• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. RainWater Harvest

2.5.3 Kajian Karya-Karya Arsitektural yang Relevan dengan Tema / Persoalan

a. KAMPUNG SEMAMPIR OLEH YU SING

Lokasi : Surabaya

Kampung Vertikal yang menjadi contoh preseden yaitu sayembara kampung vertikal di stren kali Surabaya, yang diikuti oleh Yu Sing. Kampung Vertikal ini sepenuhnya ditujukan untuk rakyat, oleh karena itu arsitektur kampung vertikal ini adalah arsitektur yang menjunjung kearifan lokal dan karakter kampung melalui warna, material, dan bentuk. Selain itu, rakyat/penghuni dilibatkan dalam membentuk

Karakter diadaptasi dari preseden diatas yaitu bagaimana rakyat dilibatkan dalam perencanaan dan perancangan kampung vertikal. Keterlibatan rakyat dalam membentuk arsitektur hunian diwujudkan dalam penggunaan material hasil bongkaran rumah lama dan kemudian diaplikasikan kepada rumah baru di kampung vertikal.

Hasil bongkaran rumah lama, seperti pada lantai berupa lantai bamboo, kayu ; dinding bata, batako, bilik bambu, kusen dan daun pintu-jendela ; plafon triplek ; atap berupa genteng, seng, dsb. Keseluruhan material tersebut akan diaplikasi pada bagian hunian kampung vertikal yang belum terisi atau masih polos.

Gambar 2.30 Tampak 3D bangunan Kampung Semampir oleh Yu Sing

Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2011/01/keberagaman-kampung-vertikal.html

Karakter kampung eksisting stren kali surabaya dengan berbagai bentuk geometri, warna, pemanfaatan lahan, kehidupan sosial, material daur ulang dan bekas, sebagai sumber inspirasi pengembangan rencana induk dan rancangan penataan stren kali.

Gambar 2.31 Konsep Tata Guna Lahan Kampung Semampir oleh Yu Sing Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2011/01/keberagaman-kampung-vertikal.html

Gambar 2.32 Konsep Perencanaan dan Pendanaan Kampung Semampir oleh Yu Sing Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2011/01/keberagaman-kampung-vertikal.html

Konsep umum rancangan: KAMPUNG VERTIKAL.

Kampung vertikal merupakan transformasi dari kampung eksisting stren kali, tanpa menghilangkan karakter lokal dan kekayaan bentuk, warna, material, volume, garis langit (skyline) bangunan, potensi ekonomi, kreativitas warga, dll.

Kearifan lokal serta kreativitas warga merupakan sumber daya utama bagi pengelolaan dan pengembangan kampung vertikal. warga dilibatkan dalam menentukan arsitektur unit hunian masing2. Kehidupan ala kampung dipertahankan, hanya saja menjadi bertingkat ke atas. Fungsi-fungsi tambahan selain hunian warga merupakan efisiensi pemanfaatan lahan bagi warga kota, sekaligus meningkatkan perekonomian warga. Rancangan arsitektur kampung vertikal merupakan arsitektur ala rakyat, yang dirancang lebih bersih, sehat, hemat, kuat. bukan arsitektur asing, baru, atau canggih. Dengan demikian, diharapkan mengurangi lonjakan perubahan budaya hidup yang terlalu mengagetkan. bagi wisata kampung, para wisatawan (asing atau lokal) masih dapat merasakan kehidupan dengan suasana kampung tetapi bertingkat.

Gambar 2.33 Lembar Persentasi 4 Kampung Semampir oleh Yu Sing

Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2011/01/keberagaman-kampung-vertikal.html

Gambar 2.34 Lembar Persentasi 6 Kampung Semampir oleh Yu Sing

Sumber : http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2011/01/keberagaman-kampung-vertikal.html

KAMPUNG VERTIKAL yang BHINEKA:

(1) Lantai 1 sebagai ruang publik : fasilitas warga kota, dengan wisata sungai.

Warga terlibat dalam pengelolaan wisata dan penyediaan fasilitas lainnya [warung, restoran, toko oleh-oleh/kerajinan, pelatihan pengelolaan sampah, penginapan warga / homestay, dll]. Penambahan fasilitas publik sebagai solusi

saling menguntungkan dengan pemkot dan dapat meningkatkan ekonomi warga, juga menambah keterlibatan warga dalam memelihara lingkungannya agar fasilitas wisatanya disukai masyarakat umum. Selain ruang publik, juga tersedia ruang-ruang fasilitas warga: ruang serba guna, sekolah, perpustakaan, taman bermain anak, tempat pemilahan sampah dan pembuatan kompos.

(2) Setiap kampung disediakan dermaga untuk aksesibilitas ke dan dari sungai.

(3) Perumahan warga berupa blok-blok massa kampung vertikal, yang terintegrasi dengan fungsi2 kampung selain hunian.

(4) Pengelolaan sistem utilitas [air bersih dan kotor] terpadu dan komunal.

KONSEP BANGUNAN:

(a) Maksimal 4 lantai. Struktur 2 lantai paling atas menggunakan struktur ringan/lentur (kayu/bambu) dan struktur 2 lantai paling bawah menggunakan struktur beton yang lebih kokoh, sehingga biaya struktur relatif lebih murah.

Struktur atap menggunakan kayu bekas atau bambu.

(b) Tahap pembangunan dimulai dari pembangunan struktur rangka, pemilik masing2 hunian mengisi dinding dan lain-lain sesuai kebutuhan dan selera masing-masing.

(c) Penggunaan kembali material bekas rumah warga (dengan sistem mosaik, penggabungan beberapa jenis material yang berbeda).

(d) Hunian warga akan terdiri dari beberapa blok kampung vertikal yang saling terpisah sebagai antisipasi kebakaran dan kebutuhan ruang terbuka.

(e) Pagar balkon / railing sebagai tempat jemuran.

(f) Pemanfaatan atap maupun dinding sebagai tempat menanam aneka jenis pepohonan: sayuran, tanaman obat, rempah-rempah dan tanaman rambat.

(g) Bentuk bangunan dikembangkan dari bentuk-bentuk geometri rumah warga di masing-masing kampung, yang beragam dan dinamis.

(h) Warna-warni seperti rumah warga eksisting merupakan pembentuk suasana menyenangkan.

(i) Pencahayaan alami dan ventilasi silang pada semua ruangan hunian.

Transformasi kampung stren menjadi kampung vertikal, mempertahankan suasana kampung yang dinamis. Berbagai material bekas dapat digunakan kembali.

perilaku, intensitas perawatan yang jarang, kampung vertikal menjadi lebih murah dan terbuka terhadap banyak alternatif aplikasi kreativitas warga terhadap huniannya.

Tidak perlu sulit menjaga huniannya ‘steril’ mengkilap. Perbaikan juga dapat secara parsial. Apabila dibutuhkan, hunian kampung vertikal dapat ditambahkan akses miringan (ramp) untuk orang tua atau penyandang cacat.

b. JEM Singapore Shopping Mall Lokasi : Jurong Lake District Singapore Luas Bangunan : 19.124 m2

Sebuah proyek ramah lingkungan yang menerima penghargaan the Singapore Building and Construction Autority’s (BCA) Green Mark Platinum Award. Karena proyek ini mampu menggantikan lebih dari 122% area hijau tapak bangunan melalui penyediaan daerah skyrise hijau dan lansekap dalam pembangunan. Proyek ini juga akan mengurangi konsumsi air dengan volume sekitar 250.000 m3 ( atau sekitar 100 ukuran kolam renang olimpiade) per tahun.

Bangunan memeiliki fitur ramah lingkungan dengan mengganti 122%

lansekap hijau yang hilang dengan cara skyrise hijau (green wall dan green roof).

Bangunan JEM antara lantai 1sampai lantai 4 terdiri dari 20% tanaman hijau, sedangkan taman JEM yang terletak dari lantai 5 sampai dengan lantai 7 berfungsi sebagai sarana rekreasi penghuni, di sisi barat kantor dirancang dengan taman vertikal berkelanjutan yang berfungsi sebagai naungan serta mempercantik fasad bangunan.

Gambar 2.35 JEM Singapore Shopping Mall Sumber : http://www.jem.sg/sustainability/

Bagian dalam bangunan juga menjadi sejuk dan terlindungi dari kebisingan lalu lintas, karena menggunakan vertical green walls sebagai penyerap suara dan udara alami, serta pengguna gedung seperti para pekerja kantor akan terinspirasi oleh kenyaman taman-taman yang indah. Sistem vertical green walls yang digunakan adalah modular system (box) system dan vertical greening module (VGM).

Gambar 2.36 JEM Vertical green walls Sumber : http://www.jem.sg/sustainability/

Area hijau tapak bangunan digantikan melalui penyedian daerah hijau pada atap banguna. Di setiap beberapa lantai, sky terraces dengan pohon-pohon dan bunga yang membawa kenyamanan tepat di depan pintu tempat kerja. Sistem atap hijau yang digunakan di bangunan ini adalah sistem atap hijau yang ringan dan berkinerja tinggi banyak digunakan untuk kebun intensif dan ekstensif di atap. Atap hijau yang luas memiliki vegetasi sedum ringan yang terdiri dari spesies tanaman yang akan toleran pada kekeringan sehingga meminimalkan pekerjaan pemeliharaan di atap.

Gambar 2.37 JEM Vertical green roof Sumber : http://www.jem.sg/sustainability/

Selain itu bangunan ini memonitor dan mengurangi air yang keluar dari tapak dengan melestarikan sumber daya air. Metode yang digunakan adalah dengan menampung air hujan. Selain manfaat air hujan ini digunakan untuk irigasi tanaman dan sistem pembilasan, energi yang digunakan untuk penggunaan air hujan lebih sedikit.

Air daur ulang digunakan untuk menara pendingin dan sistem pembilasan sementara air hujan ditampung untuk irigasi. Bangunan jem ini akan mengurangi konsumsi air dengan volume sekitar 100 ukuran kolam renang olimpiade atau sekitar 250.000 m3 setiap tahun. 7 langkah-langkah penghematan air yang dilakukan untuk mencapai hal ini adalah sebagai berikut :

• Sebagian besar alat kelengkapan air sedapat mungkin yang efisien

• Pemulihan air kondensat dari AHU

• Minimum 7 siklus konsentrasi pada menara pendingin

• Penggunaan newater (air daur ulang) untuk menara pendingin dan sistem pembilasan

• Sub-metering air untuk meonitor perilaku penggunaan air

• Sistem irigasi efisien

• Rainwater Harvesing untuk irigasi dan sistem pembilasan

Gambar 2.38 JEM Water System Sumber : http://www.jem.sg/sustainability/

c. Bangunan Hidup, Air-Daur Ulang yang terbungkus Jaringan Tabung Lokasi : Sao Paulo, Brasil

Gambar 2.39 Bangunan Hdup di Sao Paulo, Brasil

Sumber : http://inhabitat.com/living-water-recycling-building-wrapped-in-a-network-of-tubes/

Atelier dan gedung perkantoran seniman ini di São Paulo, Brasil memiliki fasad yang tertutup tanaman yang didukung oleh jaringan tabung yang memberi kabut secara berkala. Dirancang oleh Triptyque dan dijuluki Harmonia 57, gedung perkantoran yang unik diatur di tengah lingkungan kreatif di sisi barat São Paulo. Dua volume membentuk bangunan, yang dilapisi kulit beton berpori dengan kantong untuk tanaman. Jaringan daur ulang air yang kompleks mengumpulkan air hujan dan air abu-abu untuk digunakan di irigasi dan toilet, sementara atap hijau membantu meminimalkan limpasan air hujan.

Gambar 2.40 Tampak Bangunan Hdup di Sao Paulo, Brasil

Sumber : http://inhabitat.com/living-water-recycling-building-wrapped-in-a-network-of-tubes/

Gedung perkantoran dan atelier seniman selesai pada tahun 2008 dan baru- baru ini memenangkan penghargaan 'Built Environment' 2010 dari Zumtobel Group.

Proyek ini terdiri dari dua jilid yang digabungkan dengan jembatan logam di atas

atap. Jendela besar, jendela dan teras yang bisa dioperasikan memungkinkan siang hari menembus ruang interior dan memberi bangunan itu perasaan ringan.

Gambar 2.41 Pipa-pipa dan fasad pada Bangunan Hdup di Sao Paulo, Brasil Sumber : http://inhabitat.com/living-water-recycling-building-wrapped-in-a-network-of-tubes/

Beton berpori digunakan untuk fasad bangunan, yang ditutupi tanaman diatur ke ceruk dan diirigasi oleh sistem gerimis. Air hujan dikumpulkan dari atap hijau dan air abu-abu didaur ulang untuk menyediakan air untuk pembilasan toilet dan pengairan. Jaringan pipa terintegrasi ke dalam arsitektur sebagai fitur estetika dan juga fungsional - misalnya, pipa air digunakan sebagai pegangan tangan di sepanjang tangga.

Gambar 2.42 Sistem Pengolahan Air pada Bangunan Hdup di Sao Paulo, Brasil Sumber : http://inhabitat.com/living-water-recycling-building-wrapped-in-a-network-of-tubes/

Dinding hidup dan atap hijau berfungsi sebagai penyangga kulit untuk bangunan dan berfungsi untuk melindungi interior dan mengurangi kebisingan.

Tanaman dipilih berdasarkan estetika dan kemampuan tumbuh mereka - beberapa dipilih untuk memberi keteduhan, sementara yang lain merangkak di atas permukaan bangunan yang menyediakan lapisan kelembaban untuk tanaman lainnya.

Gambar 2.43 Tampak Lain dari Bangunan Hdup di Sao Paulo, Brasil

Sumber : http://inhabitat.com/living-water-recycling-building-wrapped-in-a-network-of-tubes/

Dokumen terkait