• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang penulis akan pergunakan dalam penelitian untuk mengetahui Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembinaan Akhlak Anak Didik SMP 2 Ranteangin di Desa Lapasi-pasi Kecamatan Lambai Kabupaten Kolaka Utara. tersebut terdiri atas pedoman yaitu:

observasi, wawancara, angket/quisioner. Ketiga bentuk instrumen penelitian tersebut digunakan karena pertimbangan praktis sebab kemungkinan hasilnya lebih valid.

Untuk memberikan gambaran ketiga bentuk instrumen di atas, maka penulis akan menguraikan secara sederhana sebagai berikut:

1. Catatan Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau gejala-gejala pada objek penelitian. Atau cara pengumpulan data dengan mengamati langsung ke lapangan.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012: 203) mengemukakan bahwa:

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.dua diantar yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Pedoman Wawancara

penelitian yang tujuannya untuk memperoleh data atau keterangan secara langsung dari instrumen. Wawancara sering pula disebut interview, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

Suharsimi Arikunto dalam sugiyono (2012: 194) berpendapat, ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview atau wawancara dapat dibedakan atas beberapa macam yaitu:

1. Wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informan apa yang akan diperoleh.

2. Wawancara semiterstruktur, yaitu teknik pengumpulam data dengan bebas peneliti mewawancarai informan.

3. Wawancara tak berstruktur, yaitu teknik pengumpulan data tanpa menggunakan pedoman hanya garis-garis besarnya saja.

Dalam hal ini peneliti mengadakan wawancara dengan membuat sejumlah daftar pertanyaan untuk dijawab oleh informan yaitu:

1. Guru-guru SMP 2 Ranteangin di desa Lapasi-pasi.

2. Orangtua Siswa-siswi SMP 2 Ranteangin di desa Lapasi-pasi.

3. Angket

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Amirul Hadi dan Haryono (1998: 137) menyebutkan macam-macam quesioner/angket yaitu:

a. Quesioner berstruktur b. Quesioner tak berstruktur

c. Quesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur d. Quesioner semiterbuka

4. Catatan Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang ada pada desa Lapasi- pasi yang dianggap penting atau berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan dengan tujuan agar dokumen-dokumen tersebut dapat membantu memecahkan masalah yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau gejala-gejala pada objek penelitian.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

3. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

H. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul baik dari hasil penelaahan dokumen, wawancara dan angket akan dianalisisa dengan menggunakan teknik induktif Model Miles dan Huberman. Mula-mula penelitiakan melakukan reduksi data dimana data-data yang diperoleh secara melimpah dipilah-pilah berdasarkan

kategori dan konsep tertentu. Dari hasil reduksi data tersebut, kemudian dipaparkan dalam bentuk naratif untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami tentang persoalan penelitian yang diteliti. Setelah itu peneliti akan menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Untuk melihat persentase hasil analisis data, Hermawan Wasito (1997: 58) memaparkan rumus sebagai berikut:

P = F

N × 100%

Keterangan : F : Frekuensi

N : Jumlah frekuensi/banyaknya responden P : Angka persentase

Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian peneliti tabulasikan dalam bentuk table frekuensi dan diberikan interpretasi terhadap hasil tabulasi untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Wilayah Geografis

Daerah Desa Lapasi-pasi merupakan salah satu Desa di Kecamatan Lambai Kabupaten Kolaka Utara terletak di bagian utara yaitu melintang dari Utara ke Selatan kira-kira 3°30’0’ LS - 3°35’0’ LS dan membujur dari Barat ke Timur antara 121°0’0’ BT - 121°5’ 5’ BT. Adapun Batasan wilayah - wilayah Desa Lapasi-pasi adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Raoda b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pohu c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambai d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tebagiano

Wilayah Desa Lapasi-pasi mencakup wilayah daratan dan Lautan karena terletak di pesisir Pantai Teluk Bone. Luas daratan Desa Lapasi-pasi sebesar 19,09 km². Relief permukaan daratan Desa Lapasi- pasi terdiri dari daerah pegunungan di bagian Utara dan timur, sedangkan wilayah barat dan selatan adalah berupa Dataran yang merata di sepanjang pesisir teluk Bone. Ketinggian wilayahnya mencapai ± 15 m dari permukan Laut.

38

2. Jarak Wilayah Desa Lapasi-pasi Menurut Dusun

Berikut data mengenai jarak Desa Lapsi-pasi ke Ibukota Kecamatan berdasarkan Dusun.

Tabel 3

Jarak Desa Lapasi-pasi berdasarkan Dusun Luas

Desa Lapasi-

pasi

Dusun

Maladewa Gunung Harapan

Tabuso Nippong

19,09 km² 4,02 KM 3,01 KM 2,04 KM 3,02 KM Sumber: Kantor Desa Lapasi-pasi.

3. Pembangunan Desa

Sejalan dengan semangat Pembangunan dalam Otonomi Daerah maka usaha pemerintah Kecamatan Lambai dalam merealisasikan tujuan Pembangunan tersebut adalah dengan berupaya meletakkan sendi-sendi kehidupan Desa yaitu masyarakat Desa yang mapan dari segi material, spiritual serta akhlak menuju masyarakat adil, merata, makmur dan sejahtera.

Realisasi pelaksanaan Pembangunan Desa tahun 2011 terlihat bahwa Klasifikasi Desa yang ada tidak ada perubahan dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 terdapat 7 Desa dengan status Swadaya, sementara itu belum ada yang desa yang mencapai tingkat kemakmuran atau tingkat Swasembada. Di tahun 2011 dari seluruh Desa yang berada di lingkup Kecamatan Lambai tingkat klasifikasi Desa adalah swadaya,

tidak hanya Desa - desa yang merupakan hasil pemekaran Desa Induk seperti Lambai, Latawaro dan Lapasi-pasi belum mencapai pada tingkat Desa Swakarya atau swasembada. Sementara itu, dari 7 Desa tersebut, seluruhnya dipimpin oleh kepala Desa dengan jenis kelamin Laki-laki.

Dari aspek pertahanan Sipil, jumlah aparat Hansip/Linmas selama setahun terakhir tidak mengalami perubahan. Berdasarkan data diketahui bahwa jumlah aparat Hansip/Linmas pada tahun 2010 berjumlah 24 orang, hingga akhir tahun 2011 jumlah hansip/linmas tidak mengalami perubahan.

4. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan Penduduk yang tinggi telah dilakukan Pemerintah melalui berbagai program keluarga Berencana (KB) yang telah dimulai sejak awal tahun 1970-an. Meski demikian, Kebijakan kependudukan dan program Pembangunan sosial dan ekonomi yang telah dilaksanakan Pemerintah selama ini berhasil menekan laju pertumbuhan Penduduk khususnya di Desa Lapsi-pasi.

Pada tahun 2009 Penduduk Desa Lapasi-pasi sebesar 6.012 jiwa dan hasil pencatatan terakhir melalui registrasi Penduduk akhir Tahun 2010 turun menjadi 5.311 jiwa. Namun pada tahun 2011 jumlah penduduk naik menjadi 5.536 jiwa atau naik sebesar 4,23 % dari tahun 2010.

5. Persebaran Penduduk

Jumlah Penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran Penduduk.

Persebaran Penduduk Desa Lapasi-pasi cenderung variatif dengan perbedaan persentase persebaran antara dusun. Dari jumlah Penduduk Desa Lapasi-pasi pada tahun 2011 tersebut, jumlah terbesar ada di Dusun Nippong sebesar 2027 jiwa (36,61%) diikuti Dusun Maladewa sebesar 1029 jiwa (18,58%), sedangkan yang terkecil adalah di Dusun Harapan yakni sebesar 199 jiwa atau sekitar 3,59% dari total jumlah penduduk Desa Lapasi-pasi tahun 2011. Sementara itu penambahan jumlah penduduk tidak merata di setiap Dusun, dengan tingkat kenaikan dari 2,5 persen hingga 4,6 persen.

6. Kepadatan Penduduk

Penyebaran jumlah Penduduk di Desa Lapasi-pasi hampir merata di setiap Wilayah Administrasinya. Kecenderungan ini terlihat pada Kepadatan penduduk yang tidak terpusat pada beberapa suatu dusun tertentu. Kepadatan Penduduk Dusun Lapasi-pasi sedikit mengalami kenaikan yaitu sebelumnya 32,63 Penduduk per Kilometer persegi (Km2) di tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 34,01 Penduduk per Kilometer persegi (Km2). Kepadatan tertingi terjadi di Dusun Nippong (76 Penduduk per Km2), menyusul Dusun Maladewa (45 Penduduk per Km2), sedangkan Dusun Gunung Harapan merupakan Dusun yang memiliki kepadatan penduduk terkecil yakni hanya sebesar 10 Penduduk per Kilometer persegi (Km2).

7. Struktur Umur, Jenis Kelamin dan Rumah Tangga

Informasi mengenai komposisi Penduduk menurut umur, jenis kelamin, dan Rumah tangga penting diketahui untuk pengembangan perencanaan Pembangunan manusia, baik itu Pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan sebagainya yang relevan dengan peningkatan kesejahteraan manusia.

Struktur umur Penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu jika angka kelahiran pada suatu daerah cukup tinggi maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah yang banyak berpenduduk usia muda. Daerah yang tingkat pertumbuhan Penduduknya masih tinggi dengan proporsi Penduduk usia muda masih besar tersebut memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.

Keadaan struktur umur Penduduk di Desa Lapasi-pasi menunjukkan bahwa pada tahun 2010 sebesar 32,63% dari jumlah Penduduk adalah tergolong Penduduk usia muda yang berumur 0-14 Tahun (dibawah 15 tahun). Jumlah Penduduk dari hasil proyeksi Penduduk tahun 2011 yaitu sebesar 5 536 jiwa terdiri atas Penduduk laki- laki sebesar 2 888 jiwa atau 52,16% dan Penduduk perempuan sebesar 2 648 jiwa atau 47,84%.

B. Bentuk Pembinaan Akhlak Anak Di SMP 2 Ranteangin Kecamatan Lambai Kabupaten Kolaka Utara

Berbagai macam bentuk pembinaan Akhlak anak yang dilakukan di lingkungan Sekolah SMP 2 Ranteangin diantaranya sebagai berikut:

a. Melalui proses pendidikan

Pada dasarnya pendidikan akhlak di lingkungan sekolah mempunyai arti memberikan pemahaman kepada peserta didik dan mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan fitrahnya kearah titik maksimal.

Dalam kesempatan wawancara dengan Guru PAI SMP 2 Ranteangin Desa lapasi-pasi, sarinah, S. Pd. beliau mengatakan:

Pembinaan akhlak pada peserta didik utamanya anak SD dimulai dengan memberikan pemahaman terhadap rukun iman dan penanaman nilai-nilai ibadah seperti shalat, zakat dan puasa.

(wawncara: 10 September 2014).

b. Melalui proses bimbingan dan penyuluhan

Bimbingan dan penyuluhan dalam arti bahwa senantiasa menanamkan semangat rasa cinta kepada Allah swt pada diri siswa dan mengajarkan siswa untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

c. Membuat program-program keagamaan

Program-program keagamaan yang dilakukan oleh sekolah dalam membina akhlak siswa dapat berupa:

1) Membaca Alquran pada pagi hari sebelum memulai pelajaran Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu membaca ayat Alquran dengan baik dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Shalat jamaah Dhuhur

Dengan kegiatan diwajibkannya siswa shalat dhuhur berjamaah diharapkan dapat membentuk kedisiplinan siswa dalam setiap melakukan kegiatan.

3) Melakukan kegiatan hari-hari besar Agama Islam

Kegiatan ini memiliki makna agar siswa dapat menelaah makna dari peringatan hari-hari besar agama Islam.

4) Mendidik siswa untuk senantiasa mentaati tata tertib

Tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku siswa sehingga menjadi pribadi yang baik. Tanpa adanya tata tertib pembinaan akhlak siswa tidak akan terwujud.

Dalam kesempatan wawancara dengan Syamsidar, S. Ag.

Guru PAI SMP 2 Ranteangin beliau mengatakan bahwa:

Dengan adanya program-program keagamaan yang secara rutin dilakukan di sekolah ini diharapkan mampu membina akhlah siswa, karena akhlak yang baik itu pembinaan dan pembentukannya tidak hanya melalui pelajarn saja, akan tetapi ditunjang dengan adanya kegiatan- kegiatan keagamaan.

(wawancara: 11 September 2014)

Table 4

Nama – nama guru SMP 2 Ranteangin desa lapasi-pasi Kec.

Lambai Kabupaten kolaka Utara Tahun Ajaran 2014

No Nama l/

p

Jabatan B.D Studi yang diajarkan

Pendidik n akhir 1 Weli Nurbaini ,S. Pd,

M,S, i.

L kepala Sekolah

M- M S2

2 Syamsul bahri S.Pd.i L Penata tingkat 1

Ips S1

3 Sumarni SE P w. kelas 3A

Bhs, indonesia

S1 4 Syamsidar, S.Ag P w. kelas

3C

Pendais

S1 5 Abd, Asiz Salimin,

S,Pd

L w. kelas 1C

Seni

budaya S1

6 Dar, Nurjannah, P Pkn

S1 7 Muh,Usain, S, Sos L w. kelas

1B

Ips S1 8 A, Peping, S, Pd L w. kelas

2B

Ips. 1 S1 9 Darmawan jaya, S,Pd L w. kelas

1D

Pkn S1

10 Mabrur Walad, S,Pd L Bhs.

Inggris

S1 11 A,suardi,S,Pd L w. kelas

3B

Bhs, indonesi

S2

12 Jusang ST L Ipa S1

13 Anugrah Wati S.Pd P w. kelas 3D

Bhs, indonesia

S1 14 Sunarsih S.Pdd P w. kelas

2C

Pendais S1 15 Hasnawati S.Pd L w. kelas Seni

budaya

S1

16 Nursyamsi S.Pd P Pkn S1

17 Musriadi S.pd L w. kelas 1A

Ips S1 18 Satria Admaja S.Pd L w. kelas

2B

Ips. 1 S1 19 Burhanuddin S.Pd,

M.SI

L w. kelas 2A

Pkn S1

20 Riswan L Pengelo -lah sekolah

SMA

Sumber data: SMP 2 Ranteangin desa lapasi – pasi Kecamatan Lambai Kabupaten Kolaka Utara Tahun ajaran 2014

C. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembinaan Akhlak

Dokumen terkait