• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam

48

5. Keadaan Peserta Didik

Tabel 4

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 IV A 12 11 23

2 IV B 8 8 16

B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Pembinaan

peserta didik setiap hari Jum’at pagi berkumpul di lapangan sekolah untuk mengikuti Jum’at ibadah seperti sholat dhuha, melantunkan sholawat serta asmaul husna bersama, dan mendengarkan kultum yang disampaikan oleh peserta didik kelas VI. Adapun Jum’at berkah yaitu peserta didik menginfaq kan uangnya yang dibimbing langsung juga oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Hasil dari infaq peserta didik digunakan ketika ada peserta didik yang sedang sakit, biasa juga disedekahkan kepada panti asuhan. Hal ini dilakukan agar peserta didik menjadi pribadi yang peduli pada sesama. Selain itu juga ketika tiba waktu sholat dzuhur ataupun sholat ashar, kami membimbing peserta didik untuk melaksanakan sholat berjamaah di mushollah sekolah ataupun di masjid dekat sekolah.1

Sejalan dengan pendapat dari ibu Hj. Ulpiati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah menyatakan bahwa:

Bimbingan Jum’at ibadah ini dilakukan bertujuan untuk membina akhlak peserta didik. Program ekstrakurikuler ini ditujukan kepada seluruh peserta didik di SD Negeri Mangasa ini. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu setiap hari Jum’at jam 07.00, yang dibina langsung oleh para guru di SD ini yaitu ibu Rosnawati, S.Pd.I dan ibu Raodhatul Alifah, S.Pd.I, M.Pd. Peserta didik dalam hal ini diwajibkan membawa alat sholat. Setelah Jum’at ibadah, ada juga program Jum’at berkah seperti infaq yang dimana guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti mengelilingi setiap kelas.2

Begitupun juga dengan pendapat dari Ahmad Alif selaku peserta didik kelas IV B menyatakan bahwa:

Guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti mengarahkan kami untuk sholat dzuhur atau sholat ashar berjama’ah, dan juga melakukan Jum’at ibadah serta berinfaq menyisihkan sebagian uang kami untuk disumbangkan seikhlasnya. Seperti halnya saya sendiri pada Jum’at ibadah terlambat datang ke sekolah, jadi tidak sempat untuk mengikuti sholat dhuha bersama.

Guru pendidikan agama islam dan budi pekerti memberikan sanksi yaitu berdiri di depan teman-teman kemudian melantunkan sholawat.3

Berdasarkan hasil observasi pada hari Jum’at tanggal 18 Agustus 2023, tepatnya pukul 07.00 PM peneliti mengamati bahwa peserta didik telah berkumpul mengambil shaf di lapangan dengan rapih, kemudian guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti menunjuk salah satu peserta didik menjadi imam

1Rosnawati, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Negeri Mangasa Kota Makassar. Wawancara 18 Agustus 2023.

2Hj. Ulpiati, Wawancara Kepala Sekolah SD Negeri Mangasa Kota Makassar.

Wawancara 21 Agustus 2023.

3Ahmad Alif, Peserta Didik IV B SD Negeri Mangasa Kota Makassar. Wawancara 19 agustus 2023.

50

sholat dhuha. Setelah dilaksanakannya sholat dhuha bersama, guru melantunkan sholawat dan asmaul husna yang diikuti oleh peserta didik. Kegiatan selanjutnya yaitu kultum yang dibawakan langsung oleh peserta didik, saat itu tema yang disampaikan yakni mengenai sabar. Setelah melakukan kegiatan Jum’at ibadah, guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti mengelilingi setiap kelas untuk membimbing peserta didik berinfaq. Pukul 12.15 PM peserta didik bergegas untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah, saat itu pelaksanaan sholat dzuhur peserta didik di masjid dekat sekolah. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti telah menjalankan perannya sebagai pembimbing. Bukan hanya sekedar mengajar saja tetapi guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti juga berperan sebagai pembimbing dimana telah memberikan pembiasaan terhadap peserta didik karena secara tidak langsung akan tertanam dalam hati sehingga kebiasaan apa yang dilakukan merupakan suatu yang sulit untuk ditinggalkan pada peserta didik.

Sebagaimana hasil penelitian ini tentang guru sebagai pembimbing yang telah dijelaskan dalam teori Irsyaduna yang mengatakan bahwa guru sebagai pembimbing dalam artian guru berkewajiban memberikan bantuan berupa bimbingan kepada peserta didik agar mampu menemukan dan memecahkan permasalahannya sendiri, serta dapat mengenal diri sendiri dengan menyesuaikan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, guru harus mengarahkan peserta didik kearah yang lebih baik.4

2. Guru sebagai pengajar serta pendidik

Seorang guru merupakan tugas yang tidak mudah, perannya sebagai pengajar yaitu menyampaikan ilmu-ilmu pengetahuan maupun akhlak kepada peserta didik. Sebagai pengajar guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti

4Irsyaduna, “Peran Guru PAI dalam Pembentukan Akhlak”, Jurnal Studi Kemahasiswaan 1, no. 2 (2021): h.119.

hendaknya menguasai materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Rosnawati S.Pd.I. sebagai guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas IV A SD Negeri Mangasa Kota Makassar menyatakan bahwa:

Peran sebagai Guru yaitu pengajar yang dimana mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan baik kepada peserta didik. Selain dari itu, sebelum menyampaikan materi di ruang kelas, guru harus menguasai materi pembelajaran yang hendak disampaikan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain dari peran guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti sebagai pengajar, kami juga berperan sebagai pendidik. Dalam proses pembelajaran kami juga memberikan contoh terkait akhlak dalam kehidupan sehari-hari pada peserta didik, seperti sikap disiplin misalnya tepat waktu ke sekolah, selalu hadir mengikuti pelajaran di sekolah, menghargai guru maupun teman.5

Peneliti juga melakukan wawancara dengan ibu Raodhatul Alifah, S.Pd.

M.Pd. sebagai guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas IV B SD Negeri Mangasa Kota Makassar menyatakan bahwa:

Peran sebagai guru tidak hanya memberikan materi saja, namun kami juga memberikan praktek langsung kepada peserta didik terkait dengan akhlaknya, misalnya memberikan pembiasaan sholat dzuhur berjama’ah, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan kultum baik tentang akhlak maupun kisah-kisah nabi setiap hari Jum’at di lapangan, serta memberi pembiasaan untuk sopan dalam berbicara sehari-hari.6

Demikian juga wawancara yang peneliti lakukan dengan Muhammad Ricky Saputra selaku peserta didik kelas IV A menyatakan bahwa:

Guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti sebelum belajar kami disuruh untuk berdo’a, membaca surah-surah pilihan. Guru pendidikan agama Islam juga memberikan kami pembiasaan sopan dalam berbicara, dan juga dilaksanakan Jum’at ibadah di lapangan yaitu mendengarkan kultum dari salah satu peserta didik kelas VI.7

5Rosnawati, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Negeri Mangasa Kota Makassar. Wawancara 18 Agustus 2023.

6Raodhatul Alifah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Negeri Mangasa Kota Makassar, Wawancara 18 Agustus 2023.

7Muhammad Ricky Saputra, Peserta Didik Kelas IV A SD Negeri Mangasa Kota Makassar. Wawancara 19 Agustus 2023.

52

Disimpulkan dari pendapat di atas bahwa guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti telah menjalankan perannya yaitu sebagai pengajar. Dapat diketahui saat guru menyampaikan materi pembelajaran yang juga dikaitkan dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari peserta didik agar lebih memiliki akhlak yang baik. Dengan adanya pembinaan akhlak peserta didik, hal tersebut dapat mendorong peserta didik untuk memiliki akhlak yang lebih baik lagi. Jadi pembinaan akhlak sangat erat kaitannya, ketika tidak adanya pembinaan akhlak bagi peserta didik maka akan membuat akhlak peserta didik tidak baik. Guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti tidak hanya berperan sebagai pengajar saja tetapi juga berperan sebagai pendidik. Dimana guru memberikan pembiasaan- pembiasan yang baik yang bisa dipraktekkan langsung oleh peserta didik. Dengan demikian keberhasilan guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti dalam pembinaan akhlak peserta didik dimana guru tersebut dapat menjalankan perannya sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik.

Hasil observasi yang dilakukan pada hari Kamis 10 Agustus 2023, tepatnya pukul 07.00 PM peneliti mengamati pada saat itu sebelum memasuki kelas peserta didik telah berada di depan kelas dan bersalaman kepada guru.

Kemudian peserta didik memasuki kelas lalu berdo’a dan membacakan surah- surah pilihan. Setelah berdo’a guru pendidikan agama Islam mengevaluasi peserta didik mengenai materi pekan lalu. Kemudian guru masuk pada materi pembelajaran selanjutnya, saat itu materinya mengenai turunnya surah makkiyah dan madaniyah serta menjelaskan kapan terjadinya surah makkiyah dan madaniyah. Hal ini dikaitkan dengan sifat nabi Muhammad saw. yang harus diteladani atau dipraktekkan dalam kehidupan peserta didik. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti telah menjalankan perannya sebagai pengajar dan berperan juga sebagai pendidik dimana guru pendidikan

agama Islam dan budi pekerti telah memberi contoh sikap disiplin kepada peserta didik.

Sebagaimana hasil penelitian ini tentang guru sebagai pengajar dan pendidik yang dijelaskan dalam teori Erwin Widiasworo yang mengatakan bahwa peran guru tidak hanya cukup sebagai pengajar saja akan tetapi sebagai pendidik juga. Perbedaannya yaitu terkait dengan tugas seorang guru yang bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan berupa materi pembelajaran, tetapi juga dapat membentuk sikap, akhlak, dan karakter peserta didik agar dapat tumbuh menjadi generasi yang cerdas, memiliki karakter dan akhlak yang mulia.8

3. Guru sebagai model atau teladan

Guru sebagai model atau teladan penting dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti dalam pembinaan akhlak peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sebab guru menjadi contoh kepada peserta didik baik dari tata bicara, berpakaian, perilaku. Sehingga nantinya diharapkan peserta didik dapat memiliki akhlak yang baik terutama dari segi sopan santun dan menghargai orang lain.

Sebagaimana wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu Raodhatul Alifah, S.Pd.I, M.Pd. menyatakan bahwa:

Peran guru sebagai teladan sangatlah penting dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar khususnya pembinaan akhlak peserta didik. Kami sebagai guru terkadang menegur secara pribadi peserta didik jika ada bahasa yang kurang enak untuk didengar. Selain itu kami juga memberikan contoh berbicara yang sopan dibawa ke lingkungan sekolah, dalam artian bahasa di luar sekolah jangan dibawa ke sekolah. Hal ini agar peserta didik terbiasa untuk berperilaku sopan santun dalam berbicara, sehingga kebiasaan ini kelak akan dibawa ke luar dari lingkungan sekolah. Kami juga selalu mengingatkan peserta didik untuk bisa menghargai orang lain.9

8Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas (Yogyakarta: DIVA Press, 2018), h.83.

9Raodhatul Alifah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Negeri Mangasa Kota Makassar. Wawancara 18 Agustus 2023.

54

Begitupun dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu Rosnawati, S.Pd.I. menyatakan bahwa:

Peran kami sebagai teladan yakni memberikan contoh kepada peserta didik seperti bersalaman ketika bertemu guru, menjaga tata krama permisi ketika berhadapan dengan guru maupun teman, menjaga ucapan yang sopan santun.10

Sejalan dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan Khanza Aprilia selaku peserta didik kelas IV B menyatakan bahwa:

Guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti memberikan kami kebiasaan untuk selalu berkata sopan kepada teman dan guru. Pada saat proses pembelajaran di kelas saya pernah berkata tidak sopan kepada teman dan bermain saat guru menjelaskan kemudian guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti menasehati saya dan memberikan sanksi yaitu menghafalkan surah-surah pendek agar tidak mengulangi perbuatan tersebut.11

Begitupun juga dengan pendapat Muhammad Ikram selaku peserta didik kelas IV A menyatakan bahwa:

Guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti memberikan kami pembiasaan untuk selalu menghormati orang lain, terutama terhadap guru.

Seperti mengucapkan permisi ketika hendak lewat di depan guru, meminta izin saat ingin ke toilet, dan menjaga ucapan.12

Dari hasil wawancara tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa untuk pembinaan akhlak peserta didik guru memberi pembiasaan sebagai suatu hal yang dapat di terapkan di kehidupan sehari-hari peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk memiliki akhlak yang baik. Dengan adanya pembinaan akhlak peserta didik, hal tersebut dapat mendorong peserta didik untuk membiasakan sopan santun terhadap orang lain.

Sebagaimana hasil observasi yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 24 Agustus 2023, tepatnya pukul 15.30 PM peneliti mengamati peserta didik kelas

10Rosnawati, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Negeri Mangasa Kota Makassar. Wawancara 18 Agustus 2023.

11Khanza Aprilia, Peserta Didik Kelas IV B SD Negeri Mangasa Kota Makassar.

Wawancara 19 Agustus 2023.

12Muhammad Ikram, Peserta Didik Kelas IV A SD Negeri Mangasa Kota Makassar.

Wawancara 19 Agustus 2023.

IV B melakukan pembelajaran di kelas yang diajar oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Pada saat itu peserta didik di kelas tersebut sangat memperhatikan guru menjelaskan, namun salah satu peserta didik ada yang mengganggu temannya hingga ribut sehingga guru pendidikan agama Islam memanggil ke depan peserta didik yang ribut untuk diberi nasehat agar ketika guru menjelaskan pembelajaran maka peserta didik jangan ribut mengganggu temannya. Kemudian guru pendidikan agama Islam memberi sanksi yaitu menghafalkan surah-surah pendek, agar tidak diulangi kembali hal tersebut.

Dengan demikian, guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti telah menjalankan perannya sebagai model, dimana guru tersebut dapat membiasakan sopan santun bagi peserta didik.

Sebagaimana hasil penelitian ini tentang guru sebagai model atau teladan yang dijelaskan dalam teori Syabuddin Gade yang mengatakan bahwa guru berarti memiliki tata cara serta gaya bicara yang harus menjadi model, berpakaian, dan kebiasaan juga harus menjadi teladan, perilaku, dan pola pikir serta kesehatan dan gaya hidupnya. Sebagai teladan yang baik bagi peserta didik dan kewibawaannya sehingga marwah guru dapat terjaga.13

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari guru pendidikan agama Islam dan budi pekeri SD Negeri Mangasa telah menjalankan perannya dengan baik dalam mengajar, mendidik, membimbing, dan menjadi model atau teladan. Sekolah tersebut mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yaitu bimbingan Jum’at ibadah serta Jum’at berkah dan juga melakukan pembiasaan sholat dzuhur dan ashar berjama’ah yang dilaksanakan pada sekolah tersebut.

Namun beberapa peserta didik masih ada yang meempunyai akhlak yang kurang baik.

13Syabuddin Gade, Pengembangan Interaksi Edukasi Pembelajaran PAI (Banda Aceh:

Ar-Raniry Press, 2019), h. 42.

56

C. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru pendidikan agama

Dokumen terkait