BAB III ANALISIS TEKSTUAL TERHADAP
B. Kajian Ayat
1. Teks dan Terjemah QS an-Najm/53: 19-22
ٜ هزُعٌْا َٚ َذهٌٍا ُُُزْ٠َء َشَفَا ٜ ٰش ْخُ ْلْا َخَثٌِبَّثٌا َحَِٰٕٛ َٚ ٔ٩
ٰٝثُْٔ ْلْا ٌَُٗ َٚ ُشَوَّزٌا ُُُىٌََا ٕٓ
ٕٔ
ٌخَّْضِل اًرِا َهٍِْر ٜ ٰزْ١ ِض
ٕٕ
Terjemahnya:
Apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (dua berhala) al- Lāta dan al-‘Uzzā. Serta Manāt (berhala) ketiga yang lain (sebagai anak- anak perempuan Allah yang kamu sembah)?. Apakah (pantas) bagi kamu (anak) laki-laki dan bagi-Nya (anak) perempuan?. Itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.7
2. Analisis Kosa Kata a.
تّللا
Kata
ت ّلالا
adalah nama dua jenis patung. Asal kataت ّلالا
adalahالله
laluhuruf ha (
ق
) pada kataالله
dihilangkan dan dimasukkan huruf ta (ت
) lalu dijadikannya muannaṡ sehingga menjadi
ت ّلالا
dan ini merupakan bentuk kurangnya pengetahuan mereka tentang Allah. Sampai pada akhirnya kataت ّلالا
6Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munīr, Aqidah, Syari’ah, Manhaj, Terj. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk., Jil.14 (Cet. I; Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 126.
7Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Juz 27 (Solo: Zamrud Brand Product al-Qur’an Tiga Serangkai, 2014), h. 526.
dikhususkan untuk menjadi sesembahan yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah menurut anggapan mereka.8 Dan firmanNya dalam QS Ṣad/38: 3
ٍصبََِٕ َْٓ١ ِح َد َلْ َّٚ ا َْٚدبََٕف ٍْ ْشَل ِِّْٓ ٍُِِْْٙجَل ِِْٓ بَْٕىٍََْ٘ا َُْو
ٖ
Terjemahnya:
Betapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Lalu, mereka meminta tolong (ketika datang azab), padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melepaskan diri.9
Al-Farra berkata: ‚Ayat tersebut hakikatnya ialah berbunyi
صاَنَم َْيِْحَلا
sedangkan huruf ta (
ت
) nya merupakan huruf tambahan, sebagaimana huruf yang di tambahkan pada kataتّثم
dan kataتّبر
.” Sedangkan sebagian ulama dari Bashrah berkata: ‚Makna kataتلا
dalam ayat diatas adalahسيل
.” Kemudian Abu Bakr Al-„Alaf berkata: “Asal kataتلا
adalahسيل
kemudian huruf ya (م
) nyadiganti dengan huruf alif (
ا
) sedangkan huruf sin (س
) diganti dengan huruf ta (ت
)maka jadilah
تلا
, hal seperti ini sama seperti asal kataتنا
adalahسنا
, namunsebagian dari mereka juga ada yang berkata bahwa asal kata
تلا
dalam ayat di atas ialahَلا
, lalu di tambahkan ta ta’niṡ (ت
) diakhirnya sebagai pengingat akan sebuah masa, seolah ayat tersebut berbunyiص اَنَم َْيِْح ُةَعاَّسلا ِتَسَيَل
artinya saat itu bukanlah waktu untuk melarikan diri.10 Pendapat lain menyatakan bahwa, huruf Ta-nya adalah tambahan. Asalnya dariلولي - لول
(mencondongkan), karena mereka mencondongkan leher mereka kepadanya, atau membengkokkan leher kepadanya dan mengelilinginya.
8Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna Kosakata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. 3 (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 441.
9Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Juz 23 (Solo: Zamrud Brand Product al-Qur’an Tiga Serangkai, 2014), h. 453.
10Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna Kosakata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. 3 (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 442.
Al-Lāta ialah berhala yang dimiliki oleh penduduk Tsaqif di Tha’if, atau milik orang Quraisy berada di Nakhlah. Patung ini dinamakan sebagai al-Lāta, karena patung tersebut berbentuk seorang laki-laki yang kabarnya dulu bisa membuat makanan sawiq yang ia campur dengan minyak samin kemudian makanan itu disuguhkan kepada orang yang sedang berhaji.11 Penjelasan lain mengatakan al-Lāta ialah batu putih yang telah diukir atau ditulis, kemudian batu tersebut dibuatkan sebuah rumah dan disimpan di tempat itu lalu dijadikan sebagai tempat sesembahan yang khusus di Tha’if. Patung ini dianggap sebagai
‚Tuhan‛ oleh kaum Tsaqif, yakni kabilah yang terkenal dan terkemuka di Tha’if.
Penjelasan dari Ibnu Jarir, bahwa patung al-Lāta telah mereka anggap sebagai muannaṡ dari Allah. Sedangkan menurut keterangan dari Ibn Abbas, Mujahid, dan Rabi’ bin Anas bahwa kalimat al-Lāta di dalam proses membaca kata tersebut ada yang membaca dengan tasydid pada huruf ‚Ta‛ hingga menjadi al- Lāta, yang arti kata tersebut ialah menginjak-injak. Maksudnya ialah pada zaman jahiliyah dulu ada seorang pekerja, yang kerjaannya biasa menginjak-injak gandum sampai halus pada sebuah batu, yang setelah gandum itu halus kemudian dijadikan tepung, lalu dimasak dan dihadiahkan kepada orang-orang yang jadi tamu pada waktu haji di zaman itu. Setalah beberapa lama, pekerja yang selalu menginjak-injak gandum tersebut meninggal dan tidak ada yang menggantikannya lagi. Maka dari itu rasa hormat mereka kepadanya karena jasa yang dilakukan, maka orang tersebut diperingati dan dimuliakan, akhirnya dijadikanlah dia sebagai berhala.12
11Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Aqidah, Syari’ah, Manhaj, Terj. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk., Jil. 14 (Cet. I; Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 140.
12 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jil 9 (Pustaka Nasional PTE LTD, 1982), h. 6991.
b.
لّزعلا
Kata
ة ّزعلا
berasal dari kataّزع
artinya kuat, seolah-olah ia mengeras sehingga susah untuk di tembus. Dan sperti kataَفَّلَظَت
yaitu bagian tanah yang susah untuk di tembus. Sedangkan kataُزيِزَعْلا
artinya yang dapat memaksa (menekan) namun tidak dapat di tekan. Terkadang kata ini juga digunakan untuk sebuah pujian sebagaimana yang sudah kamu ketahui, dan terkadang juga digunakan untuk sebuah celaan seperti yang diperuntukkan bagi orang-orang kafir.13 Dengan demikian kataُةَّزعلا
sesungguhnya adalah milik Allah, RasulNya dan orang-orang mukmin, dan itulah ‘izzah yang sesungguhnya dan keperkasaan yang abadi. Sedangkan kataةَّزع
yang digunakan untuk orang-orang kafir sesungguhnya itu bermaknaُز زَعَّػتلا
yakni mereka mengaku perkasa, dan itu pada hakikatnya merupakan sebuah kehinaan. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadits berbunyi:ّزِع ّلك
َسيَل ِللهِبا َوُهَػف ّؿُذ
Artinya:
“Segala bentuk keperkasaan yang tidak didasarkan kepada Allah, maka sesungguhnya itu merupakan sebuah kehinaan”
Kata
ُةَّزعلا
juga untuk mengartikan fanatisme dan kesombongan yang hina.Sebagaimana firman Allah swt dalam QS al-Baqarah/2: 206
...
ُْٗرَزَخَا ُدبٌَِّْٙا َشْئِجٌَ َٚ ۗ َََُُّٕٙج ُٗٗجْضَحَف ُِْثِ ْلْبِث ُح َّزِعٌْا
ٕٓٙ
Terjemahnya:
bangkitlah kesombongan yang menyebabkan dia berbuat dosa (lebih banyak lagi). Maka, cukuplah (balasan) baginya (neraka) Jahanam.
Sungguh (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal.14
13Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna KosaKata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. 2 (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 723-724.
14Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Juz 2 (Solo: Zamrud Brand Product al-Qur’an Tiga Serangkai, 2014), h. 32.
Kemudian adapun kata
لَّزعلا
ia adalah nama jenis patung (berhala yang disemba oleh kafir Quraisy). Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS al- Najm/53: 19.15Al-‘Uzzā ialah patung yang lebih baru yang dibuat oleh Zhalim ibn As’ad, al-‘Uzzā terletak di lembah Nakhlah di atas Dzatu’Irq. Mereka membangun rumah di atasnya kemudian mereka mendengar suara keluar dari al-
‘Uzzā. Ibnu Hisyam berkata, ‚Ayahku bercerita padaku dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata, al-‘Uzzā adalah Jin perempuan yang datang di tiga pohon samurah yang berada di lembah Nakhlah, kemudian setelah berhasil menaklukan kota Makkah, Rasulullah saw mengutus Khalid bin Walid, beliau bersabda,
‚Pergilah ke Nakhlah, di sana kamu akan mendapati tiga pohon samurah, Maka tebanglah yang pertama‛. Khalid bin Walid segera bergegas pergi kesana dan menebangnya.16 Sedangkan dalam buku tafsir yang lain dikatakan bahwa al-
‘Uzzā merupakan penyebutan untuk pohon yang disembah oleh kaum musyrikin.
Mereka yang berpendapat demikian memperkuat penafsiran mereka dengan menyebutkan riwayat seperti, Ibnu Basyar menceritakan kepada kami, ia berkata:
Muammil menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Mujahid, mengenai lafazh
لّزعلاك
“al-„Uzzā” ia berkata, al-‘Uzzā adalah pohon-pohon.17 Dan sebagian ulama lain berpendapat, bahwa al-‘Uzzā adalah sebutan untuk sebuah rumah di daerah Thaif, yang dijadikan tempat peribadatan dari kaum Tsaqif. Dan mereka yang berpendapat demikian ini memperkuat penafsiran mereka dengan menyebutkan riwayat yang membicarakan tentang hal ini yakni: Yunus menceritakan kepada kami, ia
15Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna Kosakata Asing ( Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. 2 (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 727.
16Tafsir Al-Qurthubi
17Ibnu Athiyah, Al-muharrar Al-Wajiz (Cet. II; Doha: Percetakan Darul Khair, 2007), h.
116.
berkata: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, ia berkata: ketika Ibnu Zaid manafsirkan lafazh
لّزعلاك
, ia berkata, al-‘Uzzā adalah rumah yang terletak di daerah Tsaqif yang dijadikan sebagai tempat peribadatan untuk mereka.18Al-‘Uzzā adalah berhala Quraisy dan bani Kinanah. Yang dimana menurut Mujahid itu adalah sebuah nama pohon di Ghathafan, yang biasa mereka sembah. Nabi saw lalu mengutus Khalid bin Walid, lalu dia menebangnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa dia adalah setan betina yang mendatangi tiga pasak di lebah Nakhlah.
c.
ةانم
Al-Wahidi dan lainnya berkata: mereka menamai berhala-berhala itu dengan menyintir dari nama-nama Allah seperti, kata Manāt yang diambil dari kata
َءيَّشا الله نىم
artinya Allah menakdirkan sesuatu. Manāt adalah berhala Bani Hilal, tetapi ada juga yang mengatakan itu adalah berhala Hudzail dan Khuza’ah.Menurut Qira’ah jumhur ulama kata Manāt dibentuk dari
نىيَ – نىم
yang artinya menuangkan, karena darah hewan kurban ditumpahkan didekatnya untuk mendekatkan diri kepadanya. Adapun qira’ah kedua merupakan bentukan dariءونلا
yaitu hujan, karena mereka memohon hujan melaluinya.19Dijelaskan di dalam tafsir Fathul Qadir bahwa:
ةانم
adalah berhala yang ada di antara Makkah dan Madinah, huruh Ha ini menunjukkan ta’niṡ namun saktah (berhenti qira’ah padanya) dengan huruf Ta.20 Manāt adalah berhala yang terletak ditempat yang bernama Musyalal di daerah Qudaid, itu adalah sebuah tempat yang berada diantara Makkah dan Madinah. Bani Khuza’ah, Bani Aus18Al mawardi, An-nukat wa Al-Uyun (Lebanon: Daar Al-kutub Al-alamiyah), h. 398.
19Imam Asy-Syaukani, Fathul Qadir, Tahqiq dan Takhrij: Sayyid Ibrahim, Jil.10 (Beirut:
Dar al-ma’rifah, 2007), h. 668.
20Imam Asy-Syaukani, Fathul Qadir, Tahqiq dan Takhrij: Sayyid Ibrahim, Jil. 10, h.
669.
dan Khazraj ialah suku yang masyhur di Madinah, pada zaman jahiliyah mereka semua membesarkan serta memuliakan Manāt, mereka beranggapan bahwa jika mereka hendak pergi melaksanakan haji ke Makkah maka hendaklah mereka lebih dulu singgah ke tempat Manāt dan menyembah kepada berhala tersebut.
Menurut riwayat dari Bukhari, dan juga menurut berita yang diterima dari Siti Aisyah r.a, ada banyak lagi berhala-berhala lain yang disembah oleh orang arab sebelum adanya Islam, akan tetapi tiga berhala saja yang tampak penjesannya di dalam al-Qur’an, karena ketiga berhala ini lebih dikenal dari pada yang lain. Ibnu Ishaq didalam buku Sīrah Nabi Muhammad saw, mengatakan bahwa berhala- berhala yang diagungkan dan disembah oleh orang arab selain dari yang tiga itu, semua mempunyai pondok dan rumah yang telah disediakan untuk tempat memuja, maka orang pun berduyun-duyun datang ketempat tersebut. Mereka tawaf di sekelilingnya, dan mereka memotong binatang untuk menghormatinya.21 d.
ركّذلا
Kata
ركّذلا
berasal dari kataركذ
yang terkadang dimaksudkan untuk mengartikan kondisi jiwa manusia yang menjaga (mengingat) pengetahuannya, ia hampir sama dengan menghafal, hanya saja menghafal dilakukan dengan memperoleh yang belum dia dapatkan, sementara mengingat dilakukan dengan menghadirkan pengetahuan yang dia punya. Terkadang kata ini juga diartikan sebagai kehadiran sesuatu di dalam hati atau dalam lisan.Kemudian kata
ُرَكَّذلا
dapat juga di artikan sebagai laki-laki dan lawan katanya ialahىثْنُلأا
yang berarti perempuan. Sebagaimana firman Allah dalam QS ali-‘Imrā n/3: 36. Kataرَكَّذلا
juga dikiaskan untuk mengartikan anggota tubuh khusus (kemaluan laki-laki), dan kataُرِكذُلما
artinya adalah perempuan yang21Prof. Dr. Abdul Malik Abdul Karim Amrulla, Tafsir Al-azhar, Jil. 9 (Pustaka Nasional PTE LTD, 1989), h. 6993.
melahirkan bayi laki-laki, sedangkan kata
ُرَاكْذِلما
artinya adalah sesuatu yang biasanya sering kali disebutkan atau diingat. Kalimatةَرَّكَذُم ةِقَنا
artinya seorang pengkritik yang jantan, ia diserupakan dengan lelaki dalam postur tubuhnya.Kalimat
رُكُذ كُذ فيَس
artinya pedang yang selalu disebut-sebut (ingat-ingat) kalimatـِراَص رَّكَذُم
artinya lelaki yang keras dan kejam, dan kalimatروّكُذ
artinyaorang yang kuat ingatannya.22 e.
ىثنلأا
Kata
ىثنلأا
berasal dari kataَثَّنَأ
yang artinya perempuan, kata ini adalah kebalikan dariرَكَذ
. Aslinya kedua lafazh ini diucapkan untuk mengungkapkan dua buah jenis kelamin. Allah swt berfirman dalam QS al-Nisā /4: 124ٰٝثُْٔا َْٚا ٍشَوَر ِِْٓ ِذ ٰحٍِهصٌا َِِٓ ًَّْْعَّ٠ َِْٓ َٚ
...
Terjemahnya:
Siapa yang beramal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan.23
Akan tetapi ketika jenis kelamin perempuan selalu lebih lemah dari pada laki-laki dalam semua jenisnya, maka sesuatu yang lemah dalam pekerjaannya dikatakan sebagai perempuan. Di antara para ahli tafsir ada yang mengartikannya secara tekstual, ia berkata: Dikarenakan nama-nama sesembahan mereka berupa muannats (nama perempuan) seperti yang telah dijelaskan dalam QS al-Najm/53:
19-20. Diantara para ahli tafsir juga ada yang mengartikannya dengan makna yang dikandung oleh lafazh
ثَناِإ
ia berkata: sesuatu yang berstatus sebagaiلِعَفْػنُم
(objek), dikatakan
ثْيِن أ
sebagaimana tukang besi yang lemah dipanggil dengan sebutanثْيِنأ
. Hal ini dikarenakan segala hal yang ada di dunia ini apabila22Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna Kosa kata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. I (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 779-786.
23 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Juz 5 (Solo: Zamrud Brand Product al-Qur’an Tiga Serangkai, 2014), h. 98.
dikaitkan dengan yang lainnya, maka terbagi tiga kategori: Pertama, sesuatu yang hanya berstatus sebagai subjek saja dan tidak pernah menjadi objek. Dan yang masuk kategori ini hanya ada satu yaitu Allah yang maha mengadakan.
Kedua, sesuatu yang berstatus sebagai objek saja dan tidak pernah menjadi subjek, yaitu benda mati. Ketiga, sesuatu yang menjadi objek dari satu sisi, dan menjadi subjek dari sisi yang lain. Seperti para malaikat, manusia, dan jin.
Karena dari satu sisi mereka menjadi objek, yaitu apabila dikaitkan dengan Allah swt, dan dari sisi lain mereka menjadi subjek, yaitu apabila dikaitkan dengan perbuatan mereka sendiri. Selanjutnya dikarenakan sesembahan mereka itu masuk pada kategori kedua, yaitu benda mati yang hanya bisa menjadi objek dan tidak pernah menjadi subjek, maka Allah menamakannya dengan
َثْن
أ (perempuan). Dengan tujuan untuk melumpuhkan argumen mereka dan mengingatkan atas kebodohan mereka karena telah meyakini benda-benda tersebut sebagai Tuhan, padahal tidak berakal, tidak mendengar, tidak melihat bahkan tidak dapat berbuat apapun.24f.
لرْخُلآا َة َثِلاَّثلا
Kedua kata ini ialah kata yang sifatnya untuk menguatkan celaan yang ada.25 Dalam kitab Fathul Qadir di jelaskan juga bahwa kata ini adalah sifat untuk patung Manāt, Allah menyifatinya sebagai yang ketiga karena yang ketiga adalah yang paling belakang.26 Kedua kata ini juga memberi isyarat bahwa betapa berhala-berhala tersebut tidak pantas dipertuhankan, bukan saja karena tiu
24Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna Kosa kata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. I (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 104-107.
25 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Aqidah, Syariah, Manhaj, Terj. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk., Jil. 14 (Cet I; Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 140.
26Imam Asy-Syaukani, Fathul Qadir, Tahqiq dan Takhrij: Sayyid Ibrahim, Jil 10 (Beirut:
Dar al-Ma’rifat,2007), h. 669
berhala akan tetapi kepercayaan mereka tentang tuhan yang mereka sembah itu memiliki peringkat ketuhanan, Ibnu Athiyyah berpendapat sebagaimana yang di kutip dalam tafsir al-Misbah bahwa kata ini senagaja disebut karena berhala ini merupakan berhala teragung dikalangan kaum musyrikin dan paling banyak penyembahnya.27
g.
ةَمْسِق
Berasal dari kata
مسق
yang artinya pembagian. Dikatakan– اَذَك ُتْمَسِق مْسَق
artinya saya membagikan hal itu.ِثاَرْػيِمْلا ُةَمْسِق
atauِةَمْيِنَغْلا ُةَمْسِق
artinya saya membagikan harta warisan atau harta rampasan perang kepada orang-orang yang berhak.28
3. Munāsabah Ayat
Munāsabah QS al-Najm/53: 19-22 dengan ayat sebelumnya, yakni dalam ayat sebelumnya itu menjelaskan tentang Allah swt bersumpah atas apa saja yang di kehendaki olehNya, yang dimana untuk mempertegas apa saja yang telah di kehendaki oleh Allah swt kapanpun sesuai dengan kehendakNya. Adapun sesuatu yang dipertegas Allah swt adalah kesaksian untuk Nabi Muhammad saw, bahwa beliau adalah orang yang lurus mengikuti yang haq, dan bukan orang yang tersesat. Kemudian Allah swt menginformasikan tentang guru Rasulullah saw yakni malaikat Jibril, yang dimana malaikat Jibril mengajarkan al-Qur’an kepada Nabi karena malaikat Jibril memiliki ilmu dan amal yang sangat kuat, akal yang sangat cerdas, dan kebijaksanaan yang sangat tinggi. Ketika Nabi ingin melihat
27M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,2002), h. 419.
28Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur’an, Penjelas Lengkap Makna Kosa kata Asing (Gharib) Dalam Al-Qur’an, Jil. III (Cet. I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 181.
malaikat Jibril dalam wujud aslinya, lalu malaikat Jibril berdiri dan menampakkan diri kepada beliau dibagian tertinggi dari langit, yakni ufuk matahari hingga ia menutupi ufuk tersebut, kejadian ini terjadi ketika Nabi Muhammad saw berada di bumi. Adapun persamaan ayat sebelumnya dengan ayat yang menjadi objek penelitian saya yakni tidak terdapat persamaan dari ayat sebelumnya karena pembahasan terakhir yaitu ketika Nabi saw bertemu dengan malaikat Jibril dan kemudian beliau di bawa ke sidratul muntaha untuk menunjukka keagungan dan kebesaran Allah swt.29 Akan tetapi terdapat persamaan dalam surah lain menjelaskan tentang orang-orang musyrik yang menetapkan bahwa patung yang mereka jadikan sebagai sesembahan itu mereka anggap sebagai anak perempuan Allah, padahal mereka sendiri tidak menyukai kalau mereka memiliki anak perempuan, yang dijelaskan dalam surah aṭ-Ṭūr/52:
39
َْۗ َُْٕٛجٌْا ُُُىٌَ َٚ ُذَٰٕجٌْا ٌَُٗ ََْا
Terjemahnya:
Apakah (pantas) bagi-Nya anak-anak perempuan, sedangkan untuk kamu anak-anak laki-laki?30
Dalam tafsir al-Munīr dijelaskan bahwa itu adalah kecaman Allah kepada orang-orang musyrik karena telah menetapkan bahwa patung yang mereka sembah itu ialah anak perempuan Allah, dan mereka tidak dianggap sebagai orang yang berakal.31 Dalam tafsir al-Qurthubi dijelaskan bahwa Allah
29Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Aqidah, Syariah, Manhaj, Terj. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk., Jil. 14 (Cet I; Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 130-133.
30Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Juz 27 (Solo: Zamrud Brand Product al-Qur’an Tiga Serangkai, 2014), h.525.
31Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Aqidah, Syariah, Manhaj, Terj. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk., Jil. 14 (Cet. I; Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 121.
membodohkan pikiran-pikiran mereka sebagai celaan dan kecaman terhadap mereka.32
Munāsabah ayat setelahnya yakni menjelaskan tentang pemberian nama berhala yang mereka buat untuk tuhan mereka serta menjelaskan hal yang melatarbelakangi penyembahan dari berhala-berhala tersebut. Kemudian menjelaskan juga kecaman Allah swt yang menolak keras terhadap tindakan dari orang-orang musyrik yang menyebut para malaikat dengan sebutan perempuan, dan mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang benar dan tidak ada pula dalil dan bukti kebenaran tentang apa yan mereka katakan. Mereka juga sma sekali tidak pernah melihat malaikat, dan tidak pernah pula mendapatkan informasi. Mereka mengatakan hal tersebut tidak lain karena kebodohan, kelancangan, kedustaan, sifat mengada-ngada dan kekafiran yang sangat parah.
Adapun persamaan ayat yang dimiliki terdapat pada ayat 23 dalam QS al-Najm, dimana dalam ayat tersebut menjelaskan tentang pemberian nama terhadap berhala mereka yang tidak lain itu hanyalah bentuk karangan, sebutan yang mereka buat sendiri tanpa memiliki makna karena mereka mengikuti hawa nafsu mereka sendiri tanpa ingin melihat kebenaran yang semestinya mereka ikuti.
4. Tafsiran Ayat
Kata (
ةانمك ، لّزعلاك ، ت ّلالا
) dalam tafsir al-Munīr disebutkan bahwa ketiga kata ini adalah nama berhala dari orang-orang arab pada zaman jahiliyah yang mereka sembah dan mereka puja-puja. al-Lāta merupakan berhala milik penduduk Tsaqif atau milik kaum Quraisy yang berada di Nakhlah. Disebut al- Lāta karena patung tersebut berbentuk laki-laki. al-‘Uzzā adalah berhala milik penduduk Gathafān yang asalnya dari sebuah pohon perut pohon kurma, Pada32Tafsir Al-Qurthubi
saat terjadi Fathul Mekkah, Rasul mengutus Khalid bin Walid untuk menebang pohon itu, lalu pohon tersebut di tebang sambil berkata ‚Hai Uzzā, aku benar- benar kafir terhadapmu, dan sekali-kali aku tidak menyucikanmu. Sesungguhnya aku melihat Allah swt telah menghinakanmu‛.33 Dan yang terakhir adalah Manāt, yakni batu besar yang disembah berada di Musyallal,. Ia disembah oleh suku Hudzail dan Gathafān serta suku Aus dan Khazraj sebelum mereka memeluk agama Islam. Adapun arti dari penamaan Manāt berarti dipancarkan/dituangkan, karena di tempat tersebut mereka melakukan penyembelihan terhadap binatang-binatang untuk dijadikan sebagai sesaji. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Manāt asal katannya ialah (
ةءانم
) yang diambil dari kata (ءوّنلا
) yakni awan yang mengandung hujan. Penamaan itu seakan-akan mengisyaratkan kepada meraka bahwa melalui berhala itulah mereka memohon turunnya air hujan.34 Dan ada juga yang mengatakan bahwa dinamakan Manā t, karena mereka telah tumpahkan darah didekatnya sebagai bentuk peribadahan kepadanya, itulah kenapa dinamakan Manā t, karena begitu banyak darah yang telah di tumpahkan padanya.Kemudian dalam kitab tafsir Imam al-Qurthubi terdapat beberapa pendapat tentang al-Lā ta, Abu Salih berpendapat bahwa al-Lā ta adalah seorang laki-laki yang berada di Tha'if. Dialah yang mengurus Tuhan mereka dan membuatkan makanan untuk mereka, Setelah orang itu meninggal dunia, maka merekapun mulai menyembahnya. Pendapat dari Mujahid al-Lā ta adalah seorang laki-laki yang tinggal dipuncak gunung yang memiliki domba kecil, yang dirinya selalu mengumpulkan minyak samin, mengambil susu kering dan
33Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munīr, Aqidah, Syari’ah, Manhaj, Terj. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk., Jil. 14 (Cet. I; Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 140.
34M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbāh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jil 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 418.