Berdsarkan penelusuran penulis, sejauh ini telah ada banyak karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penafsiran ayat-ayat jihad di antaranya sebagai berikut:
1. Tesis karya Muhammad Irsyad dengan judul ―Jihad Dalam Al-Qur‘an (Studi atas Penafsiran Muhammad Sa‘id Ramadhan al-Buti tentang jihad)‖ Universitas Negeri Islam Alauddin Makassar tahun 2016 M. Berdasarkan penelusuran peneliti, Ade Jamaruddin dalam tesisnya berusaha menganalisa pemikiran dan penafsiran al-Buthi tentang jihad dan relevansinya dengan wacana social- keagamaan dan menyimpulkan bahwa jihad menurut beliau adalah mencurahkan segala kemampuan dalam bentuk apapun demi tegaknya kebenaran, untuk memperoleh keridhaan Allah dan demi tersampaikannya agama Allah kepada manusia. Al-Buthi membagi jihad menjadi dua yaitu jihad dalam artian berdakwah yang merupakan dasar dan landasan utama berjihad, dan jihad dalam artian berperang yang merupakan cabang dari jihad dakwah. Ade Jamaruddin mengungkapkan bahwa dalam wacana social-keagamaan, al-Buthi memandang bahwa gerakan-gerakan revolusi jauh dari kata jihad. Bahkan hal tersebut adalah kekerasan yang jauh dari prinsip-prinsip Islam. Dengan kata lain tindakan kekerasan yang mengatasnamakan jihad tidak mencerminkan prinsip jihad dalam ajaran Islam. Karya Ade Jamaruddin ini secara umum memiliki kesamaan tema dengan penelitian ini
sehingga sangat banyak memberikan gambaran tentang diskursus jihad dalam Al-Qur‘an. Perbedaan mendasar hanya terletak pada objek penelitian.
2. Tesis berjudul ―Kontekstualisasi Makna Jihad Dalam Al- Qur‘an (telaah Tafsir al-Azhar Karya Hamka)‖ Institut Agama islam Negeri Tulungagung tahun 2016 M, karya Ali Nur Rofiq. Dalam penelitiannya, Ali menganalisa penafsiran dan kontekstualisasi jihad menurut pandangan Hamka dan menyimpulkan bahwa jihad menurut Hamka memiliki makna yang luas dan tidak diartikan dengan makna perang saja. Dalam hal ini perang baik itu melawan musuh yang hendak merusak agama dan Negara adalah cabang dari jihad. Secara aplikatif dalam kehidupan sehari-hari jihad bisa dilakukan dalam semua sector kehidupan seperti menuntut ilmu, mendidik pemuda agar menjadi muslim yang baik, mendirikan bangunan- bangunan yang berfaidah, bertani, berniaga, duduk dalam pemerintahan dan sebagainya yang dikerjakan dengan semangat perjuangan merupakan bentuk jihad. Dan dalam konteks kekinian, bagian terpenting dari jihad adalah perang melawan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kemunduran, dan kejumudan.
Tentu hasil penelitian Ali ini sangat informative terutama dalam memberi gambaran tentang pandangan Hamka yang merupakan salah satu bagian dari objek penelitian.
Namun lebih jauh, terdapat terdapat perbedaan yang cukup mendasar dengan penelitian ini, yang mana penelitian ini tidak akan hanya meneliti penafsiran Hamka
24
terkait ayat-ayat jihad saja akan tetapi juga akan menyelidiki factor-faktor yang melatarbelakangi kontekstualisasi jihad dalam pandangan Hamka.
3. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3 N0. 1, Juli- Desember 2016, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang berjudul ―Memaknai Jihad Dalam al-Qur‘an dan Tinjauan Historis Penggunaan Istilah Jihad Dalam al-Qur‘an‖ karya Abdul Fatah. Dalam penelitiannya, Abdul fatah mengkaji makna jihad dalamAl-Qur‘an dari sisi histori. Dalam hal ini, dia melakukan pengelompokkan berdasarkan konsep pembagian al-makki dan al-madani, kemudian melakukan analisa makna berdasarkan klasifikasi tersebut dan menyimpulkan bahwa jihad pada ayat-ayat makkiyyah lebih cenderung masalah dakwah dalam artian melakukan dialog yang baik. Adapun ayat-ayat jihad madaniyyah lebih cenderung pada arti berperang. Namun meskipun demikian, dalam konteks sejarah penggunaan kata jihad tidak hanya digunakan dalam artian perang. Oleh sebab itu jika seseorang hendak mengartikan jihad dengan perang, maka harus diklasifikasikan terlebih dahulu siapa yang akan menjadi objek jihadnya dan dengan cara apa jihad itu akan dijalankan sehingga tidak salah sasaran.
Karya Abdul Fatah ini sangat inspiratif terutama dalam hal klasifikasi ayat-ayatnya, walaupun tidak begitu detail, akan tetapi hal tersebut akan sangat membantu peneliti kedepannya dalam melakukan penelusuran yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, peneliti melihat bahwa
diantara perbedaan karya Abdul Fatah dan penelitian ini terletak pada fokus kajiannya, yang mana penelitan ini lebih mengarah dan fokus pada penafsiran personal mufassir-mufassir Nusantara dalam konteks ke-Indonesia- an.
4. Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 5 No. 1, Januari 2018 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, karya Darmawan yang berjudul ―Membaca Ulang Konsep Jihad Dalam Al-Qur‘an: Usaha Merevitalisasi Islam rahmat‖ Dalam penelitiannya, Darmawan lebih fokus pada makna dan objek jihad di dalam Al-Qur‘an, yang dia menyimpulkan bahwa jihad adalah berjuang tanpa henti dengan mencurahkan segala yang dimiliki baik itu harta, nyawa dan apapun hingga mencapai apa yang diperjuangkan semata-mata mengharap ridha dan rahmat Allah. Dalam penelitnnya Darmawan menemukan bahwa pada umumnya ayat-ayat jihad tidak menyebutkan objeknya secara jelas melainkan pada dua hal yaitu melawan orang kafir dan melawan orang munafik. Namun hal tersebut bukan berarti bahwa jihad hanya terbatas pada makna tersebut saja. Karena secara keseluruhan ayat-ayat jihad yang tidak menyebutkan objeknya jahu lebih banyak jumlahnya. Maka hal ini mengisyaratkan bahwa jihad yang sesungguhnya dapat diterapkan ke dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia dengan tetap berpedoman pada aturan-aturan syariat.
Jurnal ini tentu sangat berharga bagi penelitian ini karena mampu memberikan gambaran umum dari epistemology
26
jihad dalam Al-Qur‘an sehingga dapat membantu pemetaan ayat-ayat jihad secara umum pada penelitian ini.
Namun tentunya jika peneliti melihat lebih jauh, fokus kajian yang telah dicanangkan pada penelitian ini sedikit berbeda dengan dengan apa yang dipaparkan Darmawan dalam jurnalnya. Dalam hal ini, walaupun peneliti juga akan meneliti penafsiran ayat-ayat jihad, akan tetapi fokus kajiannya bertumpu pada tafsir dalam konteks ke- Indonesia-an.
5. Buku yang bejudul ―Tafsir Dekontruksi Jihad dan Syahid‖
karya Asma Afsaruddin dengan judul asli ―Jihad and Martyrdom in Islamic Thought‖ diterjemahkan oleh Muhammad Irsyad Rafsadie, diterbitkan oleh Mizan tahun 2018. Dalam tulisannya Asma melacak berbagai literature Islam dari masa klasik hingga masa modern yang berhubungan dengan jihad dan syahid, mulai dari kitab- kitab tafsir yang berasal dari sunni, syiah, Ibadhi, termasuk kitab-kitab hadits dari berbagai abad. Lewat berbagai pendapat-pendapat para ulama yang tertuang dalam karya-karyanya, Asma menelusuri diskursus jihad dan syahid secara diakronis dan membuktikan bahwa istilah jihad dan syahid di setiap masa banyak mengalami penyempitan makna diakibatkan kuatnya pengaruh politik dan kekuasaan. Dalam hal ini, sebagian ulama yang dikenal dekat dengan elit penguasa dalam membangun penafsirannya terhadap jihad dan syahid, sering terbawa oleh real-politik sehingga seringkali terpaku pada penafsiran jihad yang monolitik yakni hanya berhubungan
dengan peperangan yang ofensif. Adapun sebagian ulama yang tidak memiliki kedekatan dengan elit penguasa lebih banyak condong pada jihad yang sifatnya defensive dan menjadikan sabar bagian dari jihad. Dari segi tema, secara umum buku ini memiliki kesamaan dengan penelitian ini.
Akan tetapi dari fokus bahasan jelas berbeda. Namun meskipun demikian, buku ini banyak membantu penelitian ini terutama dalam memberi gambaran betapa kuatnya pengaruh sosio-politik dalam menggiring seorang mufassir dalam menafsirkan term jihad karena dalam penelitian ini peneliti juga hendak mengungkap factor- faktor yang mempengaruhi mufassir Nusantara dalam membangun pandangannya terhadap konsep jihad.
6. Jurnal Studi islam dan Sosial; Dialogia, Vol. 17 No. 1, Juni 2019, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, karya Dwi Hartini yang berjudul
―Kontekstualisasi Makna Jihad di Era Milenial‖ Dalam penelitiannya Dwi mencoba mengekspresikan konsep jihad secara luas dari berbagai aspek untuk menggambarkan kontektualisasi konsep jihad di era milenial. Dwi menyimpulkan bahwa jihad tidak selamanya identic dengan perang untuk menegakkan agama Allah, akan tetapi jihad juga mencangkup perjuangan menegakkan amar ma‘ruf nahi munkar, jihad melawan hawa nafsu, jihad menyatakan kebenaran, menghapuskan kezhaliman dan penindasan, dan lain-lain, termsuk berjihad dengan menggelorakan semangat perdamaian dan anti terorisme. Dalam konteks kekinian
28
berjihad dalam artian bela Negara yaitu dengan membudayakan musyawarah, dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Kita harus mampu membedakan antara terorisme sampai aksi bom bunuh diri dengan jihad yang sesungguhnya sehingga jihad tidak lagi dimaknai secara terbatas akan tetapi harus lebih ramah, membudaya, dan sesuai dengan konteksnya.
Karya ini sangat membantu peneliti dalam memahami gambaran umum jihad dalam konteks kekinian, mengingat penelitian ini berhubungan dengan problematika penafsiran ayat-ayat jihad di era modern sehingga secara garis besar memiliki arah yang sama. Yang membedakan hanya pada objek kajian saja, yang mana Dwi lebih fokus pada makna jihad itu sendiri secara dzȃtiyyah, dalam hal ini dia meneliti makna jihad dengan mengutip beberapa hadits terkait dan pendapat para ulama yang berhubungan dengan masalah. Adapun objek penelitian ini terbatas dan fokus pada pandangan ulama Nusantara saja.
7. Disertasi karya Ade Jamaruddin yang berjudul ―Jihad Dalam Pandangan M. Quraish Shihab (Study Analisis Tentang Ayat-ayat Jihad dalam tafsir Al-Misbah dan Implementasinya dalm Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara)‖ di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2020 M. Dalam karyanya Ade Jamaruddin menganalisa pemikiran Quraish Shihab terkait ayat-ayat jihad dan menyimpulkan bahwa jihad menurut pandangan beliau adalah cara untuk mencapai tujuan yang dilakukan tanpa pamrih, tidak mengenal putus asa,
menyerah ataupun kelesuan. Dalam hal ini, jihad adalah usaha total karena Allah sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing individu untuk mencapai tujuan tertentu dan tidak berhenti sebelum mencapainya.
Jihad adalah titik tolak dari semua upaya dan puncak segala aktifitas. Kemudian Ade Jamaruddin juga menemukan bahwa Quraish Shihab tetap mengakui bahwa jihad dalam artian perang itu tetap ada akan tetapi hal tersebut adalah bagian kecil dari makna jihad. Tetap berlaku akan tetapi harus berdasarkan aturan dan syarat- syarat tertentu dan tetap mengacu pada asas manfaat dan mudharat.
Secara umum disertasi di atas sangat informative bagi penelitian ini karena memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang akan dibahas termasuk objek penelitiannya yang mana tafsir Al-Misbah akan menjadi salah satu objek kajian pada penelitian ini. Namun tentu tetap akan ada perbedaan di antara keduanya. Hal tersebut bedasarkan pada fokus kajian yang mana pada disertasi di atas kajian berfokus pada analisa pemikiran Quraish Shihab perihal jihad dalam Islam. Adapun penelitian ini selain menganalisa pemikirannya juga akan menarik penafsirannya ke dalam konteks ke-Indonesiaan serta berupaya mengungkap hal-hal yang mendukung pemikiran beliau sehingga terhindar dari pengaruh ideology jihadis.
30
Dari berbagai karya-karya di atas, belum ditemukan penelitian yang secara khusus membedah ayat-ayat jihad dan menariknya ke dalam konteks ke-Indonesiaan serta mengungkap problem-problem dalam penafsiran yang ada dengan menjadikan karya-karya ulama Nusantara di era modern sebagai sumber data primer. Oleh sebab itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“PROBLEMATIKA PENAFSIRAN AYAT-AYAT JIHAD DI ERA MODERN (Analisis Penafsiran Ayat-ayat Jihad Dalam Konteks ke-Indonesiaan Perspektif Mufassir Nusantara)”
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kepustakaan (library research) yang termasuk dalam kategori penelitian kualitatif
26 karena mengandung berbagai karakteristik dan ciri-ciri penelitian kualitatif seperti: (1) Data yang bersumber dari dokumen yang bersifat alamiah, (2) Peneliti adalah instrument kunci, (3) Proses dalam penelitian adalah hal terpenting, (4) Analisi dilakukan secara induktif, (5) Makna merupakan aspek yang esensial.27
26 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menitik beratkan kegiatan penelitian ilmiahnya dengan jalan penguraian (describing) dan pemahaman (understanding) terhadap gejala-gejala social yang diamati, yang mana pemahaman bukan saja dari sudut pandang peneliti (researcher‟s perspective) tetapi yang lebih penting lagi adalah pemahaman terhadap gejala dan fakta yang diamati berdasarkan sudut pandang subjek yang diteliti. Baca Hardani, dkk., Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pusaka Ilmu, 2020), h. 39.
27 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Sosial, Keagamaan dan Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h. 44-45.
Dari segi tema, penelitian ini adalah penelitian yang bersifat tematik-term dan tokoh.28 Dalam hal ini peneliti akan fokus membahas satu term dalam Al-Qur‘an yang sering menjadi problem terutama dalam era modern ini yaitu jihad dengan melakukan kajian dan menelusuri terhadap pemikiran dari tokoh-tokoh tertentu lewat penafsiran-penafsiran mereka sehingga menghasilkan sebuah konsep yang utuh.
2. Sumber Data
Sumber data yang menjadi acuan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu sumber primer dan sumber data sekunder. Adapun sumber data primer pada penelitian ini yaitu kitab-kitab tafsir Nuasantara yang ditulis dan diterbitkan di era modern. Dalam hal ini, era modern yang dimaksud peneliti adalah pada abad ke-20 yaitu masa dimana sejumlah terjemahan Al-Qur‘an khususnya terjemahan juz per juz mulai bermunculan sejak akhir tahun 1920-an yang semakin kondusif pasca terjadinya sumpah pemuda tahun 1928 yang kemudain menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.29
Alasan peneliti membatasi penelitian pada karya-karya tafsir di era modern adalah berdasarkan realita pergerakan jihad yang terjadi khususnya di Indonesia. Pergerakan jihad yang awalnya menjadi ruh penggerak perjuangan melawan penjajah, berubah menjadi pergerakan pemberontakan dan terus berevolusi sampai menjadi sebuah gerakan radikalisme dan terorisme, yang mana semua itu bergerak sangat cepat di era modern.
28 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2019), h. 61-62.
29 Abdul Rouf, Mozaik Tafsir Indonesia, (Depok: Sahifa Publishing, 2020), h. 33-35.
32
Adapun karya-karya tafsir di era modern yang akan menjadi objek utama dalam penelitian ini adalah Al-Furqon karya Ahmad Hassan, tafsir Al-Qur‟an al-Karim karya Mahmud Yunus, al-Azhar karya Buya Hamka, tafsir Al-Qur‟anul Majid karya Tengku Hasbi ash-Shiddieqy, dan Al-Misbah karya Qurais Sihab.
Peneliti memililih tafsir Al-Furqon karya Ahmad Hassan dan tafsir Al-Qur‟an al-Karim karya Mahmud Yunus adalah dilandasi latar belakang keduanya yang hidup dan tumbuh di masa penjajahan.
Selain itu dari segi pergerakan kedua tokoh ini banyak terpengaruh dengan pemikiran para pengusung pergerakan ikhwan al-muslimin yang dalam pandangan banyak kalangan dinilai sebagai pihak yang banyak menginspirasi pergerakan-pergerakan jihad di dunia Islam khususnya di era modern, demikian halnya dalam ideology mereka trindikasi mengikuti beberapa paham wahabi yang sering dipandang sebagai gerakan konservatif. Namun meskipun begitu, tidak ditemukan dalam warisan intelek kedua tokoh ini pemahaman yang menjurus pada gerakan-gerakan jihad seperti yang ada saat sekarang ini. Begitu pula dengan pemilihan tafsir al-Azhar karya Buya Hamka dan tafsir Al-Qur‟anul Majid karya Tengku Hasbi ash-Shiddieqy yang dikenal sebagai tokoh yang banyak meperjuangkan nilai-nilai Islam di Indonesia di masa di mana terjadi gesekan yang cukup keras antara gerakan Islam, Nasionalis, dan Komunis. Sedangkan alasan peneliti juga memasukkan tafsir al-Misbah karya Qurais Sihab sebagai objek penelitian adalah timing penulisan tafsir beliau yang beriringan dengan akhir masa orde baru yang merupakan awal mula berkembangnya gerakan-gerakan terorisme di Indonesia.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitan ini meliputi berbagai macam karya yang relevan dengan tema jihad yang akan dikaji baik itu dari perspektif fiqhi maupun sosio-histori.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan yang ada keterkaitan dengan pembahasan penelitian.
Dalam proses pengumpulan data ini, peneliti akan melakukan dokumentasi serta identifikasi untuk mengumpulkan seluruh ayat- ayat dalam Al-Qur‘an yang berhubungan dengan jihad kemudian melakukan analisis dan strukturisasi berdasarkan pendekatan histori- kronologis. Hal ini dilakukan dengan harapan agar peneliti mendapatkan gambaran utuh dari term jihad dalam Al-Qur‘an.
4. Prosedur Analisis Data
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti akan menerapkan content analisis dengan mengikuti model interaktif dari Miles dan Huberman.30 Berdasarkan hal ini, maka langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisa data adalah sebagai berikut:
a. Membaca seluruh ayat-ayat jihad di dalam Al-Qur‘an dengan mendalam, baik yang menggunakan lafaz jihȃd, qitȃl, maupun harb dengan berbagai bentuk derivasinya.
b. Melakukan klasifikasi ayat berdasarkan histori- kronologis.
30 Analisis data model Miles dan Huberman terdiri dari: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Kesimpulan, dimana prosesnya berlangsung secara sirkuler selama penelitian berlangsung. Lihat Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 147.
34
c. Mereduksi data yang ada untuk memisahkan antara ayat- ayat yang relevan dengan penelitian dan yang kurang relevan. Dalam hal ini peneliti akan memilah dan memilih ayat-ayat disepakati para ulama dalam penafsiran mereka bahwa lafaz jihȃd, qitȃl, maupun harb dengan berbagai bentuk derivasinya pada ayat tersebut bermakna perang.
d. Memisahkan ayat-ayat dengan redaksi perintah/ fi‟il amri dari ayat-ayat yang menggunakan redaksi lain seperti fi‟il mudhȃri‟, fi‟il mȃdhi dan mashdar. Dengan kata lain sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ayat- ayat dengan redaksi peintah. Hal ini karena ayat dengan redaksi perintah memiliki pengaruh psikologis yang lebih kuat dari pada redaksi yang lain dalam mendorong seseorang untuk melakukan pergerakan tertentu khususnya jihad.
e. Melakukan analisis dan deskripsi terhadap sampel-sampel yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mengkaji penafsiran-penasiran yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir Nusantara untuk melakukan sinkronisasi antara pemikiran mereka dengan konteks ke-Indonesiaan, menelusuri dan menemukan factor-faktor yang mempengaruhi pandangan penafsiran mereka, serta mengungkap berbagai problem-problem dalam penafsiran.
f. Setelah melakukan serangkaian analisis, peneliti akan membuat kesimpulan yang akan menjawab permasalah inti dari penelitian ini yaitu: ―Bagaimana penafsiran ulama Nusantara terhadap ayat-ayat Jihad dalam Konteks ke- Indonesiaan dan bagaimana ulama-ulama Nusantara di era
modern dapat menghindari ideology jihadis saat memahami/ menafsirkan ayat-ayat jihad di dalam Al- Qur‘an, serta problem apa saja yang terdapat dalam penafsiran mereka‖.
5. Pendekatan dan Teori
Dalam menyusun penelitian ini, peneliti menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan sosio-historis dan fenomenologi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan dan psikologi mufassir saat menulis karya tafsirnya sehingga peneliti dapat menemukan motif yang mempengaruhi penafsiran setiap mufassir.
Adapun teori yang digunakan untuk menganalisa pemikiran dari penafsiran setiap mufassir adalah teori hermeneutika objektif yaitu memahami teks sebagaimana dipahami pengarangnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keorisinilan pemikiran mufassir. Selain itu, peneliti juga akan menggunakan teori kontekstualisasi double movement yang diusung oleh Fazlur Rahman31 agar dapat mengungkap nilai-nilai universal yang terkandung dalam setiap penafsiran yang dikaji agar dapat diterapkan pada masa sekarang.
31 Teori double movement yang dimaksud adalah ―The process of interpretation proposed here consist of a double movement, from the present situation to Qur‘anic time, then back to the present.‖ Dengan kata lain, pada tahap penerapan di dalam proses penafsiran Al-Qur‘an dengan menggunakan teori ini, seorang penafsir mesti menempuh dua langkah yaitu melakukan pengkajian terlebih dahulu dengan pendekatan historis, kontekstualis dan sosiologis, yang hasil dari semua itu akan digunakan untuk merumuskan nilai-nilai universal yang terkandung dalam teks pada langkah kedua, untuk kemudian dihubungkan dengan kasus actual terkini. Lihat Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas; Tentang Transformasi Intelektual, terj. Ahsin Mohammad, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1985), h. 5, Labib Muttaqin, ―Aplikasi Teori Double MovementFazlur Rahman Terhadap Doktrin Kewarisan Islam Klasik‖ dalam Jurnal al-Manahij, Vol. 7 No. 2 Juli 2013, h. 196.
36
G. Teknik dan Sistematika Penulisan 1. Teknik Penulisan
Pada penelitian ini, peneliti menyusun dan menulis dengan berpedoman pada buku Pedoman dan Penulisan Proposal, Tesis, dan Disertasi yang dikeluarkan oleh program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‘an (IIQ) Jakarta tahun 2017.
2. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini, peneliti telah membagi penelitian ini menjadi lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan, tiga bab berisi penjelasan, dan satu bab berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Berikut ini adalah rincian sistematika penulisan:
Bab pertama, berisikan latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi tentang diskursus jihad. Bab ini akan mengupas seputar epistemology jihad, penggunaan kata jihad dalam Al-Qur‘an atau ayat-ayat yang mengandung makna jihad, klasifikasi jihad, serta berbagai khilaf ulama dalam menyikapi persoalan jihad.
Pembahasan mengenai diskursus jihad ini sengaja diletakkan di bab kedua agar dapat memberikan gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang hakikat jihad serta bebagai makna yang terkandung di dalamnya.