BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5. I MPLIKASI P ENELITIAN
Pertama, penelitian ini meninjau penelitian terdahulu secara komprehensif terkait pengembangan dan implementasi sistem BI di bidang pariwisata dalam 20 tahun terakhir, dengan fokus pada fungsionalitas atau fitur dalam sistem BI dan masalah yang terkait dengan organisasi, sumber daya manusia, dan teknologi yang perlu dipertimbangkan.
Kami menemukan bahwa pemangku kepentingan pariwisata setidaknya harus menerapkan fungsi-fungsi dasar berikut dalam sistem BI untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan sehari-hari, yaitu analisis data, laporan dan dasbor data, visualisasi data, metrik kinerja, serta indikator kinerja utama. Setelah fungsi-fungsi ini diimplementasikan dengan benar, mereka dapat meningkatkan kemampuan analitis dan pengambilan keputusan mereka dengan menambahkan fungsi-fungsi lanjutan seperti indikator tren, analitik prediktif, alat perencanaan strategis, analisis profitabilitas, pembandingan, penganggaran, dan peramalan.
Kedua, penelitian ini berkontribusi dalam memperlengkapi penelitian sebelumnya terbaru mengenai hotel downstream supply chain yang menjadi ekosistem diimplementasikannya sistem BI pada penelitian ini. Penelitian terkait saluran distribusi hotel perlu terus dilakukan secara rutin di berbagai destinasi, khususnya dalam konteks ini adalah di negara Indonesia, karena saluran distribusi berubah sangat cepat mengikuti perkembangan teknologi. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini menyempurnakan pengembangan model sebelumnya sejak penelitian terakhir yang dilakukan oleh Dieck dan Fountoulaki (2018). Penelitian ini menambah pengetahuan tentang perkembangan terkini terkait aktor kunci, peran, dan keterkaitan antar aktor
43
dalam manajemen saluran distribusi. Model yang dikembangkan pada penelitian ini memperkaya model dan studi sebelumnya dengan memodelkan distribusi dalam perspektif manajemen pendapatan, menghubungkan hotel, perantara, dan pelanggan.
Ketiga, penelitian ini juga berkontribusi secara teoretis dalam mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh pemangku kepentingan di industri akomodasi dalam mengadopsi sistem BI dalam level industri (bukan level perusahaan) dengan menggunakan pendekatan kerangka kerja Technology-Organization-Environment (TOE). Peneliti menemukan bahwa dukungan pemerintah memainkan faktor lingkungan yang sangat penting, di mana faktor ini belum dibahas secara mendalam pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga menguraikan nilai pemahaman perspektif multi- pemangku kepentingan untuk menganalisis tindakan yang dapat dilakukan organisasi dan administrator publik (regulator) untuk menghadapi tantangan adopsi dan implementasi sistem BI dengan sukses. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan kembali bahwa kerja sama antar organisasi antar pemangku kepentingan diperlukan untuk mengatasi tantangan dan meningkatkan industri pariwisata (Yin et al., 2019). Selain itu, penelitian ini juga menguraikan bahwa keberhasilan sistem apa pun tergantung pada sumber daya manusia yang menjalankannya (Brunetti et al., 2020). Melalui investasi pada sumber daya manusianya, sistem BI dapat meningkatkan produktivitas organisasi mereka, sehingga mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan daya saing negara secara keseluruhan.
Keempat, penelitian ini dapat mengisi kesenjangan dari penelitian sebelumnya mengenai arsistektur sistem BI yang dapat digunakan untuk peningkatan kinerja industri pariwisata. Penelitian ini merancang arsitektur dan prototipe high-fidelity sistem BI untuk industri akomodasi di Indonesia berdasarkan perspektif stakeholders seperti kementrian dan dinas pariwisata, pengelola akomodasi, serta online travel agent. Arsitektur tersebut dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode design science research yang dapat memberi gambaran untuk mengembangkan sistem BI dengan menggunakan teori dan metode ilmiah yang sesuai dengan konteks negara Indonesia.
Penelitian ini juga berkontribusi terhadap pengetahuan desain (preskriptif, teknologi) karena adanya kebaruan dan kegunaan artefak yang dihasilkan, meskipun mungkin ada konseptualisasi dan teori yang terbatas (Baskerville et al., 2018).
4.5.2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis pertama, penelitian ini memberikan kontribusi yang berharga bagi para peneliti dan praktisi untuk memahami konsep BI dan persyaratan fungsional untuk domain pariwisata dan meningkatkan kesadaran mereka akan masalah implementasinya. Penelitian ini berkontribusi pada pengetahuan di bidang pariwisata dengan menyajikan fungsi BI yang diperlukan dan memvisualisasikan berbagai masalah di semua dimensi (organisasi, teknologi, manusia dan proses) yang ditemui dalam literatur. Dibandingkan dengan literatur yang masih ada, yang mengidentifikasi lima masalah (Rahman et al., 2016), penelitian ini memperkaya pemahaman kita dengan mengidentifikasi 15 masalah yang ditemukan menggunakan metode PRISMA, yaitu visi dan strategi, tujuan bisnis, pendanaan proyek, dukungan manajemen, perbaikan berkelanjutan, manajemen proyek, manajemen perubahan, penerimaan pengguna, kurangnya tenaga ahli, kurangnya pelatihan pengguna, arsitektur data, perlindungan data, manajemen data, tata kelola data, dan infrastuktur.
Implikasi praktis kedua, penelitian ini memberikan wawasan bagi pelaku bisnis perhotelan dan saluran distribusi hotel dalam mengelola kemitraan mereka dalam distribusi/penjualan kamar. Untuk mengembangkan rencana saluran distribusi yang seimbang, pelaku bisnis perhotelan pertama-tama harus mengevaluasi jumlah saluran yang mereka gunakan, menggunakan campuran saluran distribusi langsung dan tidak langsung, dan memahami interaksi pelanggan untuk memaksimalkan sumber daya mereka dalam mencapai kinerja yang optimal.
Implikasi praktis ketiga, penelitian ini juga berkontribusi kepada pengelola akomodasi serta pembuat kebijakan di Indonesia, untuk menghadapi tantangan adopsi sistem BI. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hambatan adopsi sistem BI di industri perhotelan. Melalui kajian ini, para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih memahami bahwa kolaborasi diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan industrinya. Pada penelitian ini, kami menyarankan pemetaan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan terhadap permasalahan adopsi sistem BI di level industri akomodasi yang terjadi saat ini di Indonesia. Pelaku industri perlu memahami bahwa mereka perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sehingga organisasi mereka siap untuk mengadopsi inovasi teknologi apa pun yang dapat meningkatkan daya saing mereka.
45
Mereka juga dituntut untuk menjaga komitmen untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain, termasuk kompetitor, untuk meningkatkan nilai implementasi sistem BI di tingkat industri. Untuk memastikan keberlanjutan dan berjalannya kolaborasi dan information sharing di antara para pemangku kepentingan, sistem yang dibangun ini mewajibkan pengguna untuk mengirimkan data secara berkala sebagai syarat untuk dapat mengakses dan memanfaatkan data yang ada (reciprocal). Aparat pemerintah juga dapat mempelajari apa yang dianggap pelaku industri sebagai tantangan krusial di sektor ini sebelum memulai dan merencanakan pengembangan sistem BI.
Implikasi praktis keempat, penelitian terkait pengembangan arsitektur sistem BI untuk industri akomodasi di Indonesia ini dapat menjadi panduan untuk regulator pariwisata atau pengembang aplikasi. Fungsionalitas yang perlu diterapkan dalam sistem BI tidak hanya berfokus pada menjelaskan kondisi yang telah terjadi, tetapi juga pada prediksi, rekomendasi, dan perbaikan kinerja untuk setiap stakeholders industri akomodasi di Indonesia. Arsistektur sistem BI yang dihasilkan juga dapat menjadi referensi untuk menentukan sumber data, konsumen data, dan integrasi data antar stakeholders.
Gambar 4.17 menunjukkan usulan roadmap untuk melakukan implementasi sistem BI sesuai dengan analisis kebutuhan dan rancangan arsitektur yang sudah dihasilkan pada penelitian ini. Usulan roadmap ini belum sampai kepada perhitungan budget. Namun demikian, berdasarkan tahapan-tahapan yang diusulkan, pihak yang akan mengimplementasikan dapat memiliki gambaran mengenai komponen-komponen budget yang perlu dipersiapkan dan dieksplorasi seperti komponen infrastruktur (perangkat keras, perangkat lunak, BI/datawarehouse software) dan sumber daya manusia (pelatihan, sosialisasi, pengembangan, dan pengelolaan sistem).
Gambar 4.17. Roadmap Implementasi Sistem BI Untuk Sektor Akomodasi di Indonesia
BAB 5 PENUTUP