• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir

Dalam dokumen LAKIP KESGA 2020 (Halaman 39-44)

B. Evaluasi Dan Analisa Capaian Kinerja

5. Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir

5. Ketersediaan dana Dekon, BOK yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi, koordinasi dan operasional di lapangan

6. Dukungan dan komitmen lintas sector dan lintas program, pusat dan daerah dalam pencapaian SPM Bidang Kesehatan, termasuk organisasi profesi dan pengelola PAUD di dalam pelayanan Balita Peningkatan pengetahuan, peran, dan dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan kelas ibu hamil dan buku KIA.

Faktor penghambat

Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi faktor penghambat pencapaian kinerja indikator persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, antara lain:

1. Terganggunya akses balita ke layanan kesehatan akibat pandemi COVID-19.

2. Pemantauan pertumbuhan pada balita (penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan) sulit untuk dilakukan di rumah karena memerlukan alat dan kompetensi dalam pengukuran.

3. Masih kurangnya kedisiplinan petugas dalam pencatatan register kohort bayi dan balita

4. Kunjungan Balita di atas 2 tahun ke Posyandu atau fasilitas kesehatan cukup rendah

5. Pemanfaatan dana dekon, BOK yang kurang optimal

5. Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan

c. Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun waktu tertentu.

d. Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 Rumah Sakit mampu melakukan penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

e. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap 3 bulan.

Analisa Capaian Kinerja

Berdasarkan pelaporan data rutin Komdat Kesmas Tahun 2020, Capaian Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir adalah 28 dari target 120 Kab/kota, yang tersebar di 16 provinsi (Tabel 3.3).

Tabel 3.3. Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

No Provinsi Jumlah

Kab/Kota

1 JABAR 4

2 JATIM 3

3 NTT 3

4 SULSEL 3

5 BALI 2

6 NTB 2

7 SULTENG 2

8 SUMUT 1

9 SUMBAR 1

10 JAMBI 1

11 SUMSEL 1

12 BENGKULU 1

13 BABEL 1

14 KEPRI 1

15 JATENG 1

16 BANTEN 1

NASIONAL 28

Sumber : Komdat Kesmas Tahun 2020 per 19 Januari 2021

Dengan target indikator kinerja pada tahun 2020 sebesar 120 Kabupaten/Kota dan capaian 20 Kabupaten/kota, maka capaian kinerja indikator Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir tahun 2020 adalah 23,33%.

Tidak tercapainya target Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir pada tahun 2020 sebagai dampak pandemi COVID 19.

Pandemi COVID 19 telah berdampak kuat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir, yaitu pelayanan kesehatan dikerahkan untuk fokus menangani dampak ini, di samping banyak tenaga kesehatan terpapar virus COVID 19 mengakibatkan pembatasan waktu buka bahkan ditutupnya fasilitas kesehatan. Pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa wilayah (PSBB) dan ditambah kekhawatiran masyarakat untuk kontak/berkunjung ke fasilitas kesehatan juga berdampak semakin terhambatnya kontak masyarakat, khususnya ibu dan bayi baru lahir pada tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.

Kondisi tersebut di atas berdampak pada Kabupaten/kota tidak dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, yaitu:

a. Berkurangnya penyelenggaraan kelas ibu hamil di Puskesmas, dan Kelas Ibu tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka, sementara untuk pelaksanaan secara online tidak semua daerah dapat melaksanakan terutama di daerah dengan sinyal internet kurang baik.

b. Tidak terpenuhinya target Cakupan K4, yaitu ibu hamil di suatu kabupaten/kota yang mendapatkan pelayanan antenatal sebanyak 4 kali pada kurun waktu tertentu sebesar 85%. Berdasarkan laporan data rutin, cakupan K4 tahun 2020 sebesar 76,84%.

c. Terhambatnya pelaksanaan pelatihan kegawatdaruratan maternal neonatal baik di pusat mapun di daerah, sebagai akibat adanya pandemic COVID 19 sekaligus realokasi anggaran untuk penanangan COVID 19.

d. Terhambatnya pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP), terutama pada triwulan 2 dan 3 ketika semua tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, termasuk pelaksana AMP difokuskan untuk penanangan COVID 19.

Solusi yang dilaksakanakan untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dimasa pandemic adalah dengan;

a. Menyusun/mengupdate pedoman-pedoman pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di masa pandemic dan terus mensosialisasikannya.

b. Pelaksanaan kelas ibu hamil secara online, atau secara tatap muka pada daerah zona hijau dengan tetap memperhatikan protokol Kesehatan.

c. Memodifikasi pelayanan dengan mengoptimalkan janji temu di fasyankes atau layanan non tatap muka (telekonsultasi, kunjungan virtual, dan lain-lain)

d. Modifikasi kegiatan orientasi menjadi virtual dan/atau blended learning.

e. Modifikasi kegiatan AMP menjadi virtual.

f. Optimalisasi pemanfaatan buku KIA sebagai instrument pemantauan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir.

Faktor Pendukung

Faktor yang mendukung pencapaian indikator di tingkat nasional antara lain:

a. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan perawat) dalam pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

b. Ketersediaan regulasi terkait kesehatan ibu dan bayi baru lahir, yang antara lain Permenkes no. 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual, Permenkes No 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, Permenkes no 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial

c. Ketersediaan dana Dekon, BOK yang dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir

d. Intervensi pada keluarga melalui kegiatan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

e. Penunjukkan 120 Kab/Kota Lokus Penurunan AKI dan AKB pada tahun 2020, dan melakukan intervensi kegiatan pada kab/kota lokus tersebut yaitu peningkatan kapasitas dokter umum dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi dengan menggunakan metode Blended Learning, pendampingan RSUD Kab/Kota lokus dalam Pelayanan KIA dan Pemulihan layanan KIA sebagai dampak dari pandemic COVID-19.

f. Peningkatan dukungan organisasi profesi dan perguruan tinggi di dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak

g. Peningkatan dukungan dan komitmen Pemda dalam pencapaian SPM Bidang Kesehatan

h. Keberlanjutan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak masa kehamilan, yang mendukung persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti K4, P4K, Kelas ibu hamil dan lainnya.

i. Peningkatan pengetahuan, peran, dan dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan Distribusi buku KIA, sebagai sarana pencatatan pelayanan kesehatan dan media KIE kesehatan ibu dan anak untuk ibu dan keluarga sampai ke masyarakat.

Faktor Penghambat

Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi faktor penghambat pencapaian kinerja indikator jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, antara lain:

a. Distribusi ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang siap memberikan pelayanan persalinan 24 jam belum merata, terutama di daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan b. Pemanfaatan dana BOK dan dekon yang kurang optimal

c. Faktor Sosial Budaya di kelompok masyarakat tertentu, yang tidak mengijinkan bayi dibawa keluar rumah sebelum 40 hari.

d. Kondisi ekonomi dan pendidikan keluarga/masyarakat masih rendah, sehingga membuat masyarakat ragu untuk datang ke fasyankes.

6. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan

Dalam dokumen LAKIP KESGA 2020 (Halaman 39-44)

Dokumen terkait