• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informan Penelitian

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 48-85)

BAB III METODE PENELITIAN

C. Informan Penelitian

Informan yang diwawancarai dalam penelitian ditentukan secara purposive (bertujuan), dengan melihat kesesuaian antara calon informan dengan informasi yang dibutuhkan. Artinya, informan yang akan dipilih adalah mereka yang betul-betul terkait dalam usaha penambangan illegal dan pihak atau instansi terkait. Secara garis besar informan dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Dinas Pertambangan dan Energi beserta perangkatnya, Kepala Desa Julukanaya, Kepala Kecamatan Palangga, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kecamatan Palangga serta penambang pasir liar di Desa Julukanaya yang dianggap mampu memberikan informasi mengenai penelitian ini.

D. Sumber Data

Untuk mendukung validitas penelitian ini, ada dua jenis data yang hendak dikumpulkan untuk selanjutnya menjadi bahan analisis yakni:

1. Data primer merupakan data utama dalam penelitian ini. Data primer diperoleh secara langsung dari sumber data baik sebagai responden maupun informan melalui hasil wawancara dan observasi.

2. Data sekunder berupa data-data dan informasi tidak langsung yang diperoleh dari dokumen laporan-laporan, naskah peraturan/kebijakan, leaflet/brosur, dan situs-situs yang relevan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi (Iskandar, 2009:120-121). Dengan demikian, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi Teknik wawancara, observasi (pengamatan) dan studi dokumentasi yang kesemuanya terkait dengan peran pemerintah daerah dalam menanggulangi penambang pasir liar di Desa Julukanaya. Adapun penjelasan ketiga teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subyek penelitian yang terbatas (Iskandar, 2009: 129). Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan keterangan, pendapat

informan terhadap peran pemerintah daerah dalam menanggulangi penambang pasir liar di Desa Julukanaya Kabupaten Gowa. Untuk itu, model wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Wawancara Terstruktur

Model wawancara terstruktur di sini dimaksudkan dimana peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya berbentuk pedoman wawancara, walaupun tidak harus diikuti secara sistematis, tetapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam wawancara yang dapat berkembang di lapangan. Untuk wawancara terstruktur dilakukan pada tokoh masyarakat yaitu Kepala Dinas Pertambangan dan Energi beserta perangkatnya, Kepala Kecamatan Pallangga, Kepala Kepolisian Sektor Palangga, dan Kepala Desa Julukanaya.

b. Wawancara Tidak Terstruktur

Model wawancara tidak terstruktur, pertanyaan tidak disussun secara sistematis, akan tetapi pertanyaan bersifat situasional. Dalam prakteknya kedua model wawancara tersebut pada umumnya tidak dibatasi semata pada gejala yang akan diamati. Oleh karena itu, wawancara tidak terstruktur ditujukan pada penambang pasir illegal di Desa Julukanaya Kabupaten Gowa.

2. Observasi (Observation)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Kegiatan observasi meliputi pengamatan, pencatatan secara

sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung peneitian yang sedang dilakukan (Iskandar, 2009:

121).

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/ menggunakan studi dokumen sebagai teknik pengumpulan data. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penelitian ataupun yang berada di luar tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilakukan (Iskandar, 2009: 134).

F. Teknik Analisis Data

Menurut Payton dalam bukunya Moleong (2000:103), “analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”. Selanjutnya Bogdan menyatakan “analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2011: 334). Jika

dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menekankan pada maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikin dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah pengoraganisasian data, sedangkan yang kedua lebih menekankan pada maksud dan

tujuan analisis data adalah pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan bersifat deskriptif kualitatif untuk melihat peran pemerintah daerah dalam menanggulangi penambang pasir illegal di Desa Julukanaya Kabupaten Gowa dalam bentuk reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

G. Pengabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas). Penelitian merupakan kerja imiah, untuk melakukan ini maka mutlak dituntut secara obyektivitas, untuk memenuhi kriteria ini dalam penelitian maka kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabiitas) harus dipenuhi (Iskandar, 2009: 151). Adapun teknik penjamin keabsahan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu triangulasi.

Lexy J. Moleong (2002:178) berpendapat bahwa “Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu”.

Menurut Patton yang dikutip oleh HB. Sutopo (2002:78) menyatakan bahwa ada 4 macam teknik trianggulasi, yaitu :

1. Triangulasi Data (date triangulation), artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang

berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenaranya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.

2. Triangulasi Metode (methodological triangulation), jenis triangulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

Hal ini dimaksudkan untuk menguji kemantapan informasi yang diperoleh.

3. Triangulasi Peneliti (investigator triangulation), hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari informasi yang berhasil digali diharapkan dapat terjadi kesepakatan pendapat yang sama dari beberapa peneliti.

4. Triangulasi Teori (theoretical triangulation), triangulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Misalkan dalam membahas suatu permasalahan tertentu, peneliti menggunakan beberapa teori seperti teori sosial, teori budaya dan sebagainya. Dari perspektif teori yang berbeda tersebut peneliti akan memperoleh pandangan yang tidak hanya sepihak tetapi lebih lengkap hingga akhirnya bisa dianalisis dan ditarik kesimpulan lebih utuh dan menyeluruh.

Namun dalam hal ini peneliti hanya menggunakan triangulasi data.

Triangulasi data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),

dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Julukanaya 1. Kondisi Geogarfis

Kondisi geografis Desa Julukanaya termasuk dalam wilayah dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 25 meter di atas permukaan air laut, terletak di bagian Selatan Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh 9 km dari Cambaya (Ibu Kota Kecamatan Pallangga), 11 km dari Sungguminasa (Ibu Kota Kabupaten Gowa) dan 15 km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan).

Desa Julukanaya termasuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Pallangga dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Julubori Kecamatan Pallangga.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Julupa’mai Kecamatan Pallangga.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Maradekaya Kecamatan Bajeng.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Panakkukang Kecamatan Pallangga.

Keadaan ikilim Desa Julukanaya sama dengan keadaan iklim desa lainnya di Kabupaten Gowa khususnya desa-desa dalam wilayah Kecamatan Pallangga, dimana setiap tahun terjadi 3 (tiga) musim, yaitu: Musim pancaroba terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei, Musim

44

kemarau terjadi pada Bulan Juni sampai dengan Bulan September dan Musim hujan terjadi pada Bulan Oktober sampai Bulan Pebruari dengan curah hujan rata-rata dalam pertahun sekitar 400 mm dan suhu udara antara 20 derajat celcius sampai 35 derajat celcius.

Desa Julukanaya memiliki luas wilayah 3.080 Ha, terdiri atas tanah basah (sawah) dan tanah kering (kebun dan perumahan). Luas wilayah dibagi dalam 4 (empat) dusun yaitu : Dusun Pancana, Dusun Biringbalang dan Dusun Cambaya dan Dusun Ta’banga.

2. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Desa Julukanaya berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 yang dilaksanakan pada Bulan Mei 2010 sebanyak 4.380 Jiwa terdiri dari laki-laki 2.099 jiwa (47,92%) dan perempuan 2.281 jiwa (52,08) atau 1.005 KK terdiri dari Kepala Keluarga Laki-laki 917 orang (91,24%) dan Kepala Keluarga Perempuan 88 orang (8,76%), dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani, yaitu mencapai 92,84% (RPJM-Desa Julukanaya, 2011).

Berdasarkan hasil pemetaan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat pada bulan Pebruari 2010 (RPJM-Desa Julukanaya, 2011), dari jumlah penduduk tersebut diantaranya adalah warga miskin sebanyak 3.273 Jiwa (74,73%) terdiri dari laki-laki 1.640 jiwa (50,11%) dan perempuan 1.633 Jiwa (49.89%) atau 765 KK

(76,12%) terdiri dari Kepala Keluarga Laki-laki 701 orang (91,63%) dan Kepala Keluarga Perempuan 64 orang (8,37%).

Adapun jumlah penduduk berdasarkan dusun menunjukkan bahwa dusun yang terbanyak penduduknya adalah Dusun Biringbalang yaitu 1.344 jiwa (30,69%) atau 311 KK (30,95%), kemudian Dusun Cambaya sebanyak 1.185 jiwa (27,05%) atau 275 KK (27,36%) , selanjutnya Dusun Pancana sebanyak 1.154 jiwa (26,35%) atau 256 KK (25,47%) dan dusun yang paling kurang penduduknya adalah Dusun Ta’banga sebanyak 697 jiwa (15,91%)

atau 163 KK (16,22%).

Selain data jumlah penduduk, Desa Julukanaya juga memetakan jumlah penduduk miskin, yaitu; jumlah penduduk miskin Desa Julukanaya sebanyak 3.273 Jiwa terdiri dari laki-laki 1.640 Jiwa (50,11%) dan perempuan 1.633 Jiwa (49,89%), atau 765 KK terdiri dari KK Laki-laki 701 orang (91,63%) dan KK Perempuan 64 orang (8,37%) yang tersebar pada 4 (empat) wilayah dusun. Dusun yang terbanyak penduduk miskinnya adalah Dusun Cambaya sebanyak 957 Jiwa (29,24%) terdiri dari laki-laki 455 Jiwa dan perempuan 502 Jiwa, atau 234 KK (30,59%) terdiri dari KK Laki-laki 214 orang dan KK Perempuan 20 orang, kemudian Dusun Biringbalang sebanyak 954 Jiwa (29,15%) terdiri dari laki-laki 454 Jiwa dan perempuan 500 Jiwa atau 213 KK (27,84%) terdiri dari KK Laki-laki 197 orang dan KK Perempuan 16 orang, selanjutnya Dusun Pancana sebanyak 886 Jiwa (27,07%) terdiri dari laki-laki 465 Jiwa dan perempuan 421 Jiwa atau 211 KK (27,58%) terdiri dari KK

Laki-laki 190 orang dan KK Perempuan 21 orang, serta dusun yang paling kurang penduduk miskinnya adalah Dusun Ta’banga yaitu 476 Jiwa (14,54%)

terdiri dari laki-laki 266 Jiwa dan perempuan 210 Jiwa atau 107 KK (13,99%) terdiri dari KK Laki-laki 100 orang dan KK Perempuan 7 orang (RPJM-Desa Julukanaya, 2011).

Jika dibandingkan data jumlah penduduk per dusun dengan data jumlah penduduk miskin per dusun, maka dapat disimpulkan bahwa Desa Julukanaya termasukng desa yang memiliki tingkat kemiskinan penduduk yang tinggi.

Hal ini tentunya berpengaruh pada penduduk yang kesulitan mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, maraknya penambangan pasir illegal di desa ini tidak terlepas kemiskinan penduduk Desa Julukanaya.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduk Desa Julukanaya (RPJM- Desa Julukanaya, 2011) sebagian besar hanya tamat SD/Sederajat, yaitu sebanyak 1.189 orang (27,15%), kemudian yang tamat SLTP/Sederajat sebanyak 915 orang (20,89%) dan yang tamat SMA/sederajat sebanyak 712 orang (16,26) serta yang tamat Perguruan Tinggi (Diploma dan Sarjana) hanya 50 orang (1,14). Selanjutnya masih ada penduduk yang tidak tamat SD/Sederajat sebanyak 478 orang (10,91%) dan yang tidak pernah sekolah sebanyak 678 orang (15,48%) serta usia belum sekolah (Balita) sebanyak 358 orang (8,17%).

Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduk desa ini, dapat dikatakan bahwa daerah termasuk daerah yang minim sosialisasi pendidikan. Terlihat banyaknya penduduk yang hanya tamatan SD. Hal tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Desa Julukanaya agar senantiasa mensosialisasikan pentingnya pendidikan bagi masyarakatnya.

Desa Julukanaya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pengelompokan penduduk berdasarkan mata pencaharian didapatkan bahwa jumah penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS/Pensiunan sebanyak 21 orang, TNI/Polri sebanyak dua orang, karyawan swasta sebanyak 20 orang, wiraswasta/pedagang sebanyak 20 orang dan petani sebanyak 933 orang (RPJM-Desa Julukanaya, 2011).

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Julukanaya adalah petani sekitar 92,84%. Hal ini juga sesuai dengan kondisi geografis desa ini yang memak cocok untu bertani.

3. Keadaan Statistik Sosial Budaya Desa

Keadaan statistik sosial budaya Desa Julukanaya, sebagaimana desa lain di Kabupaten Gowa khususnya dalam wilayah Kecamatan Pallangga masih kental dengan budaya Makassar yang sesuai dengan nilai/norma yang berlaku di masyarakat sebagai perekat kebersamaan dan persatuan baik dalam pelaksanaan pembangunan di desa maupun kegitan sosial budaya lainnya.

Hal ini dapat dilihat dengan tingginya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di desa, baik pembangunan yang dibiayai

pemerintah maupun pembangunan prasarana dan sarana umum yang dilaksanakan secara swadaya, partisipasi dan gotong royong seperti perintisan/pembangunan jalan desa/dusun, pengadaan tanah pekuburan dan pembangunan/rehabilitasi masjid. Namun bentuk partisipasi yang dilaksanakan secara gotong royong sudah mulai bergeser dari kerja bakti (tenaga) menjadi materi. Hal ini disebabkan pada umumnya masyarakat Desa Julukanaya sibuk dengan kegiatan usaha mata pencaharian masing-masing.

Kegiatan sosial budaya lainnya yang masih berkembang dan dilestarikan masyarakat dapat dilihat pada penyelenggaraan acara pesta hajatan khitaman dan pernikahan, dimanan masyarakat Desa Julukanaya masih menjadikan tradisi ini sebagai wahana mempererat kebersamaan dan menjalin persatuan antar keluarga dan kerabat.

Keadaan statistik sosial budaya Desa Julukanaya juga berkaitan erat dengan agama. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan menjadi strategi terutama sebagai landasan spiritual, moral dan etika pembangunan. Masyarakat Desa Julukanaya 100% memeluk Agama Islam, maka dalam rangka mewujudkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, dilakukan pengembangan lembaga dan pendidikan Agama Islam, serta peningkatan sarana dan prasarana Agama Islam.

Pengembangan lembaga dan pendidikan Agama Islam dapat dilihat dengan dilakukannya pendirian dan pembinaan TK-TPA sebanyak 5 unit, berkembangnya pengajian yang dilakukan oleh Majelis Taklim, pencerahan

qalbuJum’at Ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya. Peningkatan sarana dan prasarana Agama Islam dapat dilihat dengan tingginya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi sebanyak 5 buah masjid.

B. Profil Informan

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu dengan melihat kesesuaian antara calon informan dengan informasi yang dibutuhkan. Adapun informan yang berhasil dirampungkan berdasarkan teknik pemilihan informan di atas, antara lain untuk Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa digantikan oleh Kepala Bidang Pertambangan Umum Distamben Kab. Gowa, Kapolsek Kec.

Pallangga digantikan oleh Kanit Pidsus (Pidana Khusus)/Tipikor Polres Kab.

Gowa, Kepala Desa Julukanaya, dan lima orang penambang pasir illegal di Desa Julukanaya.

Dari semua informan yang disebutkan di atas, peneliti perlu memberitahukan beberapa hal, antara lain, pihak kecamatan Pallangga sewaktu ditemui oleh peneliti tidak bersedia memberikan informasi mengenai tambang pasir illegal di Desa Julukanaya, pihak Polsek Kec. Pallangga setelah ditemui peneliti menyatakan bahwa untuk urusan penambang pasir illegal, pihak Polres Kab. Gowa telah mengambil alih sehingga pihaknya menyarankan untuk melakukan penelitian di Polres saja. Berikut profil singkat dari informan yang didapatkan dalam penelitian ini:

1. MT

Informan dengan inisial ini merupakan salah satu kepala bidang di Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa. Lebih tepatnya beliau menjabat sebagai Kepala Bidang Pertambangan Umum. Jadi, segala hal mengenai pertambangan beliau yang mengurusi. Informan MT ini menyelesaikan pendidikannya dengan memperoleh gelar insinyur. Kurang lebih 4 tahun beliau menjabat sebagai Kepala Bidang Pertambangan Umum.

Saat ini, dengan umur 44 tahun, beliau bertekad untuk memajukan pertambangan yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Gowa.

2. YO

Inisial YO merupakan informan yang berprofesi sebagai polisi. Saat ini beliau berumur 40 tahun dan bertugas di Kepolisian Resor Kabupaten Gowa (Polres Gowa). Beliau menjabat sebagai Kanit Pidsus (Kepala Unit Pidana Khusus)/Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) dengan pangkat Ipda (Inspektur Polisi Dua). Informan inisial YO ini berasal dari Jawa dan telah bertugas di Kabupaten Gowa selama empat tahun.

3. AL

Informan yang berinisial AL adalah Kepala Desa Julukanaya. Beliau telah menjadi Kepala Desa selama 6 tahun. Kepala Desa yang tentunya merupakan warga asli Desa Julukanaya ini telah berumur 46 tahun.

4. DM

DM merupakan salah satu warga Desa Julukanaya yang pekerjaan sehari-harinya adalah penambang pasir illegal. Sudah cukup lama responden ini menjadi penambang pasir illegal, yaitu kurang lebih sepuluh tahun. DM berumur 29 tahun.

5. DS

Informan DS merupaka salah satu penambang pasir illegal yang juga merupakan pemilik tambang di salah satu titik Desa Julukanaya. Informan ini juga merupakan warga asli Desa julukanaya yang berumur 40 tahun. DS telah melakukan penambangan pasir selama 11 tahun. Selama 6 tahun, DS menjadi pekerja tambang pasir dan 5 tahun berikutnya, DS memiliki tambang pasir sendiri yang pekerjanya kurang lebih sepuluh orang termasuk dirinya.

6. MK

Informan yang berinisial MK ini telah menjadi penambang pasir illegal selama kurang lebih sembilan tahun. Sebelumnya ia berpindah-pindah, misalnya informan ini pernah bekerja sebagai penambang pasir illegal di Desa Bontoramba hingga pada akhirnya ia pindah di Desa Julukanaya. Walaupun demikian, MK merupakan warga asli Desa Julukanaya yang berumur 41 tahun.

7. DN

Inisial DN adalah salah satu informan yang pekerjaan sehari-harinya sebagai penambang pasir illegal. Umurnya 40 tahun. DN memiliki istri dan

empat orang anak. Kurang lebih enam tahun ia bekerja sebagai penambang pasir illegal. Walaupun, ia berpindah-pindah desa dalam melakukan pekerjaannya sebagai penambang, DN merupakan warga asli Desa Julukanaya.

8. DB

Informan berinisial DB juga merupakan warga Desa Julukanaya yang pekerjaan sehari-harinya sebagai penambang pasir illegal. Informan yang berumur 35 tahun ini memiliki istri dan 3 orang anak. Kurang lebih selama 5 tahun ia bekerja sebagai penambang pasir. Dalam melakukan pekerjaannya, DB sering berpindah-pindah desa dan saat ini DB bekerja sebagai penambang pasir illegal di Desa Julukanaya.

C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Menanggulangi Penambang Pasir Illegal 1. Aspek Pengawasan

a. Pembentukan Tim Terpadu

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah daerah Kabupaten Gowa dalam rangka menindaklanjuti maraknya penambangan pasir illegal di Kecamatan Pallangga, maka pihaknya membentuk Tim Terpadu. Tim Terpadu ini bertugas terutama untuk mengawasi dan melakukan penegakan hukum bagi oknum-oknum yang terlibat dalam penambangan pasir illegal.

Hal ini telah dijelaskan secara rinci sewaktu peneliti melakukan wawancara dengan informan YO sebagai Kepala Unit Pidana

Khusu/Tipikor Pores Kabupaten Gowa. Berikut petikan kutipan dalam wawancara yang dilakukan dengan informan YO.

“Untuk menangani maraknya penambangan liar, maka Kami membentuk Tim Terpadu atau tim dimana yang terlibat didalamnya adalah Kami sendiri, Kodim, Tingkatan Kecamatan, Satpol PP, perhubungan, pertambangan dan lingkungan Hidup” (Wawancara Informan YO, 20 September 2014).

Dari hasil wawancara dengan informan YO di atas bahwa pemerintah daerah telah membentuk Tim Terpadu guna menanggulangi maraknya penambang pasir illegal di Kecamatan Pallangga. Pihak-pihak yang terlibat adalah Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Perhubungan, Polres, Kodim, Dinas Lingkungan Hidup serta Satpol PP. Hal ini juga ditegaskan oleh informan MT sebagai Kepala Bidang Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Gowa.

“…Tim Terpadu ini atau biasa disebut Tim Sembilan dibuat tentunya untuk melakukan hal-hal seperti pengawasan, penegakan hukum ataupun penyuluhan…” (Wawancara Informan MT, 21 September 2014).

Pernyataan informan MT di atas menegaskan bahwa tujuan dibentuknya Tim Terpadu adalah untuk melakukan pengawasan, penegakan hukum dan penyuluhan dalam rangka menanggulangi penambang illegal yang ada di Kecamatan Pallangga. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Gowa telah melakukan tindakan-tindakan yang serius untuk menanggulangi penambang pasir illegal khususnya di Kecamatan Pallangga. Namun pada

kenyataannya pembentukan Tim Terpadu ini kurang efektif karena ketersediaan lapangan pekerjaan yang kurang sehingga para penambang illegal tesebut tetap pada profesinya.

b. Rutinitas turun lapangan dalam sebulan

Mengenai aspek pengawasan, Informan MT menjelaskan bahwa pengawasan tentunya dilakukan oleh tim terpadu dengan mengunjungi secara rutin lokasi yang terindikasi sedang marak penambang pasir illegal.

Secara khusus, Kecamatan Pallangga merupakan kecamatan yang senantiasa harus diawasi termasuk Desa Julukanaya.

“…Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap penambang pasir, Kami dari Tim Terpadu senantiasa melakukan kunjungan untuk mengawasi daerah-daerah yang teridentifikasi sedang melakukan penambangan. Hal ini terus dilakukan mengingat walaupun telah ada penertiban tapi biasanya tambang itu beroperasi lagi. Pengawasan ini terutama dikhususkan untuk Kecamatan Pallangga termasuk Desa Julukanaya…” (Wawancara Informan MT, 21 September 2014).

Pernyataan informan MT di atas dapat diinterpretasikan bahwa dalam melakukan pengawasan, Dinas Pertambangan dan Energi yang juga merupakan salah satu Tim Terpadu senantiasa melakukan kunjungan ke wilayah yang teridentifikasi (turun lapangan) sedang marak melakukan penambangan pasir illegal. Hal ini terutama dikhususkan di Kecamatan Pallangga termasuk Desa Julukanaya. Pengawasan akan dilakukan rutin utamanya untuk daerah yang telah dilakukan penertiban.

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 48-85)

Dokumen terkait