• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP KESGA 2020

N/A
N/A
Gustina Wulan Sari

Academic year: 2023

Membagikan "LAKIP KESGA 2020"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan no. 25 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Kesehatan Keluarga mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria. pemberian bimbingan dan supervisi teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga. Indikator kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga yang dapat mencapai sasaran adalah jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi anak usia dini dan prasekolah (capaian kinerja 178,33%), jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi anak usia dini. usia sekolah. dan remaja (capaian kinerja 173,60%), dan jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan kesehatan reproduksi (capaian kinerja 243,33%).

Gambar  1.1.    Struktur  Organisasi  Direktorat  Kesehatan  Keluarga  sesuai  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor  64  Tahun  2015
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Keluarga sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015

Perencanaan Kinerja

Indikator Kesehatan Keluarga pada RPJMN 2020-2024

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun ini, indikator hasil program terkait Kesehatan Keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk mencapai indikator kinerja program terkait Kesehatan Keluarga, telah disusun indikator kinerja kegiatan yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1.  Indikator RPJMN 2020-2024 terkait Kesehatan Keluarga
Tabel 2.1. Indikator RPJMN 2020-2024 terkait Kesehatan Keluarga

Perjanjian Kinerja

Pada tahun 2020, Direktorat Kesehatan Keluarga berhasil mencapai target indikator jumlah kabupaten/kota penyelenggara pelayanan kesehatan usia subur (kinerja kinerja sebesar 243,33%), sedangkan indikator lainnya belum mencapai target yaitu indikator cakupan persalinan. di layanan kesehatan (93,33% kinerja kinerja): 31%), cakupan kunjungan prenatal (kinerja kinerja 96,05%), cakupan kunjungan neonatal (kinerja kinerja 99,20%), persentase balita yang tumbuh kembangnya dipantau (98,80% kinerja kinerja) ) ) dan Persentase kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia (kinerja kinerja 72,63%). Pada tahun 2020, Direktorat Kesehatan Keluarga berhasil mencapai target indikator yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja, yaitu jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah (capaian kinerja 178,37%), jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. pelayanan anak usia sekolah dan remaja (kinerja kinerja 173,60%), dan jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia subur (kinerja kinerja 243,33%).

Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Direktur Kesehatan Keluarga Tahun 2020  No  Sasaran Program/
Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Direktur Kesehatan Keluarga Tahun 2020 No Sasaran Program/

Evaluasi Dan Analisa Capaian Kinerja

Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan

Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Cakupan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan berdasarkan Riskesdas menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Cakupan persalinan pada sistem pelayanan kesehatan tahun 2020 menurut provinsi dapat dilihat pada grafik berikut.

Meskipun indikator nasional penyediaan pelayanan di institusi pelayanan kesehatan belum mencapai target, namun terdapat 13 provinsi yang berhasil mencapai target tersebut. Keberlangsungan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak masa kehamilan yang mendukung persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti K4, P4K, Kelas Ibu Hamil dan lain-lain. Beberapa fasilitas layanan kesehatan (khususnya FKRTL) mewajibkan ibu bersalin untuk menjalani pemeriksaan COVID-19, namun mekanisme pendanaannya belum jelas, sehingga ibu bersalin harus mengeluarkan biaya lebih besar.

Grafik 3.3. Cakupan Program Persalinan di Fasilitas Kesehatan  menurut Riskesdas
Grafik 3.3. Cakupan Program Persalinan di Fasilitas Kesehatan menurut Riskesdas

Cakupan Kunjungan Neonatal

Pendanaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sesuai standar melalui JKN, Jampersal atau pendanaan lainnya, karena ibu bersalin terintegrasi dalam kegiatannya dengan bayi baru lahir, serta dukungan keuangan lainnya seperti dekon, APBD dan BOK yang dapat digunakan dalam layanan neonatal. Tersedianya regulasi mengenai kesehatan bayi baru lahir, diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan no. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, Peraturan Menteri Kesehatan no. 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Pra Hamil, Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan, Pemberian Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual.

Meningkatkan dukungan dan komitmen lintas sektor dan lintas program, seperti Pemerintah Daerah dalam pencapaian SPM Bidang Kesehatan, termasuk organisasi profesi di bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak. Meningkatkan pengetahuan, peran dan dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan kelas ibu hamil dan program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta pembagian buku KIA, sebagai sarana promosi pelayanan kesehatan dan media KIE bagi ibu dan pendataan keluarga. . Sistem pencatatan dan pelaporan belum sesuai dengan yang diharapkan, misalnya penolong persalinan di fasilitas kesehatan tidak mencatat dengan baik pelayanan yang diberikan dan formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda tidak digunakan pada kunjungan neonatal.

Grafik 3.7. Cakupan Kunjungan Neonatal Berdasarkan Provinsi Tahun  2020
Grafik 3.7. Cakupan Kunjungan Neonatal Berdasarkan Provinsi Tahun 2020

Cakupan Kunjungan Antenatal

Dengan konseling yang aktif dan efektif, kami berharap ibu hamil dapat merencanakan kehamilan dan persalinan dengan baik dan dengan bantuan tenaga medis profesional di institusi kesehatan dapat mendorong ibu hamil dan keluarganya untuk melahirkan. Cakupan kunjungan antenatal dihitung berdasarkan jumlah ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal standar di suatu wilayah selama jangka waktu tertentu, dibagi dengan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah tersebut pada periode yang sama, dikalikan 100%. Tidak tercapainya target persentase kunjungan antenatal akibat pandemi COVID 19 adalah sebagai berikut: Pandemi COVID 19 menyebabkan pelayanan kesehatan fokus menangani dampak tersebut, ditambah lagi banyak tenaga kesehatan yang terpapar virus COVID 19, Hal ini menyebabkan semakin banyaknya fasilitas kesehatan yang ditutup, selain itu adanya pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah (PSBB) dan kekhawatiran masyarakat untuk mengunjungi fasilitas kesehatan juga berdampak pada meningkatnya hambatan kontak masyarakat khususnya ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.

Selain itu, adanya kebijakan yang membatasi kunjungan ibu hamil pada hari-hari pertama pandemi COVID-19 hanya 2 kali saja yaitu pada trimester pertama dan trimester ketiga juga menyebabkan capaian menurun. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir khususnya pada penanganan kegawatdaruratan, melalui pelatihan penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir serta peningkatan kapasitas dokter umum dalam pelayanan kesehatan ibu. dan bayi baru lahir. Meningkatkan pengetahuan, peran dan dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan kesehatan reproduksi calon pengantin, kelas ibu hamil dan Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi Persalinan (P4K), serta pembagian buku KIA, sebagai sarana pencatatan kesehatan. layanan dan Media KIE untuk ibu dan keluarga.

Grafik  berikut  menunjukkan  cakupan  cakupan  Kunjungan  Antenatal tahun 2015-2020.
Grafik berikut menunjukkan cakupan cakupan Kunjungan Antenatal tahun 2015-2020.

Persentase Balita yang Dipantau Pertumbuhan Dan Perkembangannya

Berdasarkan pelaporan data rutin Komdat Kesehatan Masyarakat tahun 2020, capaian persentase balita yang dipantau tumbuh kembangnya sebesar 59,28% dari target 60%, cakupan per provinsi dapat dilihat pada grafik berikut. Dengan cakupan indikator persentase anak usia muda yang dipantau tumbuh kembangnya sebesar 59,28% dan target indikator kinerja sebesar 60% maka capaian kinerjanya sebesar 98,80%. Tidak tercapainya target cakupan kunjungan persentase anak usia dini yang terpantau tumbuh kembangnya akibat pandemi COVID 19.

Selama pandemi COVID-19, pemantauan pertumbuhan dan pembangunan yang dilakukan di Posyandu sebagian besar terhenti (data kajian cepat peran puskesmas pada masa pandemi COVID-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 46% puskesmas melaporkan tidak ada kegiatan Posyandu dan 35% Puskesmas melaporkan adanya penurunan pelayanan Penyediaan buku KIA sebagai alat pemantauan kesehatan balita dan anak prasekolah di tingkat keluarga dan masyarakat dan tentang program lintas sektor, pusat dan daerah dalam mencapai SPM di bidang kesehatan, termasuk organisasi profesi dan pengelola PAUD di bidang PAUD.Peningkatan pengetahuan, peran dan dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan pelatihan antenatal dan buku KIA.

Grafik  3.11.  Cakupan  Persentase  Balita  yang  Dipantau  Pertumbuhan  Dan Perkembangannya Berdasarkan Provinsi Tahun 2020
Grafik 3.11. Cakupan Persentase Balita yang Dipantau Pertumbuhan Dan Perkembangannya Berdasarkan Provinsi Tahun 2020

Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir

Berdasarkan pelaporan rutin data Komdat Kesehatan Masyarakat tahun 2020, jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sebanyak 28 dari target 120 kabupaten/kota yang tersebar di 16 provinsi (Tabel 3.3). Dengan target indikator kinerja tahun 2020 sebanyak 120 kabupaten/kota dan capaian sebanyak 20 kabupaten/kota, maka capaian indikator kinerja jumlah kabupaten/kota penyelenggara pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2020 adalah sebesar 23,33%. Target jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2020 tidak terpenuhi akibat pandemi COVID 19.

Solusi yang diterapkan terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di masa pandemi adalah dengan; Mengembangkan/memperbarui pedoman layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir selama pandemi dan terus melakukan sosialisasi. Tersedianya dana Dekon, BOK yang dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir.

Tabel 3.3. Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan  Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Tabel 3.3. Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Balita

Meski target nasional terpenuhi, namun di dua provinsi yakni Papua dan Papua Barat, dilaporkan belum ada kabupaten/kota yang memberikan layanan kesehatan bagi balita. Dengan target indikator kinerja tahun 2020 sebanyak 120 kabupaten/kota dan capaian sebanyak 214 kabupaten/kota, maka capaian indikator kinerja jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2020 adalah sebesar 178,33 %. Tersedianya pedoman KIE, alat dan media penyelenggaraan layanan MTBS, SDIDTK dan Kelas Ibu Balita di tingkat Puskesmas setempat.

Belum ada kabupaten/kota yang menyediakan layanan kesehatan balita di Provinsi Papua dan Papua Barat karena layanan kesehatan di kedua provinsi tersebut terdampak pandemi COVID-19. Sosialisasikan pedoman pelayanan kesehatan balita pada masa pandemi COVID-19 pada seluruh program pusat dan daerah, pada semua sektor. Menawarkan buku KIA sebagai alat pemantauan kesehatan balita dan anak prasekolah di tingkat keluarga dan masyarakat d.

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dan Remaja

Berdasarkan pelaporan berkala Komdat Kesehatan Masyarakat tahun 2020, jumlah kabupaten/kota yang memberikan pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja telah tercapai, yaitu 217 kabupaten/kota dari target 125. Meskipun target nasional telah tercapai, namun 3 provinsi yaitu Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua Barat melaporkan belum ada kabupaten/kota yang menyediakan layanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja. Dengan target indikator kinerja tahun 2020 sebanyak 125 kabupaten/kota dan capaian sebanyak 217 kabupaten/kota, maka capaian indikator kinerja jumlah kabupaten/kota penyelenggara pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja pada tahun 2020 adalah sebesar 173,60 %.

Tersedianya tenaga Pelayanan Kesehatan Remaja (PKPR) yang terlatih di puskesmas untuk memberikan layanan konseling kepada anak sekolah dan remaja; Belum adanya kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja di Provinsi Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua Barat karena kendala pengelolaan seperti pergantian pengelola program di masa pandemi, redistribusi usia sekolah dan Anggaran Program Kesehatan Remaja untuk Mengatasi COVID-19, 19 dan sebagainya, sehingga berdampak pada pelaksanaan kegiatan komponen indikator program seperti pengembangan posyandu remaja dan pengembangan kesehatan sekolah melalui UKS/M di masa pandemi. Menyusun pedoman adaptasi layanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja selama pandemi dan mensosialisasikannya ke 34 provinsi.

Grafik 3.13 . Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan  Pelayanan Kesehatan Anak Usa Sekolah dan Remaja  Tahun 2020
Grafik 3.13 . Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Anak Usa Sekolah dan Remaja Tahun 2020

Jumlah Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi

Melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pelaku lain yang terlibat dalam pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin dan pelayanan KB pasca melahirkan. Meningkatkan koordinasi dan dukungan lintas sektor, termasuk organisasi profesi di bidang pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin dan pelayanan KB pasca melahirkan. Reproduksi calon pengantin dan pelayanan KB pada masa pandemi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru sebagai acuan adaptasi pelayanan.

Tidak ada kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia subur di Provinsi Sulawesi Utara karena keterlambatan pelaporan pelayanan kesehatan usia subur di tingkat Puskesmas setempat.

Persentase Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Indikator ini dihitung berdasarkan rumus jumlah kabupaten/kota yang memberikan pelayanan kesehatan kepada lanjut usia (lansia) dibagi dengan jumlah seluruh kabupaten/kota dikalikan 100% dalam kurun waktu 1 tahun. Berdasarkan pelaporan data rutin Komdat Kesehatan Masyarakat tahun 2020, persentase capaian kabupaten/kota dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia sebesar 32,68% dari target sebesar 45%. Target persentase kabupaten/kota yang memberikan pelayanan kesehatan kepada lanjut usia pada tahun 2020 tidak terpenuhi akibat pandemi COVID 19.

Pandemi COVID 19 memberikan dampak terhadap pelayanan kesehatan lanjut usia, yaitu pelayanan kesehatan memutuskan untuk fokus menangani dampak tersebut, selain itu banyak tenaga kesehatan yang terpapar virus COVID 19 sehingga mengakibatkan adanya pembatasan jam buka bahkan tutup. fasilitas kesehatan. Menyusun/memperbarui pedoman pelayanan kesehatan lansia pada masa pandemi dengan melibatkan berbagai media KIE dan terus melakukan sosialisasi. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia di Puskesmas yang terjangkau dan berkualitas, serta perlindungan terhadap penularan COVID 19 masih beragam dan belum merata terutama di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.

Grafik 3.15. Persentase Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan  Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020
Grafik 3.15. Persentase Kabupaten/kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020

Realisasi Anggaran

Sumber: Laporan Keuangan Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2020. Grafik di atas menunjukkan bahwa alokasi anggaran Direktorat Kesehatan Keluarga meningkat antara tahun 2016 dan 2018, namun mengalami penurunan pada tahun 2019, begitu pula pada tahun 2020. Direktorat Kesehatan Masyarakat mengalami penurunan karena keadaan anggaran difokuskan untuk penanggulangan COVID 19. Gambaran realisasi anggaran Direktorat Kesehatan Keluarga tahun 2020 berdasarkan output dapat dilihat pada tabel berikut. Pada tahun 2020, Direktorat Kesehatan Keluarga berhasil meraih capaian sebesar 97,13%, pencapaian tertinggi dibandingkan lima tahun terakhir.

Realisasi dana dekonsentrasi Pembangunan Kesehatan Keluarga pada tahun 2020 sebesar 87,79%, lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2019 sebesar 91,84%, disebabkan oleh tertundanya pelaksanaan kegiatan akibat pandemi COVID 19 selain proses review anggaran.

Grafik  3.16.  Kecenderungan  Alokasi  dan  Realisasi  Anggaran  (dalam  Milyar Rupiah)
Grafik 3.16. Kecenderungan Alokasi dan Realisasi Anggaran (dalam Milyar Rupiah)

Pelaksanaan Efisensi dan Inovasi

Penghargaan

PENUTUP

Gambar

Gambar  1.1.    Struktur  Organisasi  Direktorat  Kesehatan  Keluarga  sesuai  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor  64  Tahun  2015
Gambar 2.2.  Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Keluarga sesuai  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020  D
Tabel 2.1.  Indikator RPJMN 2020-2024 terkait Kesehatan Keluarga
Tabel 2.2. Indikator Kinerja Program Renstra Kementerian Kesehatan  Tahun 2020-2024
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Capaian indikator kinerja program untuk Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2020 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 11.1 Capaian Indikator Kinerja Program Urusan Lingkungan Hidup