• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teori

Dalam dokumen IMPLEMENTASI HAK POLITIK DALAM UNDANG (Halaman 32-45)

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

Kata fiqih diambil dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan. Fiqih dalam harfiah diterjemahkan menjadi “pemahaman yang mendalam”. Menurut Amir Syarifuddin, Imam Al-Tirmidzi menyebut bahwa “fiqh tentang sesuatu” adalah mengetahui batin seseorang hingga ke dalamnya. Istilah

fuqaha” muncul 20 kali dalam Al-Qur’an 19 diantaranya digunakan untuk menandakan “kedalam pengetahuan yang dapat diperoleh seseorang”. Fiqh adalah upaya tulus para ulama mujtahidin untuk mempelajari aturan-aturan syara’ agar umat islam dapat menerapkannya, karena fiqh berlandaskan ijtihadiyah maka penafsiran hukum syara’

berfluktuasi dan berkembang seiring dengan evolusi dan perubahan kondisi dan keadaan manusia.

Kata “siyasah” yang berasal dari kata “sasa” mengacu pada pengaturan, pengelolaan, dan penyelenggaraan pemerintahan, politik, dan pembuatan kebijakan. Tujuan siyasah menurut penafsiran gramatikal ini, adalah guna mengurus, mengatur, serta menetapkan peraturan tentang suatu hal politik.

21

Jadi fiqh siyasah merupakan cabang hukum islam yang mengatur mengenai aturan serta urusan kehidupan manusia di Negara untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia.23

2. Penyandang Disabilitas

Penyandang cacat dapat diartikan sebagai orang yang menanggung atau menderita sesuatu menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI).24 Sementara disabilitas mengacu pada suatu kondisi yang merusak atau membatasi kapasitas mental dan fisik seseorang, itu juga mengacu pada ketidakmampuan untuk melakukan tugas sehari-hari. Penyandang disabilitas pun merupakan kelompok yang paling rentan. Kelompok rentan adalah mereka yang seringkali mengalami diskriminasi serta haknya seringkali dilanggar. Demikian tersebut mempunyai alasan, sebab penyandang disabilitas seringkali dirasa pihak yang paling berprasangka buruk, dan masih banyak lagi hak-hak yang belum dapat diwujudkan bagi penyandang disabilitas.25

Menurut John C.Maxwell, penyandang disabilitas merupakan seseorang yang mempunyai kelainan atau yang dapat mengganggu aktifitas.26 Pasal 1 angka 1 UU No.8/2016 menyebutkan bahwa:

“Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik dalam

23 Wahyu Samanhudi, Analisis Hak Asasi Manusia dan Fiqh Siyasah Terhadap Kepemimpinan Transgender, Skripsi Universitas Islam Negeri Raden Intan: Lampung,14

24 Kamus Besar bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Departemen Pendidikan Nasional, Gramedia, Jakarta:2008.

25 Jurnal Hukum, Hak Penyandang Disabilitas: Antara Tanggung Jawab Dan Pelaksanaan Oleh Pemerintah Daerah, Kementerian Hukum Dan HAM Kantor Wilayah NTT, 2020, Hlm.132

26Jurnal Hukum, Konsep Perlindungan Hak Konstitusional Penyandang Disabilitas di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Surakarta,2014, 164

jangka waktu yang lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.”

Artinya dalam penyandang disabilitas yang tertera pada UU itu ialah Manusia atau perorangan yang mempunyai keterbatasan baik secara fisik, intelektual, mental atau sensorik, dan tetap harus dihormati dan diakui atas hak asasi manusia yang dimilikinya.

WHO atau World Health Organization memberikan pengertian bahwa penyandang disabilitas adalah yang merupakan keterbatasan aktivitas, gangguan fisik dengan batas waktu yang lama. Convention On The Right Of Persons With Disabilities menjelaskan bahwa penyandang disabilitas adalah orang yang mempunyai keterbatasan mental, fisik, intelektual, atau sensorik dalam senggan waktu yang lama serta mereka yang menghadapi rintangan yang bisa menjadi penghalang untuk berpartisipasi dengan penuh serta efektif di masyarakat berdasarkan konsep kesetaraan.

a. Jenis Disabilitas

Orang berkebutuhan khusus misalnya, memiliki beragam disabilitas. Jadi setiap penyandang disabilitas memiliki arti tersendiri yang mana semuanya membutuhkan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik.

1) Disabilitas Mental

a) Mental tinggi, seringkali disebut dengan orang berbakat intelektual tinggi;

23

b) Mental rendah, mempunyai kapasitas intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) dibawah rata-rata.

2) Disabilitas fisik27

a) Kelainan tubuh atau tuna daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan tubuh yaitu struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit ataupun penyebab kecelakaan.28

b) Kelainan pendengaran (Tunarungu)

Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam fungsi pendengarannya. Kondisi ini bisa berlangsung hanya sementara atau permanen. Bagi penderita tunarungu tentu saja akan membutuhkan cara komunikasi khusus agar tujuan percakapannya dapat disampaikan dengan baik.29

c) Gangguan Bicara (Tunawicara), adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan berbicara, tunawicara merupakan suatu kelainan baik dalam pengucapan bahasa maupun suara yang biasanya bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan untuk berkomunikasi dalam lingkungan.

27 Nur Kholis Reefan, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, Imperium, Yogyakarta:2013, Hlm:

179

28https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-penyandang- disabilitas/723-penyandang-disabilitas Diakses 20 Oktober 2021 pukul 09:23

29 https://www.aladokter.com/teknik-dasar-komunikasi-dengan-penyandang-tunarungu, Diakses Pada Tanggal 20 Oktober 2021 Pukul 13:50

d) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra)

Tunanetra ialah orang yang mengalami gangguan terhadap penglihatannya.30

3) Disabilitas Sensorik

Maksud dari penyandang disabilitas sensorik ialah mengacu pada gangguan panca indera, termasuk kebutaan, gangguan pendengaran, dan gangguan bicara. Jadi penyandang disabilitas itu berbeda-beda, maka cara penanganan dan kendala yang dialami berbeda sebagaimana yang telah dipaparkan diatas.31

3. Teori Sistem Hukum Menurut Lawrence M. Friedman Friedman Menurut Lawrence M. Friedman, bekerjanya atau berlakunya suatu hukum dapat ditentukan oleh :

a. Struktur hukum (Legal Structure)

Struktur diibaratkan sebagai mesin yang di dalamnya ada institusi-institusi pembuat dan penegakan hukum, seperti DPR, Eksekutif, Legislatif, Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan.

Di Indonesia sendiri, masih menjadi PR besar bagi negara ini untuk memperbaiki struktur hukum yang ada. Banyaknya oknum yang terlibat dalam kasus korupsi sangat menghambat berjalannya hukum di Indonesia. mulai dari jajaran penegak hukum, hingga pemerintah legislatif maupun eksekutif sering terjerat kasus korupsi.

30 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tunanetra Diakses 20 November 2021 pukul 11:21

31 Nieman, sandy dan Jacob, namita, dialih bahasakan oleh hellen keller Indonesia (2012).

Membantu keluarga masyarakat untuk anak-anak yang memiliki gangfguan penglihatan. Then Hilton/perkins international program.

25

Dengan kondisi struktur hukum yang memprihatinkan tersebut, hukum akan sulit ditegakkan dan keadilan akan sulit dicapai.32

b. Substansi Hukum (Legal Substance)

Substansi adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh legislator, yang berupa putusan dan ketetapan, peraturan perundang- undangan, dan juga mencakup aturan yang di luar kitab undang undang.

Adanya keterlibatan masyarakat dalam pembentukan suatu undang-undang akan memberikan dampak terhadap efektivitas pemberlakuan dari undang-undang tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yuliandri, bahwa tidak ada gunanya suatu undang- undang yang tidak dapat dilaksanakan atau ditegakkan, mengingat pengalaman yang terjadi di indonesia menunjukan banyaknya undang- undang yang telah dinyatakan berlaku dan diundangkan tetapi tidak dapat dilaksanakan.

Namun seringkali yang terjadi adalah pembuat undang-undang sangat minim dalam melibatkan partisipasi rakyat seperti halnya dalam pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja, Undang-Undang Minerba, dan masih banyak lagi.

Permasalahan lain yang sering terjadi yaitu adanya hyper regulasi, peraturan yang saling bertentangan (conflicting), 33tumpang tindih (overlapping), multitafsir (multi Interpretation), tidak taat asas

32Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial Prudence):

Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta 2009, 56

33Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial Prudence): Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), 56-57

(inconsistency), tidak efektif, menciptakan beban yang tidak perlu (unnecessary Burden), dan menciptakan ekonomi biaya tinggi (High-Cost Economy).

c. Budaya Hukum (Legal Culture)

Budaya hukum adalah hubungan antara perilaku sosial dan kaitannya dengan hukum. Untuk itu diperlukan upaya untuk membentuk suatu karakter masyarakat yang baik agar dapat melaksanakan prinsip-prinsip maupun nilai-nilai yang terkandung didalam suatu peraturan perundang-undangan (norma hukum).

Terkait dengan hal tersebut, maka pemanfaatan norma-norma lain diluar norma hukum menjadi salah satu alternatif untuk menunjang implementasinya norma hukum dalam bentuk peraturan perundang- undangan. Misalnya, pemanfaatan norma agama dan norma moral dalam melakukan seleksi terhadap para penegak hukum, agar dapat melahirkan aparatur penegak hukum yang melindungi kepentingan rakyat. Namun keadaan saat ini tampaknya budaya hukum di Indonesia masih tergolong belum baik dikarenakan masih banyak masayarkat yang awam terhadap hukum. Meskipun sudah ada asas fictie hukum, namun pencerdasan hukum di masyarakat penting untuk dilakukan.

Banyaknya kasus main hakim sendiri juga harus segera diminimalisir guna mencapai keadilan.34

34 Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial Prudence): Termasuk

Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), 57-58

27

Ketiga unsur yang dikemukakan oleh Friedman tersebut ditentukan oleh suatu negara. Menurut Plato, semakin merosotnya keadaan suatu negara, baik dalam wujud oligarki maupun tirani, maka tidak mungkin adanya partisipasi semua orang dalam keadilan.

Dengan adanya ketiga unsur yang dikemukakan oleh Lawrence Friedman tersebut, maka dapat menjadi pedoman sebuah negara bagaimana seharusnya hukum dijalankan. Dari sisi apa sajakah hukum perlu untuk diperbaiki.

Apabila ketiga unsur tersebut terus mengalami perubahan yang semakin baik, maka hukum dapat bekerja dengan baik pula dan dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu keadilan.

Aristoteles mengemukakan prinsip keadilannya dengan

“Honeste vivere, alterum non laedere, suum cuique tribuere”, yang artinya hidup secara terhormat, tidak mengganggu orang lain, dan memberi kepada tiap bagiannya.

Prinsip keadilan ini merupakan patokan dari apa yang benar, baik, dan tepat dalam hidup, dan karenanya mengikat semua orang.

Sejatinya keadilan harus diwujudkan kepada setiap orang agar masyarakat mampu menjalani hidupnya dengan baik dan tenteram.

Perwujudan keadilan ini menggunakan suatu alat yang bernama hukum.

Sejalan dengan ungkapan Prof. Satjipto Rahardjo, yaitu hukum untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.35

4. Hak Politik

a. Pengertian Hak Politik

Hak politik warga Negara adalah bagian dari rangkaian hak mereka secara keseluruhan didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi yang luas atau menyeluruh, hak politik ialah salah satu komponen hak pilih dalam pemilu.36 Hak untuk memilih adalah aspek urgen dari demokrasi hak tersebut bisa dianggap sebagai perwujudan demokrasi, karena tidak mungkin sebuah Negara demokratis dapat hidup tanpa hak politik. Negara yang menganut demokrasi, seringkali mengakomodir hak-hak politik warga negaranya melalui pemilihan umum, baik itu bersifat langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikian hak politik adalah hak yang dimiliki setiap orang, dan yang diberikan hukum untuk memperoleh, merebut, kekuasaan, kedudukan dan kekayaan untuk keuntungan mereka sendiri.

Penegasan konstitusi terkait hak politik warga Negara, tertuang dalam Undang-undang tentang HAM khusus Pasal 43: (1) menegaskan penegasan hak politik warga negara dalam konstitusi, yang menyatakan bahwa:

“Setiap warga Negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui

35 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. 2012, 45

36 Hak Politik Warga Negara, www.ditjenpp.kemenkumham.go.id Diakses 20 Desember 2021 pukul 08:11

29

pemungutan suara yang terbuka untuk umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.”37 Politik juga merupakan suatu strategi dan upaya untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan memberlakukan undang-undang yang menguntungkan rakyat dan yang dapat menghindari hal-hal yang merugikan rakyat itu sendiri.38 Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam hukum islam, hak politik adalah hak bagi warga Negara islam untuk berpartisipasi dalam mengelola urusan pemerintahan melalui hak-hak tersebut, seperti hak untuk memilih dan dipilih, serta kebebasan untuk berkumpul dan bergabung, hak untuk mengeluarkan argumentasi yang meliputi pemantauan serta kritik terhadap Negara jika pemerintah menyalahgunakan wewenang atau menerapkan kebijakan yang tidak sesuai dengan konstitusi.

5. Hak Asasi Manusia (HAM)

a. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Menurut UU No. 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindunganharkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia menurut Mashood A. Baderin Hak asasi manusia adalah hak-hak manusia, dimana itulah hak-hak semua

37 Jurnal Warta, Implementasi Hak Politik Warga Negara, 2019, Universitas Dharmawangsa, 47

38 Farid Abdul Khalid, Fikih Politik Islam, Sinar Grafika, Jakarta:2015, 178

manusia yang sepenuhnya setara. Kita layak diberi hak-hak tersebut sematta-mata sebab itu manusia. Hak tersebut berasal dari martabat inheren manusia serta sudah didefinisikan sebagai “klaim-klaim”

manusia, untuk diri sendiri atau untuk orang-orang, berdasarkan teori yang berputar dalam perikemanusiaan pada manusia sebagai manusia, anggota umat manusia. Klaim tersebut mempunyai hubungan dengan standar-standar kehidupan, yakni masing-masing orang memiliki hak.39 b. Istilah-Istilah Hak Asasi Manusia (HAM)

Dalam kepustakaan asing ditemukan berbagai istilah berkenaan dengan HAM, Seperti: “natural rights”, “human rights”, dan

“fundamental rechten”, “the rights of man” (Inggris),

“mensenrechten”, “rechten van de mens”, “fundamental rechten (Belanda), “droits de L’homme” (Perancis), “derechos humanos”

(Spanyol), atau “Menschenrechte” (Jerman). Sementara dalam kepustakaan berbahasa Indonesia terdapat istilah “hak asasi manusia” ,

“hak kodrati”, “hak-hak dasar manusia.” Hak asasi manusia pertama kali digunakan secara resmi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ditandatangani di San Fransisco tanggal 25 Juni 1945, khususnya bagian pembukaan Pasal 1(3), Pasal 13 (1-b), Pasal 55 c, Pasal 62 (2), Pasal 68, Pasal 76 c.40

39 Muhammad ashri, Hak Asasi Manusia Filosofi, Teori dan Instrumen Dasar, CV. Social Politic Genius, Makassar: 2018, 14

40 Muhammad Ashri, Hak Asasi Manusia Filosofi, Teori & Instrumen Dasar, 1

31

c. Prinsip-prinsip Dasar HAM 1) Prinsip dasar kebebasan

Kebebasan sebagai penghormatan yang dibuat sang pencipta sebagai martabat manusia sebagai ciptaaannya, dan manusia diberikan kebebasan oleh sang pencipta untuk berkuasa atas semua ciptaan lainnya.

2) Prinsip dasar kemerdekaan

Manusia sudah diberi kebebasan oleh sang pencipta sejak penciptaan. Dengan demikian, manusia seharusnya merdeka, maksudnya tanpa adanya penjajahan, pembelengguan, pemasungan dan bentuk-bentuk lainnya.

3) Prinsip dasar persamaan

Tiap manusia merupakan makhluk yang diciptakan Tuhan;

maka manusia sebagai sesama makhluk Tuhan tidak mempunyai hak membeda-bedakannya. Berlandaskan hal tersebut dirumuskanlah di undang-undang yakni “setiap manusia berkedudukan sama di hadapan dan pemerintahan.”

4) Prinsip dasar keadilan

Prinsip kesamaan dihadapan hukum dan pemerintah ialah ciri utama Negara hukum dan Negara demokrasi. Tujuan utama Negara hukum dan Negara demokrasi ialah penjaminan penegakan keadilan.

Prinsip dasar kebebasan ataupun prinsip dasar kemerdekaan ialah 2 istilah mempunyai definisi yang sama. Manusia mempunyai

kebebasan melakukan sesuatu atau tidak melakukannya. Kendatipun seperti itu, keduanya beda dengan tegas pada penekanannya. Prinsip dasar kebebasan penekanannya ada pada perlindungan (pertahanan) hak asasi diri sendiri. Sedangkan, prinsip dasar kemerdekaan penekanannya pada aspek kebebasan pada tiap orang untuk perlindungan (pertahanan) hak asasi selain dirinya, dengan demikian lebih kearah wajib asasi dari pada hak asasi, yakni setiap manusia seharusnya merdeka, mempunyai kebebasan melakukan hak asasinya.41

41 Muhammad Ashri, Hak Asasi Manusia Filosofi, Teori dan Instrumen Dasar, 15

33

Dalam dokumen IMPLEMENTASI HAK POLITIK DALAM UNDANG (Halaman 32-45)

Dokumen terkait