• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Perlindungan Konsumen 1. Asas-Asas Perlindungan Konsumen

berupa kesengajaan (opzet) atau kealfaan (onachtzaamheid). Dalam arti sempit kesalahan hanya bermakna kesengajaan.

Kesalahan dalam wanprestasi adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi kreditor. Perbuatan berupa wanprestasi tersebut menimbulkan kerugian konsumen berupa biaya–biaya (ongkos–ongkos) yang telah dikeluarkan oleh konsumen, kerugian yang menimpa harta benda milik konsumen, atau hilangnya keuntungan yang diharapkan, apabila dalam peristiwa tersebut terdapat unsur kesengajaan atau kelalaian maka pelaku usaha harus bertanggungjawab. 74

Kerugian yang diderita konsumen tersebut dapat Dari pasal 1267 KUHPerdata dapat disimpulkan apabila seorang konsumen yang menderita kerugian karena pelaku usaha melakukan wansprestasi, konsumen memiliki alternatif untuk melakukan upaya hukum atau hak sebagai berikut:

a. Meminta pelaksanaan perjanjian b. Meminta ganti rugi

c. Meminta pelaksanaan perjanjian sekaligus meminta ganti rugi d. Dalam perjanjian timbal balik, dapat diminta pembatalan perjanjian

sekaligus meminta ganti rugi.75

C. Hukum Perlindungan Konsumen

Berkaitan dengan tujuan dibuatnya perlindungan konsumen, ada sejumlah asas yang terkandung di dalam usaha memberikan perlindungan hukum. Menurut UUPK dalam Pasal 2 adalah:

a. Asas manfaat

Adalah upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan,

b. Asas keadilan

Adalah memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan

Adalah memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Adalah untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum

Asas kepastian hukum, yakni baik pelaku maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara menjamin kepastian hukum.76 2. Hak Dan Kewajiban Konsumen

Undang-undang perlindungan konsumen mengartikan konsumen sebagai “setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. pergertian ini sesuai dengan definisi bahwa konsumen adalah end user/pengguna terakhir, jadi si konsumen merupakan pembeli dari barang dan/atau jasa tersebut.77

Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sosial. Ketika manusia berhubungan dengan sesamanya, maka dengan sendirinya melahirkan hak dan kewajiban yang akan mengikat keduanya.78

Menurut UUPK dalam Pasal 4, hak-hak yang dimiliki konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa,

b. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar kondisi serta jaminan yang dijanjikan,

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jaminan barang dan jasa,

d. Hak untuk didengarkan pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan,

76 Endang Purwanisih, Hukum Bisnis (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 73-74.

77Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran (Bandung: Nusa Media, 2008), 7.

78 Susamto Barhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikasi Halal (Malang: UIN Maliki Press, 2011), 8.

e. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan secara patut,

f. Hak untuk dapat pembinaan dan pendidikan konsumen,

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif,

h. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan penggantian apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagai mana mestinya,

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundangundangan lainnya.79

Dari Sembilan butir hak konsumen yang diberikan di atas, terlibat bahwa masalah kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen merupakan hak yang paling pokok dan utama dalam konsumen. Selain memperoleh hak tersebut, sebagai balance, konsumen juga mempunyai beberapa kewajiban. Dalam UUPK Pasal 5 mengatur kewajiban konsumen yang harus ditunaikan, antara lain:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

3. Hak Dan Kewajiaban Pelaku Usaha

UUPK Pasal 1 ayat 3, memberikan pengertian Pelaku usaha, sebagai setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

79 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen (Bandung: Nusa Media, 2010), 33-34.

ekonomi.80 Pengertian pelaku usaha dalam UUPK Pasal 1 ayat 3, cukup luas karena meliputi grosir, leveransih, pengecer, dan sebagainya.

Hak-hak pelaku usaha dalm UUPK Pasal 6, meliputi:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.81

Hak dan kewajiban dalam bisnis merupakan dua sisi yang bersifat saling timbal balik. Karena itu disamping hak, pelaku usaha mempunyai kewajiban. Dalam UUPK Pasal 7 mengatur kewajiban pelaku usaha, meliputi:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

80 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

81 Ibid.

4. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dijelaskan mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku tepatnya dalam Pasal 16, Pelaku usaha dalam menawarkan barang

dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:

1. Tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;

2. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi. 82

82 Ibid.

BAB III

GAMBARAN UMUM JASA LAUNDRY DI KELURAHAN RONOWIJAYAN KABUPATEN PONOROGO

D. SEJARAH DAN PROFIL JASA LAUNDRY