• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII ANALISIS BEBAN KERJA FISIK OPERATOR CUTTING

6. Tempat Kerja Praktik dan Waktu Pelaksanaan

Pengambilan dan pengumpulan data adalah sebagai berikut : Nama perusahaan : PT. URECEL Indonesia.

Divisi : Cutting.

Alamat : Desa Suwawal RT 02 RW 01, Kecamatan

Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Waktu pelaksanaan : 13 Februari 2023– 13 Maret 2023.

B. LANDASAN TEORI 1. Ergonomi.

Istilah "ergonomi" berasal dari Bahasa Latin yaitu ERGON (Kerja) dan NOMOS (Hukum Alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek- aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, dan engineering. Manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Menurut Sutalaksana (1979), Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat kemampuan

dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik. Yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Adapun tujuan penerapan ergonomis adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan/solidaritas dalam tempat kerja..

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan akibat kerja. Menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cidera, dan kepuasan kerja meningkat.

2. Beban Kerja.

Hard dan Steven dalam tarwaka (2011) mengemukakan bahwa beban kerja adalah suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan perilaku, dan persepsi dari pekerja. Menurut Munandar (2011) beban kerja adalah serangkaian tugas-tugas yang diberikan pada tenaga kerja atau karyawan untuk diselesaikan pada waktu tertentu dengan menggunakan keterampilan dan potensi dari tenaga kerja. Sedangkan menurut Sunarso dan Gusti (2010) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang

31

harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Beban kerja merupakan sebuah kegiatan atau pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seorang pekerja dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Sedangkan kapasitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang jika bekerja dapat menyesuaikan diri dan menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan kepadanya maka itu tidak menjadi sebuah beban kerja. Sedangkan Jika pekerjaan yang diberikan tidak berhasil diselesaikan atau dapat diselesaikan namun pekerja itu mengalami kelelahan yang berlebihan bahkan cidera maka pekerjaan atau kegiatan tersebut menjadi sebuah beban kerja. Beban kerja yang dimaksud dalam hal ini adalah kapasitas dari pekerja yang terbatas dan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan.

3. Beban Kerja Fisik.

Konsep beban kerja fisik pertama kali dikemukakan oleh Frederick Wilson Taylor. Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang didominasi oleh aktivitas fisik. Kerja fisik akan mengakibatkan beberapa perubahan fungsi pada alat-alat tubuh. Perubahan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Konsumsi oksigen.

b. Denyut jantung.

c. Peredaran udara dalam paru-paru.

d. Temperatur tubuh.

e. Konsentrasi asam laktat dalam darah.

f. Tingkat penguapan dan pengeluaran energi.

g. Komposisi kimia dalam darah dan air seni.

Metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi (Tarwaka dan Bakri,

2016). Bobot beban kerja yang dipikul seorang pekerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang pekerja dapat melakukan aktivitas kerja berdasarkan kemampuan atau kesanggupan kerjanya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja.

Menurut Rodahl dan Manumaba (Prihatini, 2007) menyatakan bahwa faktor-faktor beban kerja adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal merupakan yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri, akibat dari reaksi beban kerja eksternal titik reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Titik faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin umur, ukuran tubuh status gizi kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

b. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja seperti:

a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti: tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kondisi kerja, sikap kerja. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental yaitu seperti: kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, dan tanggung jawab pekerjaan.

b. Manajemen organisasi kerja seperti: lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja lembur, sistem gaji, model struktur organisasi, pelimpahan tugas, dan wewenang

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.

33

5. Dampak Beban Kerja.

Menurut Manuaba (2000) dalam Prihatini (2007) bahwa beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti: sakit kepala, gengguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja.

6. Metode-metode dan peralatan untuk mengukur beban kerja fisik.

a. Konsumsi Energi.

Pengukuran konsumsi energi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung.

Pengukuran langsung dapat dilakukan dengan cara mengitung konsumsi oksigen sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan cara menghitung denyut jantung.

b. Pengukuran Konsumsi Energi.

Pada umumnya metode yang digunakan dalam menentukan pengeluaran energi kerja adalah pengambilan oksigen menggunakan Douglas Bag.

c. Pengukuran Denyut Jantung dan Nadi.

Penilaian denyut jantung atau nadi dapat dilakukan dengan suatu metode yaitu dengan cara pengukuran denyut jantung selama bekerja.

Peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah denyut nadi seseorang adalah Oxymeter. Atau bisa dilakukan dengan perhitungan secara manual menggunakan alat stopwatch dengan metode menghitung 10 denyut.

7. Cardiovascular Load (CVL).

Perhitungan dengan menggunakan Cardiovascular Load (CVL) merupakan metode analisa beban kerja fisik yang membandingkan denut nadi maksimal, denyut nadi setelah kerja, dan denyut nadi sebelum kerja. Menurut Diniarty dan Mulyadi (2016) denyut nadi kerja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Terdapat beberapa jenis denyut nadi yang dibutuhkan diantaranya adalah denyut nadi istirahat yaitu denyut nadi sebelum bekerja, denyut nadi kerja yaitu denyut nadi selama bekerja dan nadi kerja yaitu selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

Hasil pengukuran denyut nadi tersebut dinamakan denyut nadi kerja.

Adapun cara untuk menghitung nilai Cardiovascular Load (CVL) menggunakan rumus sebagai berikut :

Menurut (Tarwaka, 2004) rumus denyut maksimum adalah : Laki-laki : Denyut Nadi Maksimal = 220 – Umur.

Perempuan : Denyut Nadi Maksimal = 200 – Umur.

Selanjutnya dapat diketahui kategori beban kerja yang kita ukur dengan cara mencocokkan berapa % Cardiovascular Load (CVL) dengan hasil perhitungan berdasarkan keterangan pada tabel 7.1 :

35

Tabel 7.3. Klasifikasi Beban Kerja berdasarkan % Cardiovascular Load (CVL).

No Nilai % Keterangan

1 < 30% Tidak terjadi kelelahan 2 30-<60% Diperlukan perbaikan 3 60-<80 Kerja dalam waktu singkat 4 80-<100% Diperlukan tindakan segera 5 >100% Tidak diperbolehkan beraktivitas

Sumber data : Diniaty, D., & Mulyadi, Z. (2016)

C. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1. Pengumpulan Data

a. Observasi.

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti. Yaitu dengan cara pengambilan data denyut nadi pekerja diarea produksi divisi cutting guna untuk mengetahui beban kerja fisik yang diterima. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan cara menghitung jumlah denyut nadi sebelum bekerja (DNI) dan denyut nadi setelah bekerja (DNK), serta data pendukung lainnya seperti : data umur/usia, gender, dan lain-lain.

b. Wawancara.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada narasumber yaitu dengan kepala produksi dan pekerja diarea produksi divisi cutting yang berkaitan langsung dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai keluhan apa yang dialami oleh pekerja saat bekerja dan permasalahan apa yang ditimbulkan akibat keluhan tersebut.

2. Pengolahan Data

Pengukuran dilakukan pada tiap-tiap operator mesin cutting sebanyak 2 kali, yaitu pada jam-jam dibawah ini :

1. Pengambilan data denyut nadi sebelum bekerja dilakukan pada jam 12.50 WIB.

2. Pengambilan data denyut nadi setelah bekerja dilakukan pada jam 14.30 WIB dan 16.00 WIB.

Tabel 7.4. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Istirahat Operator Cutting.

Sumber : Data yang diolah (2023).

Tabel 7.5. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Kerja Operator Cutting.

Sumber : Data yang diolah (2023).

37

Hasil data dari hasil pengukuran denyut nadi operator cutting kemudian diolah kedalam metode 10 denyut dikalikan permenit sehingga didapat denyut nadi operator per-menit (Denyut/Menit).

Tabel 7.6. Rekapitulasi Data Denyut Nadi

Sumber : Data yang diolah (2023).

Berdasarkan hasil rekapitulasi data denyut nadi operator cutting pada tabel 7.4. dapat disimpulkan bahwa rata-rata denyut nadi tertinggi diterima oleh operator yang bernama Rifqi dengan jumlah denyut nadi sebesar 7,45 denyut/menit. Sedangkan jumlah denyut nadi terendah diterima operator yang bernama Yofi P dengan jumlah denyut nadi sebesar 5,36 denyut/menit.

3. Hasil dan Pembahasan

Selanjutnya adalah menghitung jumlah persentase cardiovascular load (cvl) dengan cara melakukan penghitungan denyut nadi kerja dan denyut nadi istirahat setiap operator. Denyut nadi didapat menggunakan alat bernama Oxymeter. Penggunaan Oxymeter cukup mudah, hanya perlu memasukan salah satu jari tangan kedalam alat tersebut ditempat yang tepat dan alat akan mendeteksi denyut nadi.

Perhitungan persentase cardiovascular load (cvl) dilakukan pada masing-masing pekerja untuk mengetahui klasifikasi beban kerja fisik. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan %CVL pada masing-masing pekerja.

Tabel 7.7. Hasil Rata-rata %CVL operator cutting.

Sumber : Data yang diolah (2023).

Berdasarkan tabel 7.5, persentase rata-rata beban kerja yang diterima oleh operator cutting adalah sebesar 34% yang tergolong kategori diperlukan perbaikan dan operator yang memiliki beban kerja fisik tinggi adalah :

a. A.Rochim : 64%.

b. Elwin : 55%.

c. Aris : 41%.

D. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan.

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 operator cutting, diperoleh hasil rata-rata persentase CVL sebesar 34% yang masuk ke dalam kategori diperlukan perbaikan metode kerja.

2. Usulan perbaikan metode kerja yaitu dengan menambah troli khusus sampah untuk masing-masing area mesin cutting agar si operator tidak

39

mondar-mandir mencari wadah untuk sampah, menambah tenaga helper, dan blok busa yang diangkut oleh forklift langsung ditaruh diatas area mesin cutting terutama mesin cutting horizontal agar si operator tidak susah payah mengangkat blok busa keatas mesin.

b. Saran.

Diharapkan kepada supervisor & leader untuk memperhatikan kondisi fisik para operator cutting yang memiliki beban kerja yang tinggi agar produktivitas tetap berjalan dengan lancar dan operator mampu melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa mengalami beban kerja yang berlebih yang dapat mengakibatkan cedera pada operator/pekerja.

Perlunya diadakan penelitian untuk pengukuran beban kerja mental pada divisi cutting untuk melihat besarnya beban kerja mental pada operator cutting.

Hendrayanti, Endang., Analisis Beban Kerja Sebagai Dasar Perencanaan Kebutuhan SDM.

Dewi, Irawatie Ary., Hubungan Antara Persepsi Terhadap Beban Kerja dengan Komitmen Organisasi Karyawan Divisi Pelaksana Produksi PT.Solo Kawistara Garmindo. Universitas Dipenegoro, 2013

Andriyanto, & Bariyah, C. (2012). Analisis Beban Kerja Operator Mesin Pemotong Batu Besar (Sirkel 160 Cm) dengan Menggunakan Metode 10 Denyut.

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 11(2), 136–143.

Tarwaka, Bakri, S. H. A., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Retrieved from http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku- Ergonomi.pdf

Wignjosoebroto, S. (2000). Ergonomi, Studi Gerak & Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya.

https://www.academia.edu/4077106/Beban_Kerja_Fisik_Vs_Beban_Kerja_Menta l

40

41

Dokumen terkait