membantu, dan menghibur orang lain tanpa mengharapkan imbalan, menolak untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mengintimidasi dan mengejek orang lain, selalu menunjukkan kebaikan hati dan perhatian pada orang lain dengan contoh dari orangtua/guru berikan.
6. Toleransi
Toleransi merupakankebajikan moral berharga yang dapat mengurangi kebencian, kekerasan. Dengan toleransi, kita juga memperlakukan orang lain secara baik, dan hormat. Toleransi harus diajarkan sejak usia dini, sebelum benih-benih sikap tidak bertoleransi terlanjur tertanamkan. Toleransi merupakan nilai moral yang membuat anak saling menghargai tanpa membedakan suku, penampilan, budaya dan keyakinan.
7. Keadilan
Keadilan merupakan menuntut anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apapun. Kebijakan ini meningkatkan kepekaan moral ank, akan terdorng membela pihak yang diperlakukan tidak adil.
2.8 Implementasi Konsep Pendidikan Menurut Pavlov & Skinner
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning process). Dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan.
Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Pavlov telah melakukan penyelidikan terhadap kelenjar ludah secara intensif sejak tahun 1902 dengan menggunakan anjing. Hanya beberapa saat sebelum tahun itu, ketika Pavlov menginjak usia 50 tahun dia memulai karyanya yang terkenal tentang refleks- refleks yang terkondisikan (condition refleks). Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned Reflexes. Di Tahun 1904 dia memperoleh hadiah Nobel dibidang Physiology or Medicine untuk karya tersebut.
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika (The Official Web Site of the Nobel Foundation, 2007).
2.8.2 Hukum-Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov
Adapun hukum pengkondisian yang ditemukan oleh Pavlov, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kepunahan / Penghapusan / Pemadaman (extinction)
Penghapusan berlaku apabila rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, lama-kelamaan individu/organisme itu tidak akan bertindak balas. Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap ada selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya dan dipasangkan dengan rangsangan tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat diberikan untuk beberapa lama, maka respons bersyarat lalu tidak mempunyai pengut/reinforce dan besar kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian sebelumnya.
2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization)
Rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak balas yang sama. Pavlov menggunakan bunyi loceng yang berlainan nada, tetapi anjing masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahawa organisme telah terlazim, dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim akan menghasilkan gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau hampir sama.
3. Pemilahan (discrimination)
Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan pemadaman yang selektif. Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas.
4. Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi
Akhirnya, Pavlov menunjukkan bahwa sekali kita dapat mengondisikan seekor anjing secara solid kepada CS tertentu, maka dia kemudian bisa menggunakan CS itu untuk menciptakan hubungan dengan stimulus lain yang masih netral. Di dalam sebuah eksperimen murid-murid Pavlov melatih seekor anjing untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel yang disertai makanan, kemudian memasangkan bunyi bel itu saja dengan sebuah papan hitam. Setelah beberapa percobaan, dengan melihat papan hitam itu saja anjing bisa mengeluarkan air liurnya. Ini disebut pengondisian tingkat-kedua. Pavlov menemukan bahwa dalam beberapa kasus dia bisa menciptakan pengondisian sampai tingkat-tiga, namun untuk tingkat selanjutnya, pengondisian tidak bisa dilakukannya.
Adapun secara garis besar hukum-hukum Pavlov yaitu :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
2.8.3 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov
Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan pusaat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic. Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
2.8.4 Penerapan Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di Kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas - tugas belajar, misalnya:
1. Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneraalissikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain;
2. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakaan ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya:
1. Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara memahami materi pelajaran;
2. Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, misalnya dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpaan apa yang dipelajari dengan baik;
3. Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk membacakan sebuah laaporan di depan kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depaan seluruh murid di kelas.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi- situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, dengan:
3 Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan;
4 Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman daan dapat menerima penghargaan dari orang dewasa ketika orangtua ada.
d. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugastugas belajar, Contoh: Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain, contoh lainnya adalah membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca yang nyaman dan enak serta menarik.
e. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau menekan, Contoh: Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik. Jika siswa takut berbicara di depan kelas mintalah siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil duduk ditempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.
f. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi- situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasi secara tepat. Contoh : Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan.
4.9.1 Burrhus Frederic Skinner
B.F Skinner mungkin merupakan orang yang paling dikenal dan berpengaruh dalam ilmu perilaku. Ia bukan pelopor dalam bidang ini, tetapi mengembangkan ide dari pendahulunya, Ivan Pavlov dengan memasukkan teori perilaku ke dalam eksperimen yang diawasi secara ketat untuk mencapai kesimpulannya tentang perilaku radikal.
Skinner merupakan seorang pembela teori perilaku. Banyak orang yang mengkritik Skinner karena argumennya didasari oleh hasil dari metode ilmiah yang dilakukan secara teliti agar dapat terbukti dan eksperimennya dilaksanakan menggunakan alat-alat baru yang tidak dikenal oleh umum. Oleh kritiknya, Skinner terlihat sebagai orang yang suka mempublikasikan diri secara provokatif. Tetapi, dibalik pandangan tersebut, karya-karya Skinner memajukan ilmu psikologi untuk menjadi lebih ilmiah.
Skinner dipengaruhi oleh karya yang ditulis oleh Pavlov dan John B. Watson. Ia melihat psikologi sebagai sesuatu yang bersifat ilmiah, dan segala hal yang tidak dapat dilihat, diukur dan diulangi dalam suatu eksperimen tidak menarik buatnya.
Proses yang murni hasil dari pikiran berada di luar ruang lingkup dan minat Skinner.
Bahkan Skinner mencapai suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bersifat subjektif dan tidak ada di dalam tubuh. Walaupun Skinner merupakan pendukung ilmu behaviourist semenjak awal kariernya, tetapi Skinner berbeda dengan ahli perilaku sebelumnya dalam interpretasi tentang Pengkondisian, terutama prinsip dari pengkondisian klasik seperti yang diutarakan Pavlov. Walau tidak berbeda pendapat tentang respons yang dihasilkan dalam pengkondisian, bahwa sesuatu respons dapat tercetus dengan pembelajaran berulang, Skinner merasa bahwa hal ini merupakan sesuatu kasus yang khusus, yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkenalkan secara artifisial dan sengaja dari suatu stimulus yang dikondisikan.
Bagi Skinner, terlihat bahwa dampak dari tindakan lebih penting dalam membentuk perilaku dibandingkan dengan stimulus yang mendahului atau hasil. Ia menyimpulkan dari penelitiannya bahwa perilaku pada utamanya dipelajari dari hasil aksi yang dilakukan. Pernyataan kecil ini merupakan suatu titik balik yang penting bagi ilmu psikologi perilaku.
4.9.2 Teori Belajar Behavioristik B. F. Skinner dalam Pembelajaran
Teori Behavioristik merupakan salah satu teori belajar yang memiliki pengaruh besar terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan. Hal ini dapat terlihat jelas pada pelaksanaan pembelajaran mulai dari tingkat paling dini, seperti Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah-Dasar (SD), Sekolah Menengah (SMP dan SMA), dan bahkan sampai ke Perguruan Tinggi.
Pembentukan perilaku yang masih sering dilakukan adalah dengan cara drill atau pembiasaan disertai dengan reinforcement atau hukuman.
Target pembelajaran berdasarkan konsep behavioristic yakni lebih difokuskan pada ilmu pengetahuan, sedang belajar merupakan kegiatan “mimetic”, yang mana mengusahakan pesera didik dapat mejelaskan lagi ilmu yang tellah diperoleh melalui kuis, tes atau laporan. Penyempaian ilmu difokuskan pada keterampilan yang terpisah maupun terkumpul kenyataan menyesuaikan rentetan secara menyeluruh. Langkah pembelajaran menyesuaikan susunan kurikulum dengan cermat, kemudian proses pembelajaran lebih focus pada sumber buku wajib / tes yang lebih memfokuskan kepada keterampilan menjelaskan ulang dari isi buku itu.
Evaluasi dan pembelajaran difokuskan kepada hasil belajar.
Praktik teori behavioristic pada kegiatan pembelajaran bergantung dari beberapa hal yaitu; tujuan pembelajaran, materipelajaran, karakter peserta-didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia di sekolah. Pembelajaran yang dibuat dan dikerjakan terpusat pada theori behavioristic yakni bahwa pengetahuan merupakan objektif, pasti, tetap, dan tidak berubah.
Metode pembelajaran behaviorsitic kurang sesuai apabila dipakai pada pelajaran secara keseluruhan, sebab umunya behavioristic method memerlukan penerapan dan penyesuaian. Contohnya dialog dengan Bahasa luar negeri, penggunaan computer, berolahraga dan lainya memang memerlukan usaha dan penyesuaian.
Kemudian konsep behavioristic tidak dapat menerangkan emosi peserta didik yang bervariasi, walapun memiliki pengetahuan sama. Konsep behavioristic kurang mampu menerangkan kenapa dua peserta didik yang memiliki pengetahuan dan pengalaman hampir sama tetapi berbeda sikapnya pada pelajaran, begitu pula dalam menentukan pekerjaan yang memiliki level kesusahan berbeda. Sehingga konsep
behavioristic ini menggap hadirnya stimulus dan respon yang bisa diteliti dan tidak melihat adanya pengaruh pemikiran maupun perasaan yang memepertemukan faktor-faktor yang diteliti.20 Teori behavioristik cenderung mengarahkan peserta didik untuk berasumsi sejalan, kurang produktif dan juga menjadi kurang kreatif.
Theori behavioristik ini mengungkapkan jika belajar adalah suatu prosedur yang mebentuk, yakni mengajak peserta didik kurang leluasa dalam mengembangkan imajinasi dan kreasinya.