Sebagaimana diketahui bahwasannya telah banyak literatur-literatur yang berhubungan dengan tema ini, maka dalam rangka membatasi pada variabel inti, penulis akan membaginya dalam tiga kategori, yaitu literatur yang berkaitan dengan kajian tafsir hukum, metode istinbath hukum, dan literatur yang mengkaji atau berkaitan dengan Muh}ammad ‘Ali> ash- Sha>bu>ni> dan Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an.
Untuk literatur kategori pertama ditemukan beberapa karya yang paling mutakhir di antaranya: Pertama, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusry Affandy bin Isa yang berjudul Metodologi Pentafsiran Aliran Fiqh: Kajian terhadap Ayat-Ayat Hukum Ibadat dalam Tafsir al-Azhar pada tahun 2017. Kajian kualitatif ini mengkaji metodologi penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat hukum ibadat yang terkandung dalam Tafsir al-Azhar. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa terdapat lima belas metodologi pentafsiran Hamka terhadap pentafsiran ayat-ayat hukum ibadat yang terkandung di dalam Tafsir al-Azhar. Metodologi tersebut ialah menggunakan dalil al-Quran, menggunakan dalil al-Sunnah, menggunakan
16
Asbab al-Nuzul, mengemukakan pendapat ulama, mengemukakan pendapat Sarjana Barat, menerapkan ilmu Sirah, menerapkan ilmu-ilmu Fiqh, menerapkan Qawa‘id Fiqhiyyah, menggunakan Bahasa Arab, menggunakan Bahasa Inggris, menggunakan bahasa tempatan, mengemukakan ijtihad peribadi, mengemukakan ilmu akademik, mengemukakan pengalaman peribadi dan mengemukakan kisah masyarakat dan kisah tauladan. Selain itu, metodologi Hamka sejalan dengan kaidah pentafsiran aliran fikih meskipun terdapat beberapa aspek kekurangan. Meskipun demikian, metodologi pentafsiran Hamka boleh disimpulkan sebagai metodologi yang mengutamakan prinsip penafsiran yang berasaskan ilmu Islam dan bersifat akademis dan pengalaman peribadi meskipun penafsiran terakait dengan hukum ibadat.24 Terlihat bahwa objek kajian dalam penelitian ini berbeda dengan yang peneliti kaji. Dalam penelitian Muhammad Yusry Affandy bin Md Isa objek yang dikaji adalah Tafsir al-Azhar, sedangkan objek kajian penulis adalah Tafsir Rawa’i al-Bayan.
Kedua, sebuah penelitian yang berujudul Tafsir Ayat Ahkâm Gender:
Kajian tentang Bagian Hak Waris dan Kepemimpinan Perempuan karya Neni Nuraeni pada tahun 2014. Tulisan ini mencoba untuk membahas hal yang berkaitan dengan waris dan kepemimpinan dari perspektif ayat-ayat hukum. Sebagai kesimpulan, didapati hasil bahwa Islam menetapkan bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama berhak mewarisi harta peninggalan kedua orang tua dan karib kerabat mereka masing-masing. Jika laki-laki memperoleh dua kali lipat bagian perempuan, hendaknya difahami bahwa laki-laki memiliki tanggung jawab memberi mas kawin dan nafkah, sementara perempuan tidak. Sedangkan mengenai kepemimpinan perempuan
24 Muhammad Yusry Affandy bin Md Isa yang, “Metodologi Pentafsiran Aliran Fiqh: Kajian terhadap Ayat-Ayat Hukum Ibadat dalam Tafsir al-Azhar”, dalam Tesis yang diserahkan untuk memenuhi keperluan bagi Ijazah Doktor Falsafah di Universiti Sains Malaysia tahun 2017.
17
dalam politik, khususnya sebagai kepala Negara, terdapat dua pendapat. Ada ulama yang melarang secara tegas dengan mencantumkan laki-laki sebagai salah satu syaratnya. Tapi, ada pula ulama yang membolehkannya. Pendapat yang melarang melandasi pandangannya di antaranya dengan menggunakan qiyas aulawy bahwa jika dalam urusan rumah tangga saja laki-laki yang harus memimpin, apalagi dalam urusan yang lebih besar seperti Negara.
Sementara pendapat yang membolehkan mendasari pandangannya dengan membedakan antara pemimpin Negara atau presiden dengan khalifah.
Presiden hanyalah pemimpin pemerintahan dan bukan pemimpin spiritual.
Selain itu, presiden hanyalah pemegang kekuasaan eksekutif dalam system trias politika. Ini menunjukkan presiden bukanlah wilayah kepemimpinan umum (al-wi-lâyah al-‘ammah).25 Penelitian ini membahas tentang tafsir hukum, namun objek kajiannya bukanlah Tafsir Rawa’i al-Bayan sebagaimana penulis kaji. Otomatis penelitian ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan.
Sedangkan untuk literatur kedua relatif banyak, di antaranya:
Pertama, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati pada tahun 2014 yang berjudul Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy). Dalam penelitiannya Rahmawati mencoba menelaah bagaimana kondisi sosial budaya dan kehidupan keagamaan yang melatarbelakangi pemikiran hukum TM. Hasbi Ash-Siddieqy dan metode pemikiran hukum atau metode istinbât hukum Islam yang digagas oleh TM.Hasbi Ash-Siddieqy. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa metode istinbat hukum yang digunakan TM. Hasbi Ash Shiddieqy dalam menetapkan hukum adalah metode bayani, komparasi dan bi al-ra’yi. Hal ini diketahui ketika mengkaji pemikiran hukumnya terhadap beberapa hal,
25 Neni Nuraeni, ”Tafsir Ayat Ahkâm Gender: Kajian tentang Bagian Hak Waris dan Kepemimpinan Perempuan”, dalam Jurnal Asy-Syari‘ah Vol. 16 No. 1, April 2014.
18
diantaranya pernikahan beda agama, shalat Jum’at dan Bank Air Susu Ibu (ASI). Metode istinbat yang dilakukan Hasbi pada dasarnya merupakan modifikasi dari metode-metode istinbat yang pernah ada dengan memberikan tekanan pada hal-hal tertentu meskipun dalam mejawab permasalahan hukum tetap tidak meninggalkan pendapat-pendapat ulama terdahulu. TM. Hasbi Ash Shiddieqy dalam menentukan hukum terhadap suatu peristiwa yang muncul di masyarakat berpijak pada sumber hukum (dalil aqli dan naqli) yang sekaligus dijadikan sebagai metode dalam mengistinbatkan hukum Islam. Jika Al-Qur’an tidak menunjukkan aspek hukumnya secara tegas, maka Hasbi menggunakan Hadits sebagai sumber hukum yang kedua.
Demikian pula manakala Al-Qur’an dan Hadits tidak memberi petunjuk secara qat’i, maka Hasbi menggunakan ijma’, qiyas, maslahah mursalah dan urf.26 Karya ini yang penulis pakai untuk menemukan data terkait metode istinbath hukum sekaligus sebagai pembanding terkait metode istinbat hukum dengan karya yang lain. Dan akan menjadi bahan pertimbangan pada tesis ini.
Kedua, sebuah penelitian yang berjudul Metode Istinbath Hukum Muhammad ibn Ismail ash-Shan’ani dalam Kitab Subul as-Salam karya Nurliana tahun 2006. Dalam kajiannya, mencoba mengkaji metode istinbath hukum yang digunakan oleh Muhammad ibn Ismail ash-Shan’ani dalam kitab Subul as-Salam. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa Al-Shan’ani melakukan istinbath dalam kitab Subul as-Salam ini dengan menggunakan Al-Quran, hadis, ijma dan qiyas. Dalam hal ini istinbath yang dilakukannya berdasarkan matan hadis yang ada dalam kitab Bulugh al-Maram, as- Shan’ani beristinbath tanpa dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan
26 Rahmawati, “Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy)”, disertasi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun 2014.
19
kondisi masyarakat pada saat itu.27 Penelitian ini mempunyai pisau analisa yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni terkait dengan metode istinbath hukum. Namun objek yang dikaji berbeda dengan penulis. Objek kajian dalam penelitian ini adalah Kitab Subul as-Salam karya Muhammad ibn Ismail ash-Shan’ani, sedangkan objek kajian penulis adalah Tafsir Rawa’i al-Bayan.
Ketiga, sebuah jurnal yang berjudul Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab dalam Bidang Hukum Islam (Studi terhadap Metode Istinbath Hukum dalam Bukunya “M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang Patut Ketahui) karya Mursalim dan Abu Bakar Madani pada tahun 2013.
Penelitian ini analisis fatwa-fatwa M. Quraish Shihab dalam bukunya “M.
Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui”
dari aspek pendekatan metode istinbat hukum Islam. Dari hasil penelitiannya, ditemukan beberapa kesimpulan bahwa metode-metode istinbat hukum M.
Quraish Shihab dalam jawaban-jawaban yang diuraikan terhadap pertanyaan- pertanyaan yang diajukan kepadanya tidak secara eksplisit dinyatakan di dalam bukunya, bahkan buku-buku karya lainnya. Hal ini, dikarenakan bahwa beliau dari segi spesialisasi kelimuan bukan dari spesialisasi dalam bidang hukum tetapi beliau adalah seorang ahli tafsir. Kemudian salah satu ciri khas yang ada pada pandangan-pandangan M. Quraish Shihab yaitu ketika memberikan argument-argumen hukum hampir tidak pernah menyatakan bahwa ‘menurut pendapat saya’ tetapi selalu memaparkan pandangan-pandangan para ulama sebelumnya, bahkan mengemukakan perbedaan pandangan-pandangan ulama, baik ulama yang membolehkan maupun ulama yang tidak membolehkan (setuju atau tidak setuju). Misalnya pemahaman hadis tentang pelarangan memakai emas dan sutra bagi laki-laki
27 Nurliana, “Metode Istinbath Hukum Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani dalam Kitab Subul al-Salam”, dalam Jurnal Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 5, No. 2, Juli- Desember 2006.
20
meskipun di dalam hadis tersebut jelas lafaznya tentang pelarangan tersebut.
Tetapi beliau mengemukakan perbedaan ulama dalam makna larangan hadis tersebut, yaitu pertama pelarangan secara mutlak (hukum) yang kedua pelarangan bermakna moral. Maka dari sini juga Nampak bahwa Quraish Shihab belum independen dalam menentukan suatu persoalan hukum.28 Sebagaimana penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai pisau analisa yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni terkait dengan metode istinbath hukum. Namun objek yang dikaji berbeda dengan penulis. Objek kajian dalam penelitian ini adalah buku M. Quraish Shihab yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, sedangkan objek kajian penulis adalah Tafsir Rawa’i al- Bayan.
Adapun untuk literatur ketiga terdapat beberapa kajian, di antaranya:
Pertama, sebuah penelitian yang berjudul Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al- Hukum min Al-Qur’an Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> (Suatu Kajian Metodologi) karya Muhammad Patri Arifin pada tahun 2014. Dalam penelitiannya Muhammad Patri Arifin mencoba meneliti metodologi yang digunakan Muhammad ‘Ali al-Sabuni dalam penyusunan tafsirnya. Tujuan dalam penelitiannya adalah untuk mengetahui pendekatan, metode serta corak, sehingga ia layak dibaca oleh semua kalangan baik masyarakat awam maupun pada tingkat akademik. Sebagai kesimpulan, ditemukan sebuah hasil bahwa sumber yang digunakan al-Sabuni dalam menafsirkan tafsirnya yaitu perpaduan antara bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi, akan tetapi model bi al-ma’sur merupakan sumber yang paling dominan. Sedangkan metode yang paling dominan digunakan al-Sabuni dalam menafsirkan tafsirnya yaitu metode
28 Mursalim dan Abu Bakar Madani, “Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab dalam Bidang Hukum Islam (Studi terhadap Metode Istinbath Hukum dalam Bukunya “M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang Patut Ketahui)”, dalam Jurnal FENOMENA, Volume V, No. 2, 2013.
21
analitis atau metode tahlili, hal ini karena sepuluh sistematika yang digunakan al-Sabuni dalam menganalisa ayat-ayat yang ditafsirkan. Dan dilihat dari coraknya, maka kitab tafsir ayat al-hukum al-Sabuni dapat ditemukan penggunaan dua corak, yaitu corak fikih atau hukum dan corak al-Hidai atau corak tafsir yang menekankan petunjuk (hidayah) Al-Qur’an sebagai tujuan puncaknya.29 Tesis Patri Arifin ini mengkaji tentang Kitab Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, sekilas sama dengan objek yang peneliti kaji, namun fokusnya berbeda. Tesis Patri Arifin fokus terhadap metodologi yang digunakan oleh Ash-Shobuni dalam tafsirnya, sedangkan penulis sendiri fokus terhadap instinbath hukum yang digunakan oleh Ash-Shobuni.
Kedua, sebuah jurnal karya Andy Haryono yang berjudul Analisis Metode Tafsir Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Kitab Rawāi Al- Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an pada tahun 2017. Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan metode Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, dan memaparkan temuan dan sumbangan pemikiran Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> yang menjadi salah satu rujukan dalam ilmu tafsir. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa Ash- Shabuni dalam karyanya Rawāi’ul Bayān dapat dimasukkan dalam katagori Mujtahid Tarjih, yakni ulama yang mampu menguatakan (mentarjih) salah satu pendapat dari satu imam mazhab dari pendapat-pendapat mazhab imam lain. Hal itu lantaran ia dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan hukum selalu menyebutkan beberbagai pendapat yang berbeda disertai dengan dalil-dalil dan alasannya. Lalu kemudian, ia mengakhiri pembahasannya dengan tarjih (penguantan pendapat) antara yang lebih sahih ketimbang yang sahih, atau antara yang sahih dan tidak sahih. Di saat yang
29 Muhammad Patri Arifin, “Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min Al-Qur’an Karya Muhammad Ali ash-Shobuni (Suatu Kajian Metodologi) karya Muhammad Patri Arifin”, tesis Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun 2014.
22
sama, karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> ini, juga tidak terikat pada salah satu mazhab tetentu. Misalnya pembahasan mengenai sihir, menurutnya, pendapat jumhur ulama lebih kuat ketimbang pendapat Mu’tazilah. Dalam hal wajib tidaknya qadha puasa sunah yang rusak, ia lebih memilih pendapat Hanafiyah ketimbang Syafi’iyah, sementara mengenai
“Kesucian debu” ia menguatkan pendapat Syafi’iyah ketimbang Hanafiyah.
Tafsir Ash-Shabuni ini dapat dikatagorikan sebagai tafsir muqarin atau tafsir perbandingan, karena di dalam tafsirnya ia mengungkapkan pendapat dari para mufasir sebagai sumber perbandingan, kemudian ia menguatkan pendapat yang paling sahih di antara pendapat-pendapat yang telah ia bandingkan, selanjutnya mengambil kesimpulan (istinbath) hukum.30 Penelitian ini penulis gunakan untuk mengantarkan pada metode dan pemikiran ash-Shobuni dalam tafsirnya Rawai’u al-Bayan.
Ketiga, sebuah penelitian yang berjudul Paradigma Tafsir Hukum Kontemporer: Studi Kitab Rawai’u al-Bayan Karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>
karya Syafril dan Fiddian Khairudin pada tahun 2017. Tulisan ini mengkaji pemikiran seorang mufasir kontemporer, yakni Muh}ammad ‘Ali> ash- Sha>bu>ni> dalam kitab tafsirnya yang berjudul Rawai’u al-Bayan. Secara lebih spesifik, tulisan ini menelisik karakteristik dan paradigma tafsir hukum karya al-Shabuni dan perbedaannya dengan tafsir-tafsir hukum yang muncul pada periode sebelumnya. Sebagai sebuah kesimpulan, ditemukan hasil bahwa secara teologis, produk-produk tafsir hukum yang muncul pada periode klasik berorientasi kepada pembelaan atas aliran fikih tertentu, sementara tafsir Rawai’u al-Bayan lebih mengakomodir pelbagai pandangan yang ada dengan tidak memihak apa lagi membela mazhab tertentu; secara teknis, penyajian tafsir hukum klasik bersifat konvensional, yaitu memenggal
30 Andy Haryono, “Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni dalam Kitab Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an”, dalam Jurnal Wardah, Vol.18, No.1, 2017.
23
ayat satu persatu kemudian menguraikan kandungan ayat tersebut seperti penyajian tafsir pada umumnya. Sedangkan tafsir ash-Sha>bu>ni>
penyajiannya lebih sistematis dan tematis; dari aspek metodologis, model analisis ayat hukum dalam tafsir klasik kebanyakan mengacu kepada teori interpretasi ‘Ulum Al-Qur’an, seperti tafsir ayat Al-Qur’an secara umum, hanya sedikit yang menggunakan teori interpretasi Ushu al-Fiqh, sementara tafsir karya al-Shabuni, kedua teori interpretasi model ‘Ulumu Al-Qur’an dan Ushu al-Fiqh dipadukan secara sinergis dan sistematis dengan memberikan porsi yang sama ketika menganalisis ayat-ayat hukum; dari aspek aksiologis, karya tafsir hukum klasik tidak menyinggung hikmah at-tasyri’ yang menjadi filosofi dan rahasia dibalik penetapan suatu hukum, sebaliknya dalam karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>, hikmah at-tasyri’ mendapat perhatian serius dan dijadikan sebagai penutup dalam setiap pembahasannya. Dengan demikian, al-Shabuni telah membangun suatu paradigma baru dalam tafsir hukum kontemporer untuk merespons dan memecahkan prolematika sosial yang dihadapi umat Islam dewasa ini, khususnya dalam masalah hukum.31 Dalam mengkaji tafsir Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>, penelitian yang dilakukan oleh Syafril dan Fiddian Khairudin lebih fokus pada paradigma yang digunakan ash-Shobuni dalam tafsirnya. Tentu kajian tersebut berbeda dengan kajian yang dilakukan oleh penulis yang fokus terhadap metode istinbat hukum ash- Shobuni.
Dari uraian tinjauan kepustakaan yang sudah penulis jelaskan, kiranya menjadi tampak posisi kajian penulis di antara kajian lain yang sudah pernah dilakukan. Untuk literatur kategori pertama misalnya, kedua penelitian, yakni penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusry Affandy bin Md Isa
31 Syafril dan Fiddian Khairudin, “Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer: Studi Kitab Rawai’u al-Bayan”, dalam Jurnal Syahadah, Vol. V, No. 1, April 2017.
24
dengan judul Metodologi Pentafsiran Aliran Fiqh: Kajian terhadap Ayat- Ayat Hukum Ibadat dalam Tafsir al-Azhar dan penelitian Neni Nuraeni dengan judul Tafsir Ayat Ahkâm Gender: Kajian tentang Bagian Hak Waris dan Kepemimpinan Perempuan memang membahas tentang tafsir hukum, namun obyek yang dikaji berbeda dengan objek yang sedang peneliti kaji saat ini, begitu pula untuk literatur kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dengan judul Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy), Nurliana dengan judul Metode Istinbath Hukum Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani dalam Kitab Subul al- Salam karya Nurliana, dan penelitian Mursalim dan Abu Bakar Madani dengan judul Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab dalam Bidang Hukum Islam (Studi terhadap Metode Istinbath Hukum dalam Bukunya “M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang Patut Ketahui) ketiganya membahas tentang metode istinbath hukum, namun objek yang dikaji berbeda dengan obyek yang sedang penulis kaji saat ini.
Adapun untuk literatur kedua, penelitian Muhammad Patri Arifin yang berjudul Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> (Suatu Kajian Metodologi) karya Muhammad Patri Arifin, Andy Haryono dengan judul Analisis Metode Tafsir Muh}ammad ash-Sha>bu>ni> dalam Kitab Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, Syafril dan Fiddian Khairudin dengan judul Paradigma Tafsir Hukum Kontemporer: Studi Kitab Rawai’u al-Bayan Karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> mempunyai obyek kajian yang sama dengan penulis, yaitu tafsir Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>. Namun, pisau analisa yang dipakai oleh penulis berbeda dengan pisau analisa yang dipakai oleh Muhammad Patri Arifin, Andy Haryono dan Syafril serta Fiddian Khairudin.
Muhammad Patri Arifin meneliti dari segi metodologi, Andy Haryono
25
menganalisa metode dan Syafril dan Fiddian Khairudin mengkaji dari segi paradigma. Sedangkan penulis mengkaji tafsir tersebut dari segi metode istinbath hukum. Maka jelas bahwa pembahasan dan hasil penelitian nantinya pun berbeda.