• Tidak ada hasil yang ditemukan

ماَي

E. Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka ini, disini peneliti mengajukan beberapa tinjauan pustaka yang bertautan dengan penelitian, dimana kesemuanya itu yang akan melandasi pelaksanaan penelitian, di antaranya adalah:

1. Disetasi Yan Hendra, 2017 NIM: 94311040264, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Keluarga, Guru Pendidikan Agama Islam dan Teman Sebaya terhadap Etika Komunikasi Islam Siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kota Medan”, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanotori yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antar variabel melalui pengujian hiposesis. Dalam disertasi Yan Hendra menjelaskan bahwa pentingnya mempunyai etika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam bagi anak/siswa dalam kehidupannya sehari- hari. Etika komunikasi Islam anak terbentuk melalui proses belajar yang dialaminya dalam keluarga, sekolah dan teman sebaya. Bedasarkan hasil angket, penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi keluarga, guru agama Islam dan teman sebaya secara sendiri-sendiri maunpun secara bersamaan mempengaruhi etika komunikasi Islam siswa. Di antara ketiga faktor tersebut, komunikasi keluarga memiliki kontribusi yang lebih besar (0,398%). Komunikasi keluarga sangat berpengaruh positif terhadap etika komunikasi Islam siswa. Semakin baik proses komunikai keluarga kepada anak/siswa, maka akan semakin baik pula etika komunikasi Islami anak/siswa. Komunikasi guru pendidikan agama Islam (0,302%), proses komunikasi yang dilakukan guru pendidikan adama Islam berpengaruh positif terhadap etika komunikasi siswa, dan proses komunikasi teman sebaya/seusia juga berpengaruh positif terhadap etika komunikasi Islam siswa yakni terlihat dari kontribusi

19

sebesar (0,218%) dalam mempengaruhi etika komunikasi Islam siswa.

Pengaruh ketiga variabel bebas secara bersama-sama terhadap etika berkomunikasi Islam siswa ialah sebesar (50,9%), sisanya sebesar (49,1%) dipengaruhi oleh faktor lain.20

Adapun persamaan dari penelitian ini dengan yang akan penulis teliti ialah sama-sama melihat tentang komunikasi Islam yang berisi qaulan karima, qaulan sadida, qaulan ma’rufa, qaulan baligha dan qaulan layyina. Perbedaan anatara keduanya ialah penelitian ini berfokus pada pengaruh komunikasi Islam siswa SMP, sedangkan yang akan penulis teliti ialah penerapan pendidikan komunikasi Islami di pesantren dalam membentuk kesantunan berbahasa para siswa/santri. Penelitian ini memakai metode kuantitatif, sedangkan penulis memakai analisis deskriptif kualitatif.

2. Jurnal Elvita Yenni, Yusriati, Ambar Wulan Sari, 2018, pada jurnalnya yang berjudul “Pola Pengajaran Kesantunan Berbahasa Anak di Lingkungan Keluarga”, menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengajaran kesantunan berbahasa di lingkungan keluarga merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Pengajran kesantunan ini harus dilakukan sejak kecil dan terus menerus dipantau. Bentuk-bentuk kesantunan berbahasa pada anak dapat dilihat dari penggunaan panggilan yang baik ketika berkomunikasi dengan yang muda, sebaya, dan juga dengan yang lebih tua. Bentuk lainnya ialah dengan penggunaan kata tolong ketika meminta bantuan dan mengucapkan kata terimakasih ketika sedah dibantu. Tidak

20 Yan Hendra, Pengaruh Komunikasi Keluarga, Guru Pendidikan Agama Islam dan Teman Sebaya terhadap Etika Komunikasi Islam Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2017. (http://repository.uinsu.ac.id/1851/. diakses pada tanggal 12 April 2021 pukul 09.22 WIB).

20

mengucapkan kata-kata kotor atau tabu serta tidak berteriak dan berbicara keras/kasar. Hal ini diterapkan melalui cara pembiasaan, pengarahan, pengawasan dan keteladanan. Hambatan yang dihadapi orang tua adalah kesulitan melakukan kontrol tutur kata anak ketika mereka berada di luar rumah ataupun berkomunikasi di dunia maya.21 Persamaan antara penelitian ini dengan yang penulis teliti ialah sama- sama ingin meneliti pada kesantunan dalam berkomunikasi pada anak/siswa demi tercapainya akhlak yang mulia, hanya penulis meneliti dalam skala yang lebih luas melingkupi qaulan sadida, qaulan karima, qaulan ma’rufa, qaulan baligha, dan qaulan layyina. Perbedaannya juga terletak pada ranah penelitian. Pada penelitian ini menyangkut pola kesantunan berkomunikasi yang diajarkan lingkungan keluarga kepada anak, sedangkan penulis ingin meneliti tentang penerapan komunikasi Islam yang ada di lingkungan pesantren dalam membentuk kesantunan berbahasa para santri/watinya.

3. Jurnal Diani Febriasari dan Wenny Wijayanti, 2018, pada jurnalnya yang berjudul “Kesantunan Berbahasa dalam proses Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini mengumpulkan berbagai data melalui observasi, teknik rekam, dan juga wawancara yang berisi tentang pematuhan dan pelanggran prinsip kesantunan berbahasa sebagai jalan pembelajaran di Sekolah Dasar, yang di dalamnya terdapat pematuan aforisme atau peraturan kebijaksanaan, aforisme kesederhanaan, aforisme pemufakatan dan aforisme kemipatisan. Fakta-fakta yang ditemukan ialah masih banyak di kalangan siswa yang tidak memakai bahasa yang

21 Elvita Yenni, dkk, Pola Pengajaran Kesantunan Berbahasa Anak di Lingkungan Keluarga, Jurnal Tarbiyah, Vol. 25 No. 1, Januari-Juli 2018 P-ISSN:08542627, E-ISSN- 2597-4270. (http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/view/238/223, diakses pada tanggal 12 April 2021 pukul 10.11 WIB).

21

santun saat pembelajaran baik pada guru maupu teman sebayanya.

Permasahan ini terjadi karena anggapan bahwa sebuah pembelajran akan lebih terasa santai dan mudah untuk diikuti bila mana menggunakan bahasa yang tidak formal.22

Dari jurnal ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis, ialah sama-sama meneliti tentang pendidikan berkomunikasi yang santun pada proses pembelajaran. Perbedaannya adalah peneliti meneliti pada kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, sedangkan penulis meneliti pada penerapan komunikasi secara Islami yang meliputi kesantunan berbahasa pada santri/wati baik tingkat SMP maupun SMA di pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan, Sumatera Utara.

4. Jurnal Maya Sandra Rosita Dewi, 2019, dalam jurnalnya yang berjudul

“Islam dan Etika Bermedia (Kajian Etika Komunikasi Netizen di Media Sosial Instagram dalam Perspektif Islam)”, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini berisi tentang pentingnya etika komunikasi netizen di media sosial instagram. Hal tersebut dikarenakan dapat mengecilkan adanya pengaruh negatif yang ada pada sosial media tersebut seperti berbedanya sudut pandang atau perkataan yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Kosa-kata menjadi acuan penting dalam berkomunikasi khususnya di media sosial, banyak di antara pemilik akun sosial media instagram tidak menggunakan bahasa yang santun dengan mengatasnamakan keakraban sebuah hubungan dalam membalas komentar, padahal seseorang yang di ajak berbicara bukanlah orang yang dikenal baik oleh penggunanya. Hal ini sangat mengkhawatirkan

22 Diani Febriasari dan Wenny Wijayanti, Kesantunan Berbahasa dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jurnal Kredo, Vol. 2 No.1 Oktober 2018 ISSN 2598-3202 (http://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/erticle/view/2557.1479, diakses pada tanggal 12 April 2021 pukul 10.55 WIB)

22

karena masih banyaknya netizen yang melupakan ajaran agama Islam dan budaya ketimuran yang menjunjung tinggi kesopanan dan norma.

Etika berkomunikasi dalam media sosial terkhusus Instagram sangat dibutuhkan, baik dari segi upload foto atau mengunggah gambar, menuliskan status maupun memberikan komentar kepada orang lain.

Pemilik akun yang bijak sebaiknya harus memeriksa dan mempertimbangkan kembali konten-konten yang layak dan tidak layak untuk di upload ke media masa, dan yang paling penting ialah menjauhkan konten yang menimbulkan konflik seperti berita palsu, pornografi, kekerasan serta isu SARA.23

Dari penelitian tersebut terdapat kesamaan dengan yang penulis teliti ialah sama-sama meninjau tentang etika komunikasi perspektif Islam.

Sedangkan perbedaannya ialah pada penelitian ini menunjau pada etika komunikasi netizen di sosial media Instagram, dan dalam penelitian yang akan penulis teliti mengenai komunikasi Islam yang diajarkan pesantren pada para santri/wati demi terbentuknya kesantunan berbahasa.

5. Tesis Supriadi, 2020, “Penguatan Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Palembang”, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Islam Raden Fatah Palembang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dimana adanya penguatan pada nilai kejujuran siswa-siswinya yakni lewat mata pelajaran PAI, yang melahirkan kejujuran dalam berkata serta tidak berbohong, bergaul dengan benar yakni seorang siswa harus selektif dalam berteman sehingga tidak salah dalam memilih, siswa senantiasa berbuat sesuatu

23 Maya Sandra Rosita Dewi, Islam dan Etika Bermedia (Kajian Etika Komunikasi Netizen di Media Sosial Instagram dalam Persfektif Islam), Jurnal Vol. 3, No 1 Januari 2019, P-ISSN:2550-0171, (http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/rsfu/article/view/2574, diakses pada tanggal 12 April 2021 pukul 11.32 WIB).

23

dengan rasa ikhlak atau tidak terpaksa, siswa senantiasa menepati janjinya, dan yang terakhir adalah kejujuran dalam perkataan yakni harus sesuai dengan kenyataan yang ada bukan mengada-ngada. Faktor pendukungnya ialah dibentuknya kegiatan rohis, membaca Al-Qur`an secara rutin, adanya upacara bendera secara rutin, kemudian dipengaruhi juga dengan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, pertemananya dengan teman sebaya, contoh yang baik dari seorang guru serta sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah. Faktor yang menghambat ialah karena takut dimarahi oleh guru, orangtua dan teman, serta takut akan ancaman hukuman sekolah bagi siswa yang membuat kesalahan. 24 Adapun perserupaan dari penelitian ini ialah serupa membahas tentang penerapan komunikasi Islam yang di dalamnya mencakup kejujuran dalam berbicara. Perbedaannya adalah peneliti menitikberatkan pada kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, sedangkan penulis ingin meneliti penerapan di pesantren terkait komunikasi Islami mencakup perkataan yang mulia (qaulan karima), jujur dalam perkataan (qaulan sadida), kelembutan berbicara (qaulan layyina), kefasihan berbicara sehingga pesannya tersampaikan pada yang diajak berbicara (qaulan baligha) dan perkataan yang baik (qaulan ma’rufa) dalam membentuk akhlak kesantunan berbahasa pada santri/wati di pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan, Sumatera Utara.

Berlandaskan pada beberapa kajian pustaka yang telah terlampir di atas, terdapat sebuah perbedaan dengan penelitian terdahulu, yakni terletak pada subjek penelitian, obyek penelitian, lokasinya, waktu dilaksanakannya,

24 Supriadi, Penguatan Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejujuran Negeri (SMKN) 1 Palembang, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Islam Raden Fatah Palembang, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2020. (http://repository.radenfatah.ac.id/6200/ diakses pada tanggal 14 April 2021 pukul 11.10 WIB)

24

jenis yang diambil untuk penelitian serta teknik yang dipakai untuk menganalisis. Hingga pada akhirnya penulisan ini layak untuk dijadikan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Komunikasi Islam dalam Membentuk Kesantunan Berbahasa di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan, Sumatera Utara.

Dokumen terkait