• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

E. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan lembar observasi atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Sumber data yang menjadi bahan baku

44

penelitian, untuk diolah merupakan data yang berwujud data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Sumber data primer, yaitu Data Primer Yaitu data empiris yang diperoleh dari lapangan berdasarkan hasil wawancara bersama informan penelitian dan hasil observasi.

Teknik penentuan Informan pada penelitian ini, yakni informan dipilih dengan cara Purposive sampling. Penggunaan pendekatan ini diharapkan dapat memberi informasi dari orang perindividu atau kelompok masayrakat. Peneliti akan mendapatkan fakta-fakta dari pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, ide-ide pengalaman-pengalaman tentang implementasi Kerukunan umat Beragama di Kabupaten Soppeng serta fenomena Sosial secara umum di Kabupaten Soppeng.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil tidak secara langsung dari sumbernya, data sekunder diambil dari berbagai dokumen-dokumen grafis (Tabel, catatan, notulen rapat, sms dan lain-lain) foto-foto, film , rekaman vidio, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer seperti laporan,buku-buku, karya tulis atau majalah ataupun seseorang yang mendapatkan informasi dari orang lain yang berkaitan dengan penelitian.

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama dalam Human Instrumen.

Adapun alat bantu penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pedoman wawancara, adalah alat yang digunakan dalam melakukan wawancara yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari informan yang berupa daftar pertanyaan.

b. Alat tulis menulis yaitu : buku, pulpen, atau pensil sebagai alat untuk mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara.

c. Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh penelitian pada saat melakukan pengamatan langsung di lapangan.

d. Catatan dokumentasi, adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

e. Kamera ponsel, sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti.

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode Proses Pengumpulan data pada penelitian ini, yakni peneliti terlibat langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari masyarakat di desa watu toa Kabupaten Soppeng, untuk menghindari

46

terjadinya kesalahan atau kekeliruan dalam hasil penelitian yang akan diperoleh nantinya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu.

1. Observasi

Teknik observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang di lakukan secara sistematis. Observasi yang dipilih pada penelitian ini yakni observasi partisipatif. Peneliti mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan kepada informan yang menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.

2. Wawancara

Teknik Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui komunikasi, yakni proses Tanya jawab antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (Narasumber). Penelitian ini menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin, yakni peneliti mengunjungi lansung kerumah atau tempat tinggal tokoh masyarakat dan tokoh agama atau orang yang akan diwawancarai untuk menanyakan secara lansung hal-hal yang perlu ditanyakan.

Untuk memahami pola-pola kerukunan umat beragama di Kabupaten Soppeng maka teknik yang di gunakan adalah teknik wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam (indepth interview), wawancara tidak terstruktur terdiri dari wawancara terarah dan wawancara tidak terarah.

Melalui wawancara terarah diharapkan dapat mengumpulkan informasi

sebanyak mungkin dari Informan yang dipilih umtuk dijadikan pedoman mewakili yang lain sehingga dapat diungkap berbagai persoalan yang berkaitan dengan fokus studi yaitu Pola kerukunan umat beragama di Kabupaten Soppeng.

3. Dokumentasi

Dalam teknik dokumentasi, Pengumpulan data pada penelitian ini yakni penulis menggunakan kamera dan alat tulis untuk membantu mengumpulkan data-data secara akurat untuk megnhindari kesalahan penyusunan dalam hasil penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Melakukan Data yang diperoleh dari responden melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi merupakan deskripsi tentang pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnyan untuk dianalisa dan disajikan memiliki makna.

Menurut Muhalammad Idrus (2009:147) untuk menggunakan analisis data berdasarkan langlah-langkah berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data bertujuan untuk memudahkan membuat kesimpulan terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan yang tertulis dilapangan. Apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah mereduksi yaitu menggolongkan, mengarahkan,

48

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikannya sehingga nantinya mudah dilakukan penarikan kesimpulan. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh melalui wawancara yang meliputi penanaman nilai karakter oleh guru sejarah. Setelah data diperoleh, kemudian digolongkan berdasarkan sub-sub kajian yang dipelajari. Hal ini dilakukan karena data yang didapat tidak urut. Jika data kurang lengkap maka peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga peneliti lebih mudah dalam menarik kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam penarika kesimpulan penelitian, semua hasil observasi, wawancara, temuan dokumentasi harus diproses dan dianalisis, setelah data disajikan maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data yang terkumpul melalui reduksi data kemudian penyajian data sehingga menjadi data yang siap disajikan dan akhirnya dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan hasil penelitian.

I. Teknik Keabsahan data

Teknik keabsahan data adalah proses mentriangulasi tiga data yang terdiri dari data Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Adapun alat yang digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu :

1. Triangulasi Sumber Data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber pengolahan data. Disini peneliti melakukan wawancara tentang masjid dijadikan peningkatan spiritual siswa secara mendalam dan observasi.

2. Triangulasi Metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.

3. Triangulasi Teknik, menurut Sugiyono (2011 : 330) triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi untuk sumber data.

50 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Watu Toa Kabupaten Soppeng

Desa Watu Toa merupakan salah satu desa yang dibangun pada tahun 1991 dengan jumlah penduduk sebanyak 5.291 jiwa dengan luas wilayah 4.225 ha yang terdiri dari 4 dusun. Desa Watu Toa memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, dimana musim hujan biasanya terjadi di bulan April dan musim kemarau di bulan Agustus.

Desa Watu Toa salah satu desa yang penduduknya terbagi atas dua keyakinan agama yaitu agama Islam dan Kristen, namun penduduk Desa Watu Toa mayoritas penduduknya beragama Islam. Keadaan ekonomi yang terbesar ada di petani, namun ada juga yang berprofesi sebagai tambak ikan dan pekebun jagung.

B. Letak Geografi dan Topografi Desa Watu Toa

Luas Wilayah Desa Watu Toa 4.762 ha dengan ketinggian tanah 52 m yang berada di Kecamatan Marioriwawo. Adapun batasan wilayah Desa Watu Toa iyalah Sebelah timur berbatasan dengan Desa Congko dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gattareng Toa. Adapun jumlah penduduk yang dimiliki oleh Desa Watu Toa yang dibagi atas jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Desa Watu Toa berdasarkan Jenis Kelamin

No Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan

1 5.291 2.289 3.002

Total 2.289 3.002

Sumber Data: Data Statistik Desa Watu Toa

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk Desa Watu Toa sebanyak 5.291 jiwa yang dimana diantaranya laki-laki berjumlah 2.289 jiwa dan perempuan berjumlah 3.002 jiwa.

Mayoritas penduduk Desa Watu Toa berprofesi sebagai petani, namun ada juga yang berprofesi sebagai PNS, Wiraswasta dan masih banyak lagi.

Adapun rincian pekerjaan masyarakat Desa Watu Toa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Pekerjaan Penduduk Desa Watu Toa

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 3.022

2 Pedagang 543

3 PNS 332

4 Buruh 187

Sumber Data: Data Statistik Desa Watu Toa

Berdasarkan data di atas mayoritas masyarakat Desa Watu Toa bekerja sebagai petani yang berjumlah 3.022 jiwa, yang bekerja sebagai

52

pedagang sebanyak 543 jiwa, untuk yang bekerja sebagai PNS sebanyak 332 jiwa, sedangkan yang bekerja sebagai buruh sebanyak 187 jiwa.

53 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pola Kerukunan Dan Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten Soppeng

Desa Watu Toa merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak di Kecamatan Marioriwawo sebanyak 5291 jiwa.

Adapun rincian jumlah penduduk berdasarkan agama.

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Desa Watu Toa Berdasarkan Agama

No Jumlah Penduduk Agama Islam Agama Kristen

1 5291 5176 115

Sumber Data: Data Pemerintahan Desa Watu Toa

Berdasarkan data penduduk Desa Watu Toa di atas perbedaan agama di Desa Watu Toa adalah total jumlah penduduk sebanyak 5.291 jiwa dan yang beragama Islam sebanyak 5.176 jiwa dan yang beragama Kristen sebanyak 115 Jiwa.

Pola kerukunan merupakan suatu sikap yang toleransi, sikap saling menghormati dan menghargai, dan melakukan kerjasama dalam kehidupan sosial. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Noimbidi S.Th selaku pendeta Desa Watu Toa pad tanggal 12 Oktober 2020:

54

“Kerukunan merupakan suatu sikap yang saling menghargai antara umat manusia baik itu berbeda suku, ras dan juga beda agama karena sikap kerukunan itu bisa terjadi jika masyarakat bisa tetap melakukan hal tersebut”.

Hasil wawancara di atas menjelaskan kerukunan merupakan suatu sikap saling menghormti sesama umat manusia baik itu berbeda ras, suku, dan juga agama. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Pak Drs. Mustafa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“kerukunan merupakan suatu sikap yang penuh dengan toleransi, saling menghormati, saling menghargai, dan juga melakukan kerjasama antara uamt beragama baik itu berkeyakinan yang sama dan juga yang berbeda, karena dengan melakukan semua sikap tersebut maka kerukunan akan dapat terwujudkan”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas menjukkan pendapat masyarakat terkait kerukunan, kerukunan merupakan siakp toleransi terhadap setiap uamt manusia, sikap saling menghormati dan saling menghasrgai serta melakukan kerjasama antara masyarakat di kehidupan sosial.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Saenen selaku Ketua RT Desa Watu Toa Kecamatan Warioriwawo Kabupaten Soppeng pada tanggal 12 Oktober 2020 :

“Pola atau kerukunan di Desa Watu Toa berjalan dengan baik, masyarakat disini saling menghargai baik itu agama yang sama dan juga yang beda, sedangkan saya juga punya keluarga yang muslim dan kami saling menghargai wawalupun beda keyakinan”.

Berdasarkan hasil penelitian kepada Ketua RT Desa Watu Toa Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng kehidupan sosial di Desa

Watu Toa penuh kerukunan dan saling menghargai antara masyarakat walaupun berbeda keyakinan, hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu Hj. Darma Uleng S.Pd selaku masyarakat Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“Kalau soal pola hidup di desa kami ini berjalan sangat baik yaitu saling menghargai antara masyarakat yang satu dan yang lain, bahkan jika dilihat kehidupan bermasyarakat di desa ini seakan-akan tidak ada yang berbeda agama karena masyarakat disini tidak pernah memilih-milih untuk bergaul entah itu beda agama sekalipun”.

Dari hasil wawancara di atas kehidupan bermasyarakat di Desa Watu Toa berjalan sangat baik, masyarakat setempat tidak pernah memandang agama dalam hal bergaul sehingga masyarakat Desa Watu Toa penuh dengan kerukunan baik itu satu keyakinan maupun beda keyakinan.

Hidup dengan penuh toleransi maka akan menciptakan kehidupan yang tentram dan damai sehingga dalam kehidupan sosial bermasyarakat dapat berjalan dengan saling menghargai yang akan menghidarkan dari hal yang negatif dalam hidup bermayarakat. Kehidupan di Desa Watu Toa juga berjalan dengan damai karena sikap toleransi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Watu Toa sangat baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Drs. Mustafa M.Pd selaku pengurus mesjid Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

56

“Sikap toleransi masyarakat disini sangatlah baik, contohnya pemeluk agama kristen atau nasrani melakukan ibadah di tempat suci mereka masyarakat agama islam tidak menggangu malahan terkadang menegur kendaraan yang lewat dengan suara keras karena akan menggangu ibadah agama nasrani atau kristen, begitupuun dengan agama nasrani atau kristen jika masyarakat agama islam melakukan kegiatan ibadah msyarakat pemeluk agama kristen juga tidak menggangu”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas sikap toleransi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Watu Toa Kecamatan Marioriwawo sangatlah baik dimana jika masyarakat pemeluk agama nasrani atau kristen melakukan ibadah di tempat suci mereka masyarakat agama Islam tidak akan menggangu kegiatan mereka, begitupun dengan masyarakat yang beraga ma nasrani jika masyarakat agama Islam melakukan kegiatan ibadah di mesjid masyarakat beragama Nasrani atau Kristen tidak menggangunya pula.

Sampai saat ini kehidupan di Desa Watu Toa tidak pernah tejadi keributan atau percekcokan antara kehidupan sosial masyarakat di Desa Watu Toa hal ini disebabkan karena besarnya sikap toleransi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Ibnu Hajar S.Pd.i selaku Kepala Dusun Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“Dari dulu sampai sekarang di Desa ini tidak pernah terjadi keributan atau percekcokan, ini disebabkan karena masyarakat disini menyadari kita ini hidup serumpun yang berarti kita ini semuanya bersaudara dan tidak akan menjadikan pembatas hubungan jika keyakinan mereka berbeda”

Berdasarkan hasil wawancara di atas masyarakat Desa Wato Toa Kecamatan Warioriwawo kerukunan kehidupan bermasyarakat selalu terjalin dengan baik dan tidak pernah terjadi keributan diantara mereka, hal

ini disebabkan karena masyarakat Desa Watu Toa tidak menjadikan perbedaan keyakinan sebagai pembatas untuk kerukunan mereka karena mereka telah hidup serumpun sehingga dapat dikatakan bersaudara.

Sikap toleransi di Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten Soppeng sangatlah baik, adapun bentuk-bentuk toleransi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Wato Toa adalahh sebagai berikut:

a. Kerjasama Dalam Kegiatan Keagamaan

Kerja sama dalam kegiatan agama merupakan hal yang tidak mudah jika individu tidak menanamkan rasa toleransi yang besar dalam kehidupannya. Mengenai kerja sama dalam kegiatan agama di Desa Watu Toa berjalan sangat baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Noimbidi S.Th selaku Pendeta Desa Watu Toa pada tanggal 12 Oktober 2020:

“Kalau soal kerja sama di bidang agama saya rasa di desa ini sangat baik yah kalau masalah itu, contohnya saja acara besar islam tahun lalu masyarakat pemeluk agama kristen menjaga sekaligus mengatur lalulintas di depan mesjid agar proses kegiatan dapat berjalan dengan lancar” begitupun dengan agama islam.

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui kerjasa dalam kegiatan agama di Desa Wato Toa saling membantu dalam hal agama contohnya tahun lalu masyarakat islam ada kegiatan agama masyarakat pemeluk agama kristen ikut membantu di mana mengatur lalulintas di depan mesjid agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar.

58

b. Kerjasama Dalam Kegiatan Ekonomi

Kehidupan ekonomi merupakan hubungan interaksi ekonomi antara indivu dengan individu atau kelompok dengan kelompok, kerjasama dalam bidang ekonomi di Desa Watu Toa juga berjalan dengan baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu Evi Safitri selaku wiraswasta di Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“Untuk kerjasama dalam bidang ekonomi di desa ini walaupun berbeda agama interaksi ekonomi tetap berjalan dengan baik, karena di desa ini tidak pernah memandang masalah agama dalam hal ekonomi, contohnya saja saya, saya bekerja sebagai penyedia stok ikan segar dan konsumen saya ada yang agama islam dan juga agama kristen dan itu berjalan dengan baik”

Berdasarkan hasil wawancara hubungan kerjasama di bidang ekonomi Desa Watu Toa berjalan baik di mana interaksi penyedia stok ikan memiliki konsumen yang beraga islam dan juga kristen dan itu berjalan dengan lancar tanpa adanya pembatas karena masalah perbedaan keyakinan.

c. Kerjasama Dalam Bakti Sosial

Seorang manusia dalam menjalani kehidupan tidak terlepas dari interaksi antara manusia yang satu dan yang lainnya.

Begitupun dengan kehidupan bermasyarakat di Desa Watu Toa kerjasama masyarakat walaupaun berbeda agama tetap berjalan dengan baik seperti dalam kegiatan bakti sosial, hal ini sesuai

dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Saenen Selaku Ketau RT Desa Watu Toa pada tanggal 12 Oktober 2020:

“Kalau bakti sosial di desa ini sangatlah baik contohnya saja jika ada masyarakat yang ada acara pernikahan masyarakat akan saling membantu walaupun itu berbeda agama, begitupun juga seperti kegiatan ronda malam masyarakat akan saling membantu walaupun berbeda agama”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas kerjasama masyarakat di Desa Watu Toa sangatlah baik seperti jika ada masyarakat yang ada kegiatan pernikahan masyarakat lain akan membantu tanpa memandang pemeluk agama apa, begitupun dengan kegiatan ronda malam masyarakat akan saling membantu walalupun berbeda agama.

2. Upaya Masyarakat Dalam Menjaga Kerukunan Dan Sikap Toleransi Antara Umat Beragama Desa Watu Toa

Kehidupan bermasyarakat pastinya membutuhkan kerukunan yang sangat baik agar dalam kehidupan sehari-hari dapat berjalan dengan damai dan tentram. Begitupun dengan kehidupan bermasyarakat yang berbeda agama pastinya juga membutuhkan hidup dengan penuh kerukunan tanpa memberikan batasan-batasan karena alasan beda agama. Hasil wawancara yang telah di lakukan kepada Ibu Hj. Darma Uleng S.Pd selaku Masyarakat Desa Watu Toa pada tanggal 22 Oktober 2020:

“yah sama saja baik itu di desa dan juga di tempat kerja ada sebagian berbeda agama dan semua hidup penuh kerukunan tanpa pernah membedakan atas dasar beda agama”

60

Berdasarkan hasil wawancara di atas kerukunan di Desa Watu Toa berjalan baim baik itu di kehidupan sehari-hari dan juga di tempat kerja, masyarakat saling menghargai satu sama lain tanpa memandang agama mereka. Hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Drs. Mustafa M.Pd pada tanggal 22 Oktober 2020:

“kalau soal kerukunan di desa ini sangat rukun saya sebagai pengurus mesjid di desa ini tidak pernah punya masalah dengan pendeta di desa ini padahal kami ini berbeda agama.

Haal ini bisa terjadi karna kami sebagai umat yang beragama harus hidup dengan penuh kerukunan agar kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan sangat baik”.

Hasil wawancara di atas bentuk kerukunan di Desa Watu Toa sangat baik dimana pengurus mesjid dan seorang pendeta tidak pernah terjadi keributan atau percekcokan karena masyarakat di Desa Watu Toa menyadari sebagai mahkluk yang mempunyai agama kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat haruslah di jaga agar dalam kehidupan sehari0hari dapat berjalan dengan baik.

B. Pembahasan Penelitian

1. Pola Kerukunan dan Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Watu Toa Kecamatan Mariowawo Kabupaten Soppeng

Desa Watu Toa memiliki jumlah masyarakat sebesar 5.291 jiwa dan yang beragama Islam sebanyak 5.176 jiwa sedangkan yang beragama Kristen sebanyak 115 jiwa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pendapat masyarakat Desa Watu Toa dari segi umat islam terkait pola kerukunan terhadap umat beragama adalah suatu perilaku yang didasari dengan saling menghormati, saling menghargai, dan saling membantu

sesama umat beragama, dan berdasarkan pendapat dari masyarakat Desa Watu Toa dari umat Kristen berpendapat perilaku kerukunan umat beragama merupakan suatu sikap yang penuh dengan toleransi kepada setiap umat manusia walaupun terdapat perbedaan keyakinan sehingga menumbuhkan kehidupan yang penuh dengan kerukunan sesama umat manusia.

Kerukunan dan sikap toleransi di Desa Watu Toa berjalan sangat baik hal ini dapat dilihat dengan kehidupan sehari-hari di Desa Watu Toa salling menghargai terhadap masyarakat yang lain tanpa melihat perbedaan keyakinan. Begitupun dengan sikap toleransi dari yang dimiliki oleh masyarakat Desa Watu Toa dalam kegiatan ibadah masyarakat yang berbeda keyakinan tidak pernah saling menggagu kegiatan ibadah mereka.

Perbedaan agama di Desa Watu Toa sudah lama terjadi dan sampai saat ini tidak pernah terjadi keributan atau percekcokan di antara masyarakat yang berbeda keyakinan, hal ini dapat terjadi karena masyarakat Desa Watu Toa menyadari mereka hidup dalam serumpun dan dapat dikatakan sebagai sudara sehingga mereka dapat hidup dengan tentram dan damai.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukkan oleh Suharsan 2018 yang berjudul “Pola Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Soppeng” hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kerukunan umat beragama di kabupaten Soppeng merupakan salah satu pondasi untuk menjaga kerukunan umat beragama dan keharmonisan masayarakat, adanya saling mengerti saling memahami satu sama lain

Dokumen terkait