• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan diskriptif kualitatif sebagai metode analisis data.

Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu cara mengembangkan data tersebut dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Sedangkan pola pikir secara kualitatif artinya hanya mengecek dan melaporkan apa yang ada di tempat di selenggarakannya penelitian.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah sebagai proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data.

Sajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun berupa informasi yang sistematis.Melaluisajian data memungkinkan peneliti mengambil kesimpulan.

3. Verifikasi

Verifikasi adalah penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dari analisis data.penarikan kesimpulan harus berdasarkan pada reduksi data dan sajian data.

G. Keabsahan Data

a. Triagulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

b. Triagulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode/teknik tertentu, diuji ketidakakuratan atau keakuratan data yang didapat.

c. Triagulasi waktu yaitu berkenaan dengan waktu pengambilan data.

45 A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Pertambangan Di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah, berbagai kekayaan alam tersebar diberbagai kawasan di Indonesia dan salah satunya yaitu sumber daya mineral baik itu berupa minyak bumi, batu bara, emas, nikel dll. Hingga kini pengelolaan Sumber daya tersebut telah berkembang pesat diiringi dengan tumbuhnya berbagai perusahaan kontraktor pertambangan, akan tetapi kita perlu mengetahui sejarah tumbuhnya industri pertambangan di Indonesia dan berikut kilas balik dimulainya industri pertambangan di Indonesia. Sejarah pertambangan dan energi di Indonesia dimulai dengan kegiatan pertambangan yang dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan seizin penguasa setempat, seperti Raja ataupun Sultan.

Pada tahun 1602 Pemerintah Belanda membentuk VOC, mereka selain menjual rempah-rempah juga mulai melakukan perdagangan hasil pertambangan, pada tahun 1652 mulailah dilakukan penyelidikan berbagai aspek ilmu kealaman oleh para ilmuwan dari Eropa. Pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Dienst van het Mijnwezen (Mijnwezenn-Dinas Pertambangan) yang berkedudukan di Batavia untuk lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan menjadi lebih terarah.ProklamasiKernerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agutus

1945 mengantarkan perubahan yang sangat besar di segala bidang, termasuk bidang pertambangan. Setelah disiarkan melalui radioberita tentang proklamasi dapat diterima secara luas oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

Pegawai pribumi di kantor Chisitsu Chosasho yang sebagian besar masih muda, menerima berita itu dan mereka langsung mempersiapkan diri untuk mengambil Iangkah yang diperlukan.

Pada tanggal 25 September 1945 keluarlah pengumuman dan Pemerintah Pusat yang menyatakan bahwa semua pegawai negeri adalah pegawai Republik Indonesia dan wajib menjalankan perintah dari Pemerintah Republik Indonesia. Dengan mengacu kepada perintah Pemerintah Pusat itu Komite Nasional Indonesia Kota Bandung yang baru terbentuk, pada tanggal 27 September 1945 malam mengumumkan lewat radio agar keesokan harinya semua kantor dan perusahaan yang ada di Bandung diambil alih dari kekuasaan Jepang. Pada hari Jumat pukul 11.00 tanggal 28 September 1945, sekelompok pegawai muda di kantorChisitsuChosasho pun bertindak, mereka dipe1opori oleh Raden Ali Tirtosoewirjo. A.F. Lasut. R. SoenoeSoemosoesastro dan Sjamsoe M.

Bahroem yang mengambil alih dengan paksa kantorChisitsuChosasho dari pihak Jepang, dan sejak saat itu nama kantor diubah menjadi Poesat Djiawatan Tambang dan Geologi.

Tiga bulan kemudian, pada tanggal 12 Desember 1945sebagian kantor PoesatD jawatan Tambang dan Geologi, dipindahkan ke gedung Onderling Belang, di J1.Braga No.3 dan No. 8. Bandungkarena terdesak oleh

datangnya pasukan Belanda bersama pasukan Sekutu.Kantor PoesatDjiawatan Tambang dan Geologi pun diduduki oleh pasukan Belanda.Akibat serangan pasukan Belanda yang semakin gencar, pada tanggal 23 Maret 1946 kegiatan PoesatDjawatanTarnbang dan Geologi pindah dari Bandung ke Tasikmalaya, kemudian ke Mage1ang, dan Tirtomoyo. Sedangkan yang masih tinggal di Tasikmalaya, pada tanggal 6 Desember 1946 menyusul mereka yang lebih dahulu mengungsi ke Jawa Tengah.Keterbatasan dalam sarana kerja, memaksa Pimpinan Djawatan untuk memencarkan para pegawai ke berbagai tempat. Sebagian ditempatkan di Borobudur, Muntilan, Dukun, dan Srumbung di kaki Gunung Merapi. Untuk memudahkan hubungan dan menghimpun kembali para pegawai itu.maka terbitlah Surat Keputusan Menteri Muda Kemakmuran NO.902/T.O/J.O tanggal 20 Nopember 1947, yang memerintahkan agar KantorPoesatDjawatan Tambang dan Geologi dan bagian-bagiannya pindah ke beberapa tempat di Yogyakarta.

Selama perang kemerdekaanDesember 1945 - Desember 1949, kantorPoesatDjawatan Tambang dan Geologi dalam pengungsian dan berpindah-pindah. Untuk mengembangkan PoesatDjawatan Tambang dan Geologi, A.F. Lasut bersama dengan R. SoenoeSoemosoesastro membuka Sekolah PertambanganGeologi Tinggi (SPGT), Sekolah PertambanganGeologi Menengah (SPGM), dan Sekolah PertambanganGeologi Pertama (SPGP).A.F. Lasut sebagai orang muda memiliki sifat tegas, menolak bekerjasama dengan Belanda.Pada waktu

Yogyakarta diduduki pasukan Belanda itulah AF.Lasut pada pagi tanggal 7 Mer 1949 diculik oleh pasukan Belanda dari Tijger Brigade dari kediamannya di Pugeran, dibawa dengan jip ke arah Kaliurang, dan kemudian dibunuh di daerah Sekipyang sekarang masuk lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada.

Atas jasa-jasanya, A.F. Lasut kemudian dianugerahi ge1ar Pah1awan Kemerdekaan Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No_

012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969. Dengan ditetapkannya A.F. Lasut sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, maka memperkuat landasan bahwa pengambil alihan kantor Chisitsu Chosasho pada tanggal 28 September 1945 merupakan peristiwa heroik yang penting bagi sektor pertambangan dan energi. Pada tanggal 28 September 1945.juga terjadi pengambi lalihan kantor Jawa Denki Koza (Perusahaan Listrik Jawa) secara paksa oleh para pemuda. Dalam menetapkan Hari Jadi Penambangan dan Energi, Menteri ESDM menerbitkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1319 K/73/MEM/2006 tentang Tim Penyusunan Buku Sejarah Pertambangan dan Energi kemudian diperbaharui dengan Keputusan No. 0147 K/73/MEM/200R tanggal 14 Februari 2008.Setelah tim melakukan kajian di sektor Pertambangan dan Energi ditemukan beberapa hal penting, yaitu: pertama. 28 September 1945, kedua, 7 Mei 1949, ketiga, 22 Februari 1952, keempat, 14 Oktober 1960, kelima, 2 Desember 1967, keenam, 27 Oktober 1945, ketujuh, 3 Oktober 1953, kedelapan, 5 Oktober

1945, kesembilan, 26 Oktober 1960 (peristiwa pada semua tanggal tersebut termuat dalam Buku Sejarah Pertambangan dan Energi).

Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi diputuskan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) DESDM yang berlangsung pada tanggal 1 Nopember 2007 di Badan Geologi Bandung.Diikuti oleh para Pejabat Eselon I dan II DESDM dipimpin oleh Menteri Energi dan Surnber Daya Mineral.Berdasarkan hasil penetapan tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan surat kepada Presiden No.

1349/04/ME~LS/2008 tanggal 26 Pebruari 2008 mengusulkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi untuk ditetapkan dalam Keputusan Presiden.

Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Repub1ik Indonesia Nomor 22 tahun 2008 tanggal 27 September 2008 ditetapkan Hari Jadi Pertambangan dan Energi adalah tanggal 28 September.

2. Masuknya Perusahaan Pertambangan Di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

Ibu Kota Kecamatan Parangloe berada pada KM 33 Kota Kabupaten, pada ketinggian 92 – 750 dari permukaan laut dengan luas wilayah ± 221,26 KM2 dengan batas-batas sebagai berikut :

▪ Sebelah utara berbatasan dengan : Kabupaten Maros

▪ Sebelah timur berbatasan dengan : Kecamatan Tinggi Moncong

▪ Sebelah selatan berbatasan dengan : Kecamatan Manuju

▪ Sebelah barat berbatasan dengan : Kecamatan

Bontomarannu dan Pattallassang Kecamatan Parangloe terdiri dari lima Desa dan dua Kelurahan, Yaitu :

Desa Lonjoboko Kelurahan Lanna

Desa Borissallo Kelurahan Bontoparang

Desa Belapunranga Desa Bontokassi Desa Belabori

Kelurahan Lanna Merupakan wilayah kecamatan Parangloe kabupaten Gowa yang terdiri dari 2 organisasi Rukun Warga dan 7 organisasi Rukun Tetangga dengan luas wilayah sekitar 7,29 km2. Kelurahan ini dihuni oleh penduduk sebanyak 2.482 jiwa. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa:

1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Belapunranga;

2. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Bontoparang;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Bilalang/manuju;

4. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Borissallo.

Tentang keadaan kependudukan di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa senantiasa menunjukkan perubahan tiap tahunnya, dan cenderung mengalami kenaikan jumlah penduduk.

Penduduk yang beragama islam adalah jumlah penduduk yang mendominasi di kelurahan LannakecamatanParangloe kabupaten Gowa yakni sebanyak 2470 jiwa yang tersebar pada 6 (enam) buah mesjid dan 8

orang yang beragama Kristen. Sedangkan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada table berikut

Tabel 1. Keadaan Penduduk Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1. SD 720

2. SLTP 680

3. SLTA/SMU 874

4. SARJANA (S1) 240

5. SARJANA (S2) 5

Jumlah 2.519

Sumber :Kantor Kecamatan Parangloetahun 2016

Data tabel 1 diatas menunjukkan bahwa jenjang pendidikan tingkat sekolah menengah atas adalah jumlah penduduk yang terbesar di 2.519 sebesar 874, menyusul penduduk yang memiliki jenjang pendidikan SD dan SLTP sebanyak 720 dan 680 orang. Sedangkan untuk tamatan Sarjana sekitar 240 orang.Tamatan S2 baru sekitar 5 orang.Ini adalah perkembangan dan kemajuan yang berarti bagi 2.519 dengan sumber daya manusia potensial yang demikian itu diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Wilayah Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa keadaan alamnya dapat diklasifikasikan atas 3 bagian yakni wilayah persawahan dan perumahan termasuk wilayah yang dihuni oleh petani dan pegawai, yang kedua adalah wilayah pegunungan yang merupakan wilayah bagi perkebunan. Untuk lebih jelasnya dapat kita rinci sebagai berikut : 1. Pemilik tanah sawah sebanyak 445 orang

2. Pemilik tanah tegal/lading sebanyak 225 orang 3. Pemilik usaha industri besar sebanyak 2 orang

4. Pemilik usaha industri sedang sebanyak 15 orang 5. Pemilik buruh industri kecil sebanyak 45 orang

Selain daripada itu, masyarakat Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa ada juga yang hidup sebagai pegawai negeri sipil, terdiri atas guru yang mengajar pada sekolah-sekolah yang berada didalam wilayah kecamatan Parangloe kabupaten Gowa sendiri ataupun diluar kelurahan lannna kecamatan Parangloe kabupaten Gowa, termasuk didalamnya pegawai kantor instansi pemerintah tingkat kecamatan dan kota.

Selain itu beberapa warga bermata pencaharian sebagai karyawan perusahaan swasta diantaranya karyawan PERUSDA (Perusahaan Daerah).

Berdasarkan hasil penelitian mata pencaharian penduduk Kelurahan Lanna Kecamatan parangloe Kabupaten Gowa, Nampak bahwa petani merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak ditekuni oleh penduduk di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Kondisi demikian disebabkan karenadikondisi kelurahan Lanna merupakan wilayah pertanian dan perkebunan, penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengolah jasa manusia, juga pada umumnya tingkat pendidikan dan kemampuan modal yang masih rendah, sehingga kurang mampu untuk memilih mata pencaharian yang lebih efisien dan produktif, seperti kegiatan disektor supir dan tukang batu.

Kegiatan sosial ekonomi di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa dipengaruhi oleh keadaan sarana sosial kemasyarakatan yang ada. Data menunjukkan beberapa sarana sosial ekonomi masyarakat di

kelurahan Lanna kecamatan Parangloe kabupaten Gowa sebagaimana dapat kita lihat pada tableberikutini :

Table 2. Sarana Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

NO Sarana Sosial Jumlah

1. Koperasi 1

2. Prasarana kesehatan 1

3. Prasarana peribadatan/mesjid 6

4. Prasarana pendidikan TK,

SD,SLTP,SLTA,TPA 7

5. Prasaran olahraga 2

Jumlah 17

Sumber data : Kantor Kecamatan Parangloe tahun 2016

Berdasarkan data tersebut di atas, maka kita dapatkan beberapa sarana sosial ekonomi dan budaya yang ada di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.Sarana tersebut merupakan kegiatan ekonomi, dan socialbudaya dan penduduk dan sekaligus sarana bagi pemerintah kelurahan dan lembaga desa untuk menyampaikan informasi pembangunan dikelurahanLanna kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa dalam rangka pembangunan untuk menghimpun partisipasi masyarakat secara keseluruhan.

Masuknya perusahaan jasa pertambangan di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa ini dilatorbelakangi karena adanya inisiatif dari pihak perusahaan yang melihat potensi didaerah ini yang jika dikelola akan dapat sangat menguntungkan dan berhasil guna.

Menurut hasil wawancara penulis dengan Perusdamengatakan bahwa :

“Awal masuk PERUSDA ini sendiri itu induknya, yaitu jasa kontruksi, tapi kemudian dibentuk lagi menjadi bentuk yang lebih kecil yang bisa lebih dekat juga dengan masyarakat tentunya, bisa dibilang disederhanakan menjadi Holding CompanyGowa Mandiri”.

(J.S.20/09/16)

Berdiri di tahun 2002 dengan nama JASKON (Jasa Konstruksi) yang kemudian melahirkan suatu perusahaan baru dengan nama Holding Company Gowa Mandiri yang bisa dikatakan sebuah group. Perusahaan ini kemudian resmi masuk ke kelurahan Lanna kecamatan Parangloe kabupaten Gowa pada tahun 2007 setelah menyelesaikan administrasi kepada pemerintah setempat. Proses penyelesaian administrasi dilakukan sesuai prosedur dan mendapat persetujuan dari pemerintah daerah setempat.

Karyawan Perusahaan perusda terdiri dari sekumpulan orang-orang yang berasal didaerah atau kota, dan merupakan penggerak utama dari setiap organisasi. Tanpa mereka, organisasi dan sumber daya lainnya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang berarti.

Dalam kegiatan pertambangan galian C ini, pihak perusahaan juga merekrut dan mempekerjakan masyarakat setempat sebagai karyawannya, karena banyak dari masyarakat Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa yang ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Karyawanmerupakan komunitas ekonomis yang termotivasi untuk bekerja berdasarkan kebutuhan keuangan mereka. (Frederic W.

Taylor).

Mayoritas penduduk Kelurahan Lanna mengandalkan mata pencaharaian dari bertani dan berkebun selain beternak dan berwirausaha, sebagian lagi menjadi PNS dan TNI/POLRI. Namun muncul fenomena baru

seiring dengan menjadinya Parangloe daerah penghasil tambang golongan C yaitu usaha pinggir jalan dan yang berkaitan dengan usaha transportasi pertambangan.

Kegiatan pertambangan, diperlukan adanya stategi dari perusahaan pertambangan agar nantinya dalam melakukan kegiatannya tidak terjadi konflik dan juga tidak menimbulkan permasalahan sosial dan kerusakan lingkungan, terutama konflik dengan masyarakat sekitar, ini akan mempersulit pihak perusahaan dalam merealisasikan tujuannya.Pembahasan kali ini cenderung bagaimana agar dalam pengoperasiaannya, perusahaan pertambangan dapat tetap memperhatikan permasalahan sosial yang dihadapi disekitar pertambangan.Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi agar hubungan perusahaan pertambangan dan masyarakat dapat berjalan harmonis, dan permasalahan sosial dapat ditekan dan dapat dicarikan solusinya.

Perusahaan punya tanggung jawab sosial terhadap masyarakat karena pada dasarnya melalui operasi penambangan dan kegiatan-kegiatan pendukungnya telah terjadi pengambilalihan hak penguasaan sumberdaya milik penduduk setempat. Dalam memenuhi tanggung jawab sosial tersebut, hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Perusahaan wajib menghormati dan mengakui hak penduduk atas sumberdaya dan lingkungan hidup

2. Harkat dan martabat, termasuk harkat politik masyarakat harus dihargai

3. Kesempatan harus diberikan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri

Kegiatan pengembangan masyarakat perlu dilakukan oleh perusahaan sedini mungkin, termasuk sebelum kegiatan penambangan itu dimulai.Penyiapan sumberdaya lokal secara dini akan memungkinkan masyarakat untuk dapat berinteraksi secara baik dengan perusahaan, termasuk memungkinkan tenaga kerja lokal dapat terserap dan berkembang dalam semua jenjang pekerjaan didalam perusahaan.

Pemenuhan tanggung jawab sosial perusahaan harus dilakukan sehingga dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai, diantaranya yaitu :

1. Memberdayakan masyarakat

2. Membangun daerah

3. Membina persatuan dan kesatuan bangsa

B. Transparansi Perusda dalam pengelolaan tambang golongan C di Kelurahan Lanna Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

Transparansi merupakan suatu alat yang sangat penting untuk menjembatani kebutuhan masyarakat tentang keingintahuan masyarakat di daerahnya sendiri.

Indikator-indikator transparansi adalah sebagai berikut : (1) Keterlibatan staf pengambilan keputusan , (2) Masyarakat mudah mengakses

informasi, (3) Adanya SOP,(4) Adanya partisipasi masyarakat. Adapun masing-masing distribusi jawaban responden pada tiap indikator dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Keterlibatan Staf Dalam Pengambilan Keputusan penetapan harga Salah satu jalan untuk memberdayakan staf adalah memberikan wewenang kepada staf untuk merencanakan dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sendiri, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari atasan. Pemberdayaan tersebut bersifat mendukung budaya dan tidak menyalahkan. Kesalahan dianggap kesempatan untuk belajar.

Berikut adalah wawancara dengan Kepala pertambangan di perusda yang mengatakan bahwa :

“Tentunya pada setiap pengambilan keputusan kami dari pihak perusda selalu melibatkan staf perusda dan penambang misalnya yang kami ubah yang dulunya 24 jam sekarang kami ubah 12 jam, perencanaa harga yaitu keputusan harga yang di tetapkannya harga per 1 mobil karena ada 3 jenis mobil yaitu mobil dina,6 roda,dan 10 roda.’’(J.S.20/09/16)

Hasil wawancara di atas bahwa kepala pertambangan melibatkan stafnya dan penambang dalam pengambilan keputusannya dari jam kerja dan penetapan harga yang dilakukan oleh perusda ini agar adanya transparansi yang dilakukan oleh perusda kepada stafnya agar perusda tidak dianggap bahwa pengambilan keputusan tidak mementingkan perusda sendiri tetapi melibatkan staf dan penambang seperti yang dikatakan petugas pertambangan. Kebijakan-kebijakan yang di keluarkan oleh perusda selalu melibatkan staf perusda, masyarakat,dan pemerintah.

Hasil wawancara penulis dengan Petugas pertambangan mengatakan bahwa:

“Kebetulan saya sudah lama bekerja sebagai pengelola pertambangan di kelurahan Lanna setiap pihak perusda dalam pengambilan keputusan selalu melibatkan pengelola pertambangan dan staf karena yang menjalankan pertambangan dilokasi adalah kita para penambang misalnya keputusan tentang harga 1 mobil dinas itu 150,mobil 6 roda 250 dan mobil 10 roda itukan dulu kesepakatan antara perusda,penambang dan pemerintah.’’(M.N.05/10/16)

Tergambar dari hasil wawancara kedua bahwa petugas pertambangan pun ikut berpartisipasi dalam penetapan harga ini agar masukan-masukan yang diberikan oleh petugas pertambangan dan perusda dapat membuat perusda lebih baik kedepannya dan dalam menetapkan harga perusda dianggap tidak melakukan penetapan harga secara sepihak tetapi melalui rapat-rapat yang dilakukan dan disetujui oleh semua pihak seperti yang dikatakan staf perusda.

Hasil wawancara lainnya dengan staff perusda mengatakan bahwa:

“Iya betul dalam setiap pengambilan keputusan melibatkan pengelola pertambangan dan staf perusda,perencanaa harga dan keputusan penetapan harga dan pembagian harga misalnya pembagian penambang berapa dan yang ke perusd aberapa ini tentu harus adanya keterlibatan staf dalam pengambilan keputusan untuk perusda kedepannya lebih baik, staf pertambangan juga terlibat dalam study kelayakan, persiapan penambangan, dan pengankutan dan dan pemasaran.“(M.S.21/09/16)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi yang dilakukan oleh perusda sudah transparansi ini bahwa karena prinsip transparansi dengan indikator ini keterbukaan melibatkan staf dalam pengambilan keputusan dan sudah

dilakukan dengan baik oleh pihak perusda kepada kepada staf perusda itu sendiri. Dengan adanya transparansi maka akan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan pertambangan untuk lebih lagi, dan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap kebijaksanaan yang di lakukan perusda sehingga terhindar dari terjadinya KKN.

Pentingnya transparansi keterlibatan staf dalam pengambilan keputusan dan membuat kebijakan untuk mencapai tujuan oleh pihak perusda dan dengan transparansi akan menumbuhkan solidaritas dan perasaan senasib sehingga persatuan antara pihak perusda dan pemerintah dan masyarakat dapat terwujud kerja sama yang baik, dengan transparansi akan terhindar dari kesalahpahaman dan perselisihan antara seluruh komponen yaitu, pengelola pertambangan, perusda, pemerintah dan masyarakat sehingga memperkokoh persatuan dan kekompakan antara komponen tersebut.

2. Masyarakat Mudah Mengakses Informasi terkait Dampak dari Pertambangan

Kemudahan akses bagi masyarakat terhadap proses penyelenggaraan transparansi dan kemudahan informasi penyelenggaranperusda memberikan pengaruh untuk mewujudkan berbagai indikator lainnya.

Menurut hasil wawancara penulis dengan Kasi operasional Perusda mengatakan bahwa:

“Sebagai perusahaan yang baik kami memberikan informasi kepada pemerintah dan masyarakat kelurahan Lanna baik itu informasi secara langsung dan informasi secara tidak langsung, informasi secara langsung yaitu kami mengadakan rapat agar masyarakat dan pemerintah bisa bertanya secara langsung apabila

ada hal-hal yang ingin ditanyakan,informasi secara tidak langsung melalui media pengguna informasi dan teknologi,seperti papan informasi dan lain-lain informasi yang kami berikan yaitu tentang dokumen-dokumen IUP,memberi informasi tentang dampak dari pertambangan,informasi hak dan kewajiban kami perusda dalam melakukan pertambangan adapun Tlp/Fax perusda adalah 0411- 863646 atau untuk lebih lengkapnya Jl. Habibu Dg.Kulle sungguminasa 9211 Gowa dan facebook yaitu PERUSDA HC GOWA MANDIRI.”(W.P.20/09/16)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa salah satu bagian dari trasparansi yaitu keterbukaan informasi dan mudah untuk mengakses informasi yang di lakukan perusda sudah transparan dan cara menyampaikan informasi cukup baik,karena keterbukaan informasi adalah salah satu upaya untuk membangun kepercayaan baik dari pihak perusda,pemerintah dan masyarakat. Dengan adanya keterbukaan masyarakat mudah mengakses informasi pihak perusda dapat di percaya pada masyarakat, setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan memperoleh informasi.

Hasil wawancara penulis dengan Kepala Camat Parangloe mengatakan bahwa:

“Pemerintah sering mendapat informasi dari perusda kami dapat informasi dari rapat maupun dari komunikasi yang lain,dan peraturan mengenai informasi bahwa penambang sudah di tentukan waktunya dan meminta kerja sama pemerintah disini memberi sanksi jika ada pelanggaran, karena pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang bisa mewujudkan good governance karena kita pemerintah adalah pelayan sumber informasi baik melalui surat, telephone dan papan informasi.”(A.M.06/10/16)

Pemerintah Kecamatan Parangloe sering melakukan komunikasi dengan perusda dan karena adanya kerja sama yang di lakukan oleh perusda di dalam kerja sama antara perusda dan pemerintah, pemerintah

mengawasi pengelola pertambangan ini agar pihak perusda juga merasakan keamanan dalam pengelolaan yang dilakukan di Kecamatan Parangloe, ini juga bertujuan agar mencegah adanya dampak pertambangan dimasa yang akan datang, pemerintah aktif melakukan informasi.

Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:

“Informasi yang kami ketahui tentang perusda yaitu dampak dari pertambangan mulai dari dampak yang sudah kami rasakan dulu yaitu jalannya yang sudah rusak dan ini menyebabkan polusi udara banyaknya debu terutama jalan menuju akses lokasi pertambangan tapi itu semua ada anggrannya tapi bisa kita lihat bagaimana perbaikan jalan sudah berjalan dengan baik sumber-sumber informasi baik lewat telephon ataupun papan informasi yang di sediakan oleh perusda yang di gunakan perusda berkomunikasi dengan pemerintah atau dengan masyarakat di Kelurahan Lanna.”(S.N.05/10/16)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat di simpulkan bahwa keterbukaan informasi dan masyrakat mudah mengakses informasi terkait dampak dari pertambangan yang di lakukan perusda kepada Pemerintah dan masyarakat sudah cukup baik karena informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sudah di sampaikan dan di publikasikan tanpa ada yang ditutupi dari pihak perusda dampak yang sering terjadi yaitu polusi udara ini di akibatkan karena kerusakan jalan tetapi sekarang jalan menuju akses lokasi pertambangan sudah baik dan layak pakai terkait dari dampak yang lainnya sejauh ini dari pengelolaan pertambangan tidak yang memiliki dampak yang berlebihan kepada masyarakat ini karena pertambangan yang di kelolah oleh perusda di Kelurahan Lanna adalah

Dokumen terkait