengawasan yang baik, dibutuhkan audit internal yang baik dan cakap. Manajemen siap menghadapi perubahan ekonomi yang cepat di era globalisasi apabila memiliki auditor internal yang baik, selain itu juga berbagai persaingan, permintaan pelanggan serta restrukturisasi untuk kemajuan di masa yang akan datang.
Lemahnya audit internal di dalam perusahaan akan mengakibatkan pencegahan kecurangan tidak berjalan baik dan efektif. Namun sebaliknya audit internal yang kuat dan kompeten dapat mendorong pencegahan kecurangan dalam suatu perusahaan berjalan dengan baik dan efektif sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan (Hery, 2010:64).
Peran audit internal yang efektif memberi pengaruh besar dalam usaha mencegah terjadinya kecurangan, dengan adanya audit internal maka pemeriksaan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang.
Hasil penelitian Gusnardi (2011) menunjukkan bahwa audit internal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Peneliti lainnya seperti Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017) juga mengatakan bahwa audit internal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
3. Hubungan Risk based audit dengan Pencegahan Kecurangan (fraud) Risk based audit atau audit berbasis risiko adalah metode pengecekan yang digunakan untuk menjamin bahwa risiko telah dikelola dengan batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen perusahaan.
Pendekatan audit ini lebih fokus dalam meninjau risiko-risiko baik strategis, operasional, finansial, regulasi dan risiko lainnya yang dihadapi oleh organisasi.
Dalam risk based audit, daerah yang berisiko tinggi diaudit, sehingga dapat segera diketahui manajemen dan diperbaiki sitem kontrolnya. Risk- based audit juga memberi keyakinan bahwa seluruh tanggung jawab manajemen telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Tanggung jawab manajemen yang utama termasuk memastikan pengendalian internal telah memadai dan pelaksanaan manajemen risiko dilakukan secara tepat, diikuti oleh unit kerja dan fungsi perusahaan.
Risk based audit sangat penting untuk dijalankan. Dengan adanya metode pendekatan audit ini dapat membantu terpenuhinya tanggung jawab manajemen secara efektif. Pihak manajemen bertanggungjawab dalam memastikan pengendalian internal berjalan dengan baik dan proses manajemen risiko juga berjalan secara efektif. Risk based audit dapat menjadi sistem pengecekan terhadap kontrol organisasi dan meningkatkan kemampuan dalam menelaah adanya fraud atau masalah lainnya. Menurut penelitian Rozali dan Mohammad (2015), terdapat pengaruh positif antara pelaksanaan risk based audit terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
4. Hubungan Komite Audit dengan Pencegahan Kecurangan (fraud) Komite audit merupakan salah satu bagian kelembagaan sistem tata kelola perusahaan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam pengendalian dan pengawasan. Kehadirannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengendalian internal perusahaan, yang bertujuan untuk melindungi para pemegang saham dan stakeholder dengan optimum sehingga terhindar dari berbagai kecurangan (IKAI, 2010).
Keberadaan dari komite audit diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin dalam upaya pencegahan kecurangan, karena komite audit berperan besar dalam pengawasan. Komite Audit menelaah kejadian tertentu atau kondisi yang berdampak pada pencapaian tujuan organisasi (risiko dan peluang), menilai besarnya dampak, menentukan strategi, dan memonitor perkembangan yang dapat menjadi pertimbangan pengambilan
keputusan. Dengan mengidentifikasi ikut aktif dalam mengatasi risiko dan peluang, perusahaan dapat melindungi dan menciptakan nilai bagi para stakeholder, termasuk pemilik, karyawan, pelanggan, masyarakat dan juga regulator/pemerintah.
Komite audit memberikan arahan untuk menyempurnakan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya dan menelaah hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas. Selain itu Komite Audit memiliki tugas meninjau pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dijalankan Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Eksternal sehingga pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar dapat dicegah. Hasil penelitian Gusnardi (2011) menunjukkan bahwa peran komite audit berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan.
5. Hubungan Whistleblowing system dengan Pencegahan Kecurangan (fraud)
Selain faktor pengendalian internal, audit internal, risk based audit dan peran komite audit, diperlukan juga kesediaan seseorang untuk mengungkapkan dan melaporkannya saat mengetahui adanya tindakan pelanggaran di dalam perusahaan atau yang dikenal dengan istilah whistleblowing. Whistleblowing itu sendiri ialah upaya seorang pegawai atau mantan pegawai suatu organisasi untuk melaporkan sesuatu yang dia
yakini merupakan kesalahan atau kecurangan yang terjadi dalam perusahaannya (Jalil, 2013).
Whistleblowing system dapat dengan cepat mengidentifikasi penyalahgunaan wewenang/tanggung jawab sehingga dapat meningkatkan efisiensi, meningkatkan moral pegawai, menghindari tuntutan hukum, dan menghindari reputasi negatif. Pemerintah Indonesia tertarik untuk mengadopsi sistem ini setelah melihat kesuksesan penerapan whistleblowing system di berbagai perusahaan dan negara di dunia untuk mencegah dan melaporkan tindakan yang tidak sesuai kode etik. Hasil penelitian Suastawan, Sujana dan Sulindawati (2013) menunjukkan bahwa whistleblowing berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Selain itu, Cahyo dan Sulhani (2017) juga mengatakan bahwa whistleblowing system berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan (fraud).
6. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk based audit, Komite Audit, dan Whistleblowing system dengan Pencegahan Kecurangan (fraud)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai masing-masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini, maka diharapkan pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system akan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) secara bersama-sama.
7. Hubungan Pengendalian Internal dengan Kualitas Laporan Keuangan
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan bagi para investor, kreditor dan para pengguna lainnya dan menjamin bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai ketentuan pelaporan. Tujuan sistem pengendalian internal yakni menjaga keandalan pelaporan keuangan, dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian internal dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan mengingat sistem pengendalian internal dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi, sehingga akan menghasilkan laporan yang benar, tidak menyesatkan, mencegah kemungkinan terjadinya penggelapan- penggelapan.
Pengendalian internal dikatakan semakin efektif dan berkualitas apabila manajemen mampu mengoperasionalkan fungsi-fungsinya, menyajikan informasi akuntansi dengan baik. Efektivitas pengendalian intern dalam organisasi akan menjamin pelaksanaan pembukuan secara objektif, dapat dipercaya sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas, sesuai dengan tujuan pengendalian internal (Kartadinata, 2016). Hasil penelitian Bagus Pramudityo (2017) menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Namun Eka Widyaningtias (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
8. Hubungan Audit Internal dengan Kualitas Laporan Keuangan
Audit internal merupakan audit yang dilaksanakan dengan pemeriksaan yang sistematis atas catatan-catatan, prosedur dan operasi perusahaan. Di samping itu, audit internal merupakan alat bantu manajemen untuk mengamankan harta organisasi, untuk mengetahui perkembangan efektivitas suatu perusahaan, dan sejauh mana hal tersebut dipatuhi perusahaan. Audit internal menjadi bagian penting karena berperan mengawasi transaksi-transaksi yang tidak dapat diawasi langsung oleh pihak manajemen maupun pimpinan perusahaan serta memastikan tujuan dan prosedur perusahaan dapat terlaksana dengan baik.
Peran audit internal tidak hanya fokus mencari kesalahan dan melaporkan kepada pimpinan, tetapi juga menyelesaikan masalah yang terjadi secara independen dan objektif. Auditor internal yang cakap dalam suatu perusahaan akan membantu manajemen menjaga keamanan kekayaan milik perusahaan dan dapat mencegah serta menemukan kecurangan dan penggelapan yang menyebabkan kerugian. Peran audit internal tidak dimaksudkan untuk menghilangkan semua kemungkinan terjadinya kesalahan atau penyelewengan, melainkan menekan terjadinya kesalahan dan kecurangan (fraud). Menurut penelitian Bagus Pramudityo (2017), peran audit internal berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Eka Widyaningtias (2014) yang mengatakan bahwa kapasitas auditor internal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
9. Hubungan Risk based audit dengan Kualitas Laporan Keuangan Risk based audit adalah suatu metode atau pendekatan audit yang diawali dengan proses penilaian risiko audit, kemudian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih difokuskan pada area-area penting yang berisiko terjadinya pelanggaran atau kecurangan.
Coetzee dan Lubbe (2014) menyatakan bahwa peran auditor internal dalam melakukan mitigasi risiko utama yang mengancam organisasi telah meningkat. Auditor internal tidak hanya memastikan bahwa risiko utama telah ditangani, tetapi juga memastikan bahwa kegiatan bisnis perusahaan telah dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, sehingga informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bebas dari manipulasi.
Febrina (2011) dalam Febriandi (2017), menyatakan bahwa pelaksanaan risk based audit akan membuat audit menjadi lebih efektif dan efisien, karena fokus audit internal yang hanya diutamakan pada area berisiko tinggi. Risk based audit tidak hanya memusatkan perhatian pada risiko kegagalan dan kecurangan namun juga memusatkan perhatian pada catatan akuntansi, proses akuntansi, pemilihan dan pencatatan data serta penyiapan laporan keuangan. Dengan pendekatan risk based audit diharapkan auditor dapat mengidentifikasi risiko kegagalan, kekeliruan, dan kecurangan, serta memberikan rekomendasi bagi auditee untuk perbaikan operasinya, memberikan dasar yang kuat bagi tim audit dalam memberikan opini atas laporan keuangan dengan mempertimbangkan risiko salah saji yang terkait dengan risiko kecurangan.
10. Hubungan Komite Audit dengan Kualitas Laporan Keuangan
Bradbury et al (2004) dalam Situmorang (2017) menyatakan bahwa Komite Audit memiliki tugas membantu Dewan Komisaris mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk mewujudkan integritas laporan keuangan. Komite Audit dipandang sebagai mekanisme pengawasan yang bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak dalam dan luar anggota dewan.
Komite audit merupakan bagian dari organ perusahaan yang menjadi pemantau kinerja perusahaan. Tugas utama komite audit adalah memonitor proses pelaporan keuangan dan memastikan bahwa laporan keuangan secara etis dilaporkan manajer (Leong et al, 2015). Komite audit bertanggungjawab dalam menciptakan pelaporan keuangan yang berkualitas demi kelangsungan hidup perusahaan. Komite audit memiliki peran penengah antara manajemen dan auditor. Peran penengah itu juga membantu manajemen agar terfokus pada tujuan yang sama dengan pemilik (prinsipal), dan auditor dalam mempertahankan independensinya, sehingga laporan keuangan yang diberikan manjemen informatif dan berkualitas bagi pemilik. Hasil penelitian Wulansari (2016) menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Namun Nugrahani (2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
11. Hubungan Whistleblowing system dengan Kualitas Laporan Keuangan Untuk meminimalisir penyimpangan laporan keuangan, perusahaan membutuhkan seseorang yang mampu mengemukakan bukti bahwa hal tersebut sangat tidak etis. Salah satu cara mencegah kecurangan akuntansi dengan melakukan whistleblowing, hal ini bertujugan mengembalikan kepercayaan masyarakat. Adapun whistleblowing diartikan sebagai pelaporan oleh anggota perusahaan aktif maupun nonaktif mengenai penyimpangan, tindakan ilegal atau tidak bermoral kepada pihak di dalam maupun di luar perusahaan (Khan, 2009) dalam Asiah (2017). Pentingnya whistleblowing dalam perusahaan akan memberi peringatan ataupun sanksi bagi orang yang melakukan kecurangan laporan keuangan.
12. Hubungan Pencegahan Kecurangan (fraud) dengan Kualitas Laporan Keuangan
Salah satu bentuk pencegahan kecurangan ialah pencegahan salah saji laporan keuangan (financial statement fraud). Pencegahan fraud merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam hal penyusunan standar dan kebijakan, sistem dan prosedur bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, direksi dan manajemen dalam perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai demi mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien, laporan keuangan yang andal dan ketaatan terhadap hukum yang berlaku (COSO, 1992) dalam (Mulinda, 2017). Laporan ini disusun untuk menyediakan informasi relevan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan selama satu periode pelaporan. Setiap perusahaan wajib memiliki laporan keuangan untuk melaporkan upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatannya karena hal ini bermanfaat bagi banyak pihak seperti investor, karyawan perusahaan, kreditor, pelanggan dan pemerintah. Oleh karena itu sebuah laporan keuangan adalah hal yang esensial, bebas dari kecurangan dan harus bisa dipertanggungjawabkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya tindakan pencegahan kecurangan (fraud) maka diyakini kualitas laporan keuangan yang dihasilkan akan semakin baik dan dapat diandalkan.
13. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk based audit, Komite Audit, dan Whistleblowing system dengan Kualitas Laporan Keuangan Melalui Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai masing-masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel intervening dalam penelitian ini, maka diharapkan pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system akan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas laporan keuangan melalui pencegahan kecurangan (fraud).
Audit Internal (X2)