BAB III METODE PENELITIAN
G. Keabsahan Data
Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat.Validasi temuan menurut Creswell berarti bahwa peneliti menentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain member checking, triangulasi dan auditing (sugiyono, 2012 : 42).
1. Member checking adalah proses penelitian mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan atau tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas . Aktifitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tulisan tentang keakuran laporan penelitian. Pertanyaan dapat meliputi berbagai aspek
dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap, apakah interpretasi bersifat refresentatif dan dilakukan tanpa kecenderungan.
2. Triangulasi merupakan proses penyokongan bukti terhadap bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan peneliti yang berasal dari: 1) individu (informan) 2) tipe atau member data (wawancara, pengamatan dan dokumen), serta 3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).
3. External audit, yaitu untuk menghindari biasa atau hasil temuan penelitian, peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang diluar penelitian.
Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah 1. Geografis
Letak dan luas wilayahDesa Bulu-Bulu merupakan salah satu dari 11 Desa diwilayah Kecamatan Tonra, yang terletak di Ibukota Kecamatan Tonra, Desa Bulu-Bulu mempunyai luas wilayah seluas 18, 03 Km2.
Batas Wilayah :
Desa Padatuo ( sebelah Utara) Desa Gareccing ( Sebelah Selatan ) Teluk Bone ( Sebelah Timur ) Desa Pationgi ( Sebelah Barat )Iklim
Iklim Desa Bulu-Bulu, sebagaimana desa-desa lain diwilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Bulu-Bulu Kecamatan Tonra.
2. Keadaan Penduduk
Jumlah PendudukDesa Bulu-Bulu mempunyai jumlah penduduk 3628 Jiwa, yang tersebar dalam 4 dusun dengan perincian sebagaimanatabel 1:
Tabel 1 :Keadaan jumlah penduduk menurut Dusun di Kec. Tonra
No Nama Dusun Jumlah Penduduk
1 Dusun Bulu-Bulu 563 Jiwa
2 Dusun Kaccope 1939 Jiwa
43
Sumber: Kantor Kec. Tonra, 2016
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak di Desa Bulu-Bulu Kecamatan Tonra yaitu Dusun Kaccope sebanyak 1939 jiwa, kemudian Dusun Masalle sebanyak 670 jiwa, Dusun Bulu-Bulu sebanyak 563 jiwa, dan Dusun Bonelampe sebagai dusun dengan jumlah penduduk terendah yaitu sebanyak 456 jiwa.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Bulu-Bulu dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2: Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan
T
Sumber: Kantor Kec. Tonra, 2016
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak di Desa Bulu-Bulu Kecamatan Tonra yaitu tidak memiliki ijazah sebanyak 1294 orang, kemudian tingkat pendidikan SD sebanyak
3 Dusun Masalle 670 Jiwa
4 Dusun Bonelampe 456 Jiwa
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD 824 Orang
2 SMP 534 Orang
3 SMA 640 Orang
4 Diploma 129 Orang
5 S1 203 Orang
6 S2 4 Orang
7 Tidak Memiliki Ijazah 1294 Orang
824 orang, tingkat pendidikan SMA sebanyak 640 orang, tingkat SMP sebanyak 534 orang, tingkat pendidikan S1 sebanyak 203 orang, tingkat pendidikan Diploma 129 sebanyak dan tingkat pedidikan S2 sebagai tingkat pendidikan terendah sebanyak 456 jiwa sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Bulu-Bulu Kecamatan Tonra masih tergolong rendah.
4. Mata Pencaharian
Karena Desa Bulu-Bulu merupakan desa pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3: Pencaharian penduduk menurut mata pencaharian
Sumber: Kantor Kec. Tonra, 2016
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat mata pencaharian penduduk terbanyak di Desa Bulu-Bulu Kecamatan Tonra yaitu tidak bekerja sebanyak 1807 orang, kemudian mata pencaharian petani
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 557 Orang
2 Industri 11 Orang
3 Pertambangan 17 Orang
4 Listrik Gas Air 9 Orang
5 Konstruksi 25 Orang
6 Dagang 156 Orang
7 Transportasi 26 Orang
8 Keuangan 16 Orang
9 Jasa-Jasa 240 Orang
10 Tidak Kerja 1807 Orang
sebanyak 557 orang, mata pencaharian jasa-jasa sebanyak 240 orang, mata pencaharian dagang sebanyak 156 orang, mata pencaharian transportasi sebanyak 26 orang, mata pencaharian konstruksi sebanyak 25 orang, mata pencaharian pertambangan sebanyak 17 orang, mata pencaharian keuangan sebanyak 16 orang, mata pencaharian industri sebanyak 11 orang,dan mata pencaharian listrik gas air sebagai mata pencaharian dengan jumlah terendah yaitu sebanyak 9 orang.
5. Sarana dan Prasarana Desa
Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Bulu-Bulu secara garis besar dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4: Kelengkapan sarana dan prasarana menurut sarana dan prasaran desa
Sumber: Kantor Kec. Tonra, 2016
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah sarana dan prasarana desa terbanyak di Desa Bulu-Bulu Kecamatan Tonra yaitu kantor pemerintah sebanyak 7 unit, kemudian mesjid 5 unit, sekolah TK 3 unit, sekolah SD 2 unit, dan Dusun balai desa, pasar, sekolah SLTP,
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Balai Desa 1 Unit
2 Mesjid 5 Unit
3 Kantor Pemerintah 7 Unit
4 Pasar 1 Unit
5 Sekolah TK 3 Unit
6 Sekolah SD 2 Unit
7 Sekolah SLTP 1 Unit
8 Sekolah SMA 1 unit
Sekolah SMA sebagai sarana dan prasarana desa dengan jumlah terendah yaitu sebanyak masing-masing 1 unit.
6. Visi Misi Desa Bulu-Bulu
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang di inginkan dengan melihat potensi dan kebutuhanDesa.Penyusunan visi Desa Bulu-Bulu ini dilakukan dengan pendekatan partisipasi, melibatkan pihak – pihak yang berkepentingan di Desa Bulu-Bulu. Seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokh Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat Desa dan Masyarakat Desa pada umumnya, Pertimbangan kondisi eksternal di Desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di Kecamatan. Maka berdasarkan pertimbangan diatas visi Desa Bulu-Bulu adalah :“ Menciptakan masyarakat adil makmur sejahtera melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian, perkebunan, peternakan yang maju, aman dan agamis”
Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi – misi yang memuat sesuatu pernyataan yang harus di laksanakan oleh Desa agar tercapainya visi Desa tersebut.Visi berada diatas Misi, peryataan visi kemudian di jabarkan kedalam misi agar dapat dioprasionalkan / dikerjakan sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif, pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Bulu-Bulu, sebagaimana proses yang dilakukan maka Misi Desa Bulu-Bulu adalah :
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
2) Meningkatkan kualitas kelembagaan 3) Meningkatkan pelayanan masyarakat
4) Meningkatkan sarana dan prasarana Agama dan Olahraga
5) Meningkatkan sarana dan prasarana pertanian, perkebunan Dan Peikanan
6) Pengembangan ekonomi masyarakat 7) Program dan kegiatan Indikatif
7. Perkembanga Hutan Kabupaten Bone
Luas kawasan hutan di Kabupaten Bone sekitar 155.484 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung +- 32.612 Ha, Hutan Produksi +- 110.760 Ha, Hutan Wisata (Cani Sedenreng) +- 1.612 Ha dan Hutan Mangrove +- 10.437 Ha. Sektor kehutanan pada tahun 2016 memberikan kontribusi sebesar 0,07%. Terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bone, yaitu sebesar Rp. 2.558.600.000. Hutan Produksi di Kabupaten terdiri dari Hutan Pinus (+- 10.500 Ha), Hutan Rotan (+- 2.500 Ha), Hutan Jati (+- 7.500 Ha) dan Hutan lainnya (+- 90.360 Ha). Hutan Pinus berada di Kecamatan Bontocani, Tellu Limpoe, Bengo, Ponre, dan Libureng dan Hutan Jati tersebar di 18 Kecamatan. Hutan Lindung berada di Kecamatan Bontocani, Tellu Limpoe, Tonra, Dua Bocccoe, Lappariaja, Ponre, dan Tanete Riattang Timur. Hutan Wisata (Cani Sidenreng) berada di Kecamatan Ulaweng. Hutan Mangrove tersebar di 10 Kecamatan yaitu Cendrana, Tellusiattinge, Awangpone, Tanete Riattang Timur, Barebbo, Mare, Sibulue, Tonra, Salomekko, dan Kajuara.
B. Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan dan Pelestarian Hutan Lindung di Desa Bulu-Bulu Kec. Tonra Kab. Bone
Dalam Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung diDesa Bulu-Bulu Kec. Tonra Kab. Bone.Menurut Werf dalam toshuaig (2013) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum.
Adapun masing-masingjawaban informan pada tiap indikator dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan-keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Data yang dihimpun dari informan untuk variable perencanaan dengan indikator perencanaan prosedur-prosedur yang jelas tampak pada jawaban informan tersebut. Berikut hasil kutipan wawancara dengan Kepala Dinas Kehutanan terkait dengan perencanaan sebagai berikut ini:
“Apa yang dilakukan pihak Pemkab Bone dalam melakukan suatu perencanaan dalam suatu kegiatan kebijakan dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung di DesaDesa Bulu-Bulu Kec. Tonra Kab. Bone. secara jelas pihak Dinas Kehutanan bekerja sama dengan pihak pengelola hutan lindung di Desa Labbo (BUMDES) untuk mengikut sertakan masyarakat dalam melakukan suatu
perencanan-perencanaan terkait suatu program-program yang setiap direnacanakan guna mendapat suatu dukungan agar setiap kegiatan yang dijalankan dapat terlaksana dengan baik dalam penyusunan perencanaan kami mengagendakan kegiatan tersebut, dalam setiap pelaksanaan biasanya suatu kegiatan pengelolaan dan pelestarianyang kami rencanakan dan dilaksanakan biasanya dilaksanakan beberapa kali dalam satu tahun” ( Hasil Wawancara SN,20April2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan KepalaDinas Kehutanan Kab. Bone, bahwa perencanaan melibatkan masyarakat setempat dalam setiap perencanaan yang dilakukannya pihak Dinas Kehutanan mengagendakan setiap kegiatan yang dilaksanakan, apakah ini sesuai dengan konsep perencanaan itu sendiri bahwa secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan pemerintah secara menyeluruh. Jika masyarakat atau tokoh masyarakat diikut sertakan dalam melakukan suatu perencanaan kegiatan kebijakan dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindungapakah masyarakat dan tokoh masyarakat memberikan suatu ide didalam pembahasan dan apakah ide dari masyarakat dapat diterima.
Pengamatan tersebut didukung dengan pertanyaan yang disampaikan oleh tokoh masyarakat bahwa:
“Dalam setiap perencanaan pelaksanaan kegiatan kebijakan dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung,pihak pemkab maupun pemerintah setempat melibatkan kami di dalam rapat untuk memberikan suatu masukan atau ide-ide guna menunjang program yang ingin dicapai ” (Hasil Wawancara SD, 22 April 2016).
Beradasarkan hasil wawancara tersebut mengakui bahwa dalam setiap perencanaan yang dilakukan oleh pihak pemkab Bone (Dinas Kehutanan), tokoh masyarakat ikut serta dalam melakukan suatu perencanaan dalam suatu rapat untuk memberikan masukan guna menunjang program kegiatan yang dilakukannya berdasarkan dengan konsep perencanaan tersendiri Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan- keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program. Sesuai dengan konsep perencanaan diatas bahwa perlu keputusan-keputusan secara kolektifdalam melakukan suatu program pengelolaan dan pelestarian hutan lindungtersebut bagaimana keputusan-keputusan yang telah disepakati bersama oleh tokoh masyarakat dapat bermanfaat bagi semua element yang terkait didalamnya. Pengamatan tersebut didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh masyarakat bahwa:
“Terlaksananya suatu kegitan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung di Kec. Tonra Kab.
Boneyang dilakukan oleh Pemkab Bone tidak lepas dari dukungan masyarakat sekitar, terkait dengan setiap perencanaan yang diagendakan setiap tahunnya, masyarakat ikut serta memberikan masukan atau tanggapan dalam setiap rapat yang dilaksanakan oleh pihak Pemkab Bone” (Hasil WawancaraFM,22April2016).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh masyarakat yang peneliti wawancara bahwa terlaksannya suatu kegiatan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung di Kec. Tonra Kab. Bone.Sebagai masyarakat diikut sertakan dalam suatu rapat
perencanaan untuk memberikan masukan, seputar dengan pembahasan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung, dengan mengikut sertakannyamasyarakata pihak pemerintah (Dinas Kehutanan) mendapat dukungan dari masyarakat itu sendiri seputar dengan kegitan yang akan dilaksanakannya. Memang seharusnya masyarakat dilibatkan dalam tahap perencanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung yang akan dilaksanakan karena masyarakatlah, yang akan merasakan secara langsung terhadap dampak positif apa yang akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan bermanfatnya suatu kegiatan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung di Kec. Tonra Kab. Bone, dapat memberikan gambaran tehadap bagaimana Hutan Lindung merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya pada penjelasan Pasal 5 dimana Hutan Lindung adalah hutan negara yang dimanfaatkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya di dalam PP No. 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan, hutan lindung didefenisikan sebagai hutan negara yang belum dibebani izin atau hak yang dikelola oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan dalam Permenhut No. 49 Tahun 2008 tentang Hutan Lindung, Hutan Lindung adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak.
Ketiga pengertian pada aturan perundangan tersebut di atas menunjukkan bahwa hutan desa merupakan suatu bentuk pengelolaan hutan yang mengakomodasi kepentingan dan partisipasi masyarakat secara luas didalam pengelolaan hutan. Konsep ini menawarkan hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara masyarakat di desa dengan lahan hutan. Disatu sisi, masyarakat mendapatkan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hutan dan disisi lain hutan mendapatkan penanganan pelestarian. Olehnya itu agar simbiosis ini saling menguntungkan, dalam melakukan pengelolaan hutan desa setidaknya dijalankan dengan tiga prinsip yaitu :
1. Partisipasi.
2. Pertanggung jawaban dan 3. Keadilan.
Partisipasi hendak menunjuk pada suatu prinsip bahwa suatu keputusan yang harus diambil didalam pengelolaan hutan desa harus mencerminkan dan memperoleh persetujuan dari rakyat. Tidak boleh ada keputusan yang diambil secara sepihak atau tidak boleh ada keputusan tanpa partisipasi;
Pertanggungjawabanmerupakan prinsip mengharuskan lembaga pengelola hutan desa memberikan laporan yang jujur terhadap apa yang sudah dijalankan. Hal ini perlu ditegakkan agar tidak terjadi tindakan yang berbasis subyektivitas, yang pada gilirannya merugikan masyarakat;
Keadilanmerujuk pada keharusan tidak adanya diskriminasi, pembedaan dan kecurangan dalam proses penyelenggaraan pengelolaan hutan desa.
Pengamatan tersebut didukung dengan pertanyaan yang disampaikan oleh masyarakat bahwa:
“Membicarakan tentang perencanaan-perencanaan terkait dengan kegiatan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung di Kec. Tonra Kab. Bonepihak pemerintah (Dinas Kehutanan) biasanya akan memberikan info kepada masyarakat terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, tetapi tidak semua masyarakat terlibat didalampenyusunan perencanaan-perencanaan, ada masyarakat tersendiri yang mewakili semua masyarakat untuk menghadiri rapat seputar pembahasan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan” (Hasil WawancaraIR,22April2016).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan diatas masyarakat diberikan info terkait dengan adanya suatu kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung yang dilakukan oleh pihak pemkab (Dinas Kehutanan) dengan memberiakn info tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan ini merupakan, suatu hal positif bagi pemerintah setempat karena masyarakat akan mengetahui akan ada kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pihak pemerintah. Ini akan menggembirakan masyarakat karena merasa diberikan perhatian oleh pemerintah lewat dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
Penyusunan perencanaan tidak semua masyarakat diikut sertakan dalam mengikuti suatu rapat perencanaan tetapi ada perwakilan dari masyarakat itu sendiri saya rasa ini cara yang efektif tetapi apakah dari perwakilan masyarakat itu sendiri mampu memberikan kontribusi
masukan atau tanggapan-tanggapan didalam membahas perencanaan pelaksanan kegiatanpengelolaan dan pelestarian hutan lindung. Pernyataan tentang dilibatkannya masyarakat dalam perencanaan-perencanaan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindungdidukung dengan pernyataan masyarakat sebagai berikut:
“Biasanya pihak pemerintah setempat bersama pengelola hutan lindung (BUMDES) menyurati kami bahwa akan ada kegiatan- kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pihak pemkab terkait dengan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung, masalah kami dilibatkan didalam perencanaan-perncanaan tidaklah semua masyarakat tetapi ada yang mewakili dari pihak kami” (Hasil Wawancara SD,23April2016).
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa tidak semua masyarakat dilibatkan dalam perencanaan tetapi ada perwakilan tersendiri dari masyarakat yang membahas tentang perenacanaan-perencanaan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung masyarakat pada umumnya di infokan melalui surat oleh pihak pemerintah setempat bersama pengelola hutan lindung (BUMDES) sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan.
Seperti dengan tanggapan oleh Kepala Dinas Kehutanan itu sendiri bahwa dalam setiap perencanan-perencanan pembahasan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung yang akan dilakukan, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri dilibatkan didalamnya untuk memberikan masukan terkait dengan pembahasan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung yang dilakukan oleh pihak pemerintah, supaya dalam program-program yang akan dilaksanakannya dapat diberikan dukungan oleh tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
Dengan adanya suatu dukungan oleh masyarakat tentunya akan memberikan power terhadap kebijakan itu sendiri serta akan memberikan citra positif bagi pemerintah, bahkan menurut pernyataan salah satu staf Dinas Kehutanan bahwa pemerintah pusat dalam hal ini kementrian kehutanan ikut andil dalam program kebijakan.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang pemkab Bone dalam hal ini Dinas Kehutanan dapat dikatakan melibatkan semua kalangan baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri dalam tahap perencanaan kegiatan-kegiatanterkait pengelolaan dan pelestarian yang akan dilaksanakannya. Ini sesuai dengan konsep perencanaan itu sendiri Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan- keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program. Dengan melibatkannya pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri dapat membuahkan hasil keputusan-keputusan yang secara kolektif yang dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan hasil reduksi data yang dideskripsikan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pihak Pemkab Bone dalam hal ini Dinas Kehutanan mengikiut sertakan semua elemen yang terkait didalamnya baik pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
Ini menjadi suatu tolak ukur bahwa Pemkab Bone melibatkan semua
kalangan dalam melakukan suatu kegiatan perencanaan terkait dengan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi.Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif.
Berikut data yang dihimpun dari responden untuk variabel pelaksanaan secara langsung tampak pada jawaban dari responden hasill kutipan wawancara beberapa informan terkait dengan pelaksanaan seperti berikut ini:
“Dalam bentuk pelaksanaan suatu kegiatan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindung di Kec. Tonra Kab. Bone meliputi program pemberdayaan masyarakat seperti:
melibatkan masyarakat setempat dalam pemberdayaan baik secara langsung maupun dalam pengelolaan lembaga pemengang ijin”.
(Hasil Wawancara AM, 25April2016).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa selaku pihak Pengelolaa BUMDES dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindung meliputi program pemberdayaan masyarakat seperti: melibatkan masyarakat setempat dalam pemberdayaan baik secara langsung maupun dalam pengelolaan lembaga pemegang ijin ini menunjukan bahwa pihak Pemkab Bone melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan konsep Menurut Sulistiyani (2004 : 77) secara
etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya (kekuatan/kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya.Dengan konsep pemberdayaan tersebut menunjukan bahwa pihak Pemkab menunjukan memberiakan pemberdayaan kepada pihak yang belum berdaya sesuai dengan program pelaksanaan yang mereka lakukan.
Dalam programpengelolaan dan pelestarian hutan lindungyang dilakukan oleh pihak Pemkab Bone maupum pemerintah setempat juga bergerak pada bidang penataan, pembentukan kelompok, penguatan kapasitas kelembagaan dan pengelolaan bantuan dan dirjen PMD pusat dalam pemberdayaan masyarakat berbasis hutan Desa, pendistribusian air bersih kepada warga ini menunjukan bahwa pihak pemerintah juga tidak lepas memberikan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan secara langsung manfaat pengelolaan hutan lindung. Dalam bidang lingkungan pihak Pemerintah melakukan penanaman pohon disejumlah titik lokasi yang dianggap perlu penanaman sehingga keadaan lingkungan dapat terjaga dengan baik, dan pemberian pelatihan plasma pembibitan kepada masyarakat agar masyarakat secara mandiri dalam melakukan penanaman pada lahan masyarakat itu sendiri, ini menunjukan untuk mendongkrak peningkatan perekonomian kemasyarakatan. seperti dengan konsep Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapaisasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usahaorganisasi. Jadi (actuating) artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secarabersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif .Seperti dengan pernyataan tokoh masyarakat berikut ini yang mendukung dan merasakan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindungsebagai berikut:
“Dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestarian hutan lindungapakah anda melihat sudah tepat sasaran terhadap pemberdayaan masyarakat sangat tepat sasaran karena secara langsung yang di libatkan adalah masyarakat setempat yang berada di Desa Bulu-Bulu, baik di lembaga Desa sebagai pemegang ijin dan orang yang secara langsung mengelola di dalam hutan lindung apalagi dapat meninkatkan kesejahteraan masyarakat lewat pemanfaatan potensi hutan non kayu seperti air danbatu” (Hasil Wawancara SB, 25April2016)
Berdasarkan pernyataan diatas dari tokoh masyarakat terkait dengan adanya suatu kegiatan pengelolaan dan pelestarian hutan lindungyang dilakukan oleh pihak Pemkab Bone masyarakat sekitar mendapatnilai tambah dalam pekonomian mereka artinya masyarakat merasa diberdayakan oleh pemerintah lewat kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh Pemkab Bone. Dengan adanya kegiatanyang dilakukan oleh Pemkab Bone seperti pernyataan tokoh masyarakat diatas dapat memberikan gambaran bahwa pemerintah tersebut memang melakukan suatu pembrdayaan masyarakat.
Menurut Djaenudin, D. 1994 kawasan hutan perlu dipertahankan berdasarkan pertimbangan fisik, iklim dan pengaturan tata air serta