A. Kajian Teori
a. Stres Kerja
Aktivitas di setiap kelompok organisasi dimana manusia dapat mengalami stres. Stres akan selalu mengikuti seseorang dalam menjalani aktivitas sehari- sehari. Dari prespektif orang biasa, stres merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan atau dapat mengganggunya. Respon seorang individu terhadap stresor tergantung pada kepribadian, sumber-sumber daya yang ada untuk membantu mereka mengatasi, dan konteks dimana stres terjadi. Sementara itu, bahwa dari perspektif orang biasa, stres dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah atau khawatir, semua perasaan merupakan manifestasi dari pengalaman stres, suatu terprogram yang kompleks untuk mempersepsikan ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang postif maupun negatif. Hal tersebut berarti bahwa stres dapat berdampak negatif atau positif terhadap psikologis dan fisiologis.
Setiap orang pasti mengalami stres, baik di luar organisasi maupun di dalam organisasi apapun. Dengan kata lain, setiap orang tidak dapat menghindari stres,
20
untuk itu karyawan maupun pimpinan berkewajiban mengelolanya dengan baik. Ketika seorang karyawan maupun manajer mampu mengelola stresnya dengan baik, maka konsekuensinya adalah fungsional (positif), sebaliknya jika mengabaikan stres yang muncul, konsekuensinya adalah negatif terhadap individu maupun organisasi. Jadi, stres tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga berdampak positif pada seseorang.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hans Selye (Luthan, 2008:247) mengemukakan bahwa stres bukanlan sekedar ketegangan syaraf, stres dapat memiliki konsekuensi yang positif, stres bukanlah sesuatu yang harus dihindari, dan tidak adanya stres sama sekali adalah kematian.
Stres kerja adalah suatu reaksi seseorang sebagai respon penyesuaian terhadap berbagai tuntutan baik yang bersumber dari dalam ataupun dari luar organisasi yang dirasakannya sebagai peluang dan ancaman yang dapat diukur melalui (1) stress reaction dan (2) demands. Pengertian kepuasan kerja yang diungkapkan oleh para ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi sangat beragam namun makna yang terkandung di dalamnya pada dasarnya sama yakni kepuasan kerja berkaitan dengan tingkat saat karyawan memiliki perasaan positif sebagai hasil penilaian dari
21
pekerjaannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja menunjukkan keadaan emosi yang positif atau menyenangkan yang dihasilkan dari kesesuaian antara harapan seseorang akan sesuatu dengan apa yang benar- benar diterima.21
Stres kerja adalah yang menyebabkan seseorang tertekan, bosan, dan merasa kondisi yang tidak nyaman yang dialami seseorang dalam bekerja.22 Stress juga bisa diartikan sebagai ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Jadi untuk dapat mendefinisikan stres kerja secara tepat, haruslah dilihat dari kasus perkasus yang terjadi pada penderitanya. Dengan demikian, penanganan terhadap stres dapat dipilih yang paling sesuai dan tepat berdasarkan keadaan penderitanya.23
Stress kerja harus ditangani dengan baik karena karyawan yang cenderung stress kerja akan merasakan frustasi, emosional dan merasa tidak nyaman dalam bekerja, sehingga dapat memicu adanya kegagalan
21 Ceven, Sayinti, and Dincer, “Konflik, Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pegawai Pada Universitas Khairun Ternate.” Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 741-742
22 Mochamad Alif Romadhon, Aziz Fathoni, and Andi Tri Haryono,
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja Driver Go-Jek Di Tegal,” Journal Of Management 6 (2017): 1.
23 Hendra Gunawan, “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Majalah Mother And Baby),” Bongaya Journal for Research in Management (BJRM) 1, no. 2 (2018): 44.
22
dalam organisasi karena dapat mengganggu satu sama lain dalam mengerjakan tugas.24
Penyebab stres kerja driver ojek online antara lain yaitu beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, iklim kerja yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab dan konflik kerja.25
Menurut Caesary, indikator yang digunakan untuk variabel stres kerja adalah physical environment stressors (stres diakibatkan karena lingkungan fisik), individual stressors (stres diakibatkan karena individu), dan group stressors (stres diakibatkan karena kelompok).26
1. Faktor Lingkungan. Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perubahan struktur organisasi, dan hal tersebut tentunya berpengaruh juga terhadaptingkat stres karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian ekonomi tentu saja menjadi alasan terbesar bagi karyawan dalam memecahkan masalah pekerjaan berhubungan dengan perubahan
24 C. Julvia, “Pengaruh Stres Kerja Dan Konflik Kerja Terhadap Kinerja Karyawan,” Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Ukrida 16, no. 1 (2016):
60.
25 Sujadi, “Pengaruh Kompensasi Finansial Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Mitra Driver Ojek Online Di Bali,” Journal Research Management (JARMA) 02 (2020): 126
26 Nazenin and Palupiningdyah, “Peran Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja Untuk Mengurangi Turnover Intention.”Jurnal Dinamika Manajemen 05 (2014): 221
23
organisasi. Ketidakpastian lingkugan disini terdiri dari tiga tipe, yaitu: ekonomi, politik, dan teknologi.
Selain itu, kemajuan teknologi yang pesat juga menyebabkan orang stress karena harus beradaptasi dengan perubahan struktur dan tatanan pada organisasi tersebut, termasuk adanya inovasi baru yang menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri dengan teknologi yang semakin canggih.
2. Faktor Organisasi/Kelompok. Tidak ada pekerjaan dalam sebuah organisasi yang tidak menyebabkan stres. Tekanan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, work overload, tuntutan dan dikesampingkan oleh atasan, serta teman kerja yang tidak menyenangkan adalah baru sebagian kecil yang dapat mempengaruhi stres pada seseorang.
3. Faktor Individu. Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor yang berhubungan dengan persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan. Faktor persoalan keluarga, dari hasil survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Adanya permasalahan kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan menerapkan
24
disiplin pada anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stress bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja. Selanjutnya, selain persoalan dalam keluarga, masalah ekonomi juga dapat menyebabkan stress seseorang dalam pekerjaannya. Dimana, masalah ekonomi ini diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan mereka. Selain itu, karakteristik kepribadian bawaan juga mempengaruhi stres kerja pada seseorang. Faktor individu yang paling berpengaruh terhadap stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu. Dampak dari stress ketika seorang mengalami stres kerja, diantaranya terdiri dari gejala fisik, psikis dan perilaku. Yang dimaksud gejala fisik adalah bahwa sebagian besar kalangan medis dan kesehatan menjelaskan stres dapat berpengaruh secara langsung terhadap fisik. Stres kerja secara langsung dapat menyebabkan perubahan metabolisme dalam tubuh, meningkatkan tensi jantung, sesak nafas dan tekanan darah, sakit
25
kepala, serta dapat juga menyebabkan serangan jantung.27
b. Kinerja 1. Definisi
Pada suatu perusahaan kinerja seorang karyawan merupakan aset penting yang sangat dibutuhkan dalam mendukung serta membantu mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Maka dari itu setiap perusahaan selalu mengawasi kinerja karyawannya agar terus meningkatkan kinerja mereka dengan lebih baik.
Kinerja karyawan yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan karna dengan begitu akan memajukan suatu perusahaan. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategi suatu organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan pengalaman, dan kesungguhan serta waktu, kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja,
27 Damingun and Trisihnyo Agus, “Mengelola Stres Kerja Dalam Perspektif Islam,” Stiem Samarinda (2013): 1–15.
26
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Kinerja suatu organisasi tergantung pada kerja karyawannya. Namun atasan dapat berperan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan suatu organisasi.
Dalam hal ini, atasan harus mempunyai peran yang penting dalam usahanya untuk memotivasi dan mengelola karyawannya.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu memperlihatkan perilaku kerja yang mengarah pada tercapainya maksud dan tujuan perusahaan, misalnya bagaimana caranya mengelola sumber daya manusia mengarah pada kinerja yang baik, karena sumber daya manusia bisa menjadi pusat persoalan atau masalah bagi pesusahaan ketika potensi mereka tidak dikembangkan secara optimal, sebaliknya sumber daya manusia bisa menjadi pusat keberhasilan bagi perusahaan ketika potensi mereka bisa dikembangkan secara optimal.
Pengelolaan terhadap sumber daya manusia sangat kompleks bila dibandingkan dengan pengelolaan terhadap sumber daya mesin. Sumber daya manusia sifatnya unik, mempunyai perasaan yang tidak tampak dari luar secara jelas dan tidak mudah ditebak. Sumber daya manusia sering disebut dengan karyawan,
27
mengingat keberadaan karyawan dalam perusahaan sangat penting, maka setiap perusahaan berusaha untuk memberdayakan potensi karyawan guna mencapai kinerja yang tinggi, karena kinerja yang dicapai pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan.28
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja berarti kemampuan kerja. Kinerja terjemahan dari
”performance” berarti hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan norma maupun etika.29
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan pengalaman, dan kesungguhan serta waktu, kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, penerimaan atas
28 Stres et al., “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kecerdasan Emosi Sebagai Moderating Variable.”
29 A. A. Sagung Kartika Dewi and I Made Garbadinata Dwipayana,
‘ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI PADA PT KARANG BALI ASLI TUR’, E-Jurnal Manajemen Unud, 5.3 (2016), 1542–71
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/download/16412/13147/>.
28
penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja30
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang demi mencapai suatu tujuan. Kinerja yang baik merupakan kinerja yang optimal yang mengikuti tata cara atau prosedur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang menjadi pusat perhatian pada setiap perusahaan yang ada yaitu faktor stres kerja, pengaruh negatif antara stres kerja dengan kinerja karyawan, bahwa semakin tinggi tingkat stres maka semakin menurun kinerja karyawan tersebut.31
Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan) dengan standar yang telah ditentukan.32
30 Jufrizen and Fadilla Puspita Hadi, “Pengaruh Fasilitas Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Kerja,” Jurnal Sains Manajemen 7, no. 1 (2021): 35–54.
31 Cokorda Dewi and I Wibawa, “Pengaruh Stres Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank Bpd Bali Cabang Ubud,”
None 5, no. 12 (2016): 248742.
32 Yuyun Tri Lestari Siti Krisnawati, “Stres Kerja Dan Konflik Kerja Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan,” Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT 3, no. Special Issue Manajemen Strategi Bisnis (2018): 287.
29
Menurut Hariandjha kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya didalam organisasi. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga sebagian usaha harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya.
Menurut Susilo prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.33
Menurut Mangkunegara, istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi yang dicapai dengan sesungguhnya). Sehingga kinerja karyawan adalah hasil dari pencapaian kerja seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang telah diberikan.34
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu hasil penilaian atas pencapaian atau prestasi seseorang terhadap tugas- tugas atau pekerjaan yang diberikan perusahaan serta bagaimana perilaku seorang pekerja dalam mengerjakan
33 Ibid.
34 Sufyati H.S and Muhamad Ujang Hudromi, ‘ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, STRES KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PILOT DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PT.
WINGS ABADI AIRLINES’, Jurnal Ilmiah Dan Akuntansi Keuangan, 4.1 (2021), 222–35 <http://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue/article/download/831/436>.
30
tugas-tugas tersebut sehingga perusahaan dapat menilai apakah kinerja seorang tersebut baik atau tidak baik.
Kinerja karyawan sangat berdampak pada keuntungan perusahaan. Karyawan yang kinerjanya baik selalu akan dipertahankan. Menurut Mangkunegara mengemukakan bahwa: ”Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. perusahaan selalu menginginkan keuntungan, penghematan, dan efisiensi untuk mempertahankan perusahaanya, tetapi dalam pencapaian tersebut perusahaan harus bisa mengoptimalkan kinerja karyawan. Menurut Gaol mendefinisikan bahwa : “Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan sebagainya.” Kinerja karyawan yang baik selalu memberikan kontribusi yang positif. Pada umumnya kinerja karyawan dapat dinilai dari peningkatan rating atau laporan keuangan dari perusahaan. Jika perusahaan mengalami profit terus
31
menerus, maka kinerja karyawan dinilai memberikan kontribusi positif.
Menurut Mangkunegara untuk memahami instrumen kinerja maka perlu mengetahui indikator dari kinerja yang meliputi:35
1. Kualitas kerja (Quality Of Work) Kualitas kerja diukur dari ketelitian, kerapihan, dan ketepatan dalam bekerja atau standar mutu yang ditetapkan.
2. Kuantitas kerja (Quantity Of Work) Kuantitas kerja berkaitan dengan jumlah volume kerja yang dapat diselesaikan atau dihasilkan karyawan dalam keadaan normal.
3. Dapat tidaknya diandalkan Merupakan cerminan bagaimana seseorang mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tingkat ketelitian dan kemauan keras untuk bersungguh– sungguh.
4. Sikap koorporatif Sikap kerja tersebut meliputi bagaimana ia menghadapi dan menyikapi tugas yang telah diberikan, tingkat kerjasama dengan karyawan lain, sikap terhadap atasan maupun memperlakukan orang lain diluar perusahaan.
35Ibid., hal.228
32
Adapun menurut Sedarmayanti, Indikator Kinerja adalah36
1. Kualitas Kerja (Quality of work)
Adanya hasil kerja yang sempurna.
Adanya standar pekerjaan.
Jumlah hasil pekerjaan 2. Ketetapan Waktu (Pomptnees)
Adanya target waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Dapat memanfaatkan waktu secara optimal.
Pegawai bekerja secara full time.
3. Inisiatif (Initiative)
diberikan kebebasan menyelesaikan pekerjaan dengan metode sendiri.
mampu bekerja sendiri maupun kelompok.
mampu menghasilkan ideide kreatif dalam pekerjaan.
4. Kemampuan (Capability)
memiliki kemampuan menafsirkan perintah.
Kemampuan pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya.
36 Daniyaturrizkiyah, Dini.” Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ciamis”
33
memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah pekerjaan.
5. Komunikasi (Communication).
Menjalin komunikasi yang baik dengan pimpinan di tempat kerja.
Terciptanya hubungan komunikasi yang baik antar sesama karyawan di tempat kerja.
dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar lingkungan tempat kerja.
Adapun menurut Bernandin & Russell bahwa ukuran-ukuran dari kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan.
2. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job Knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
4. Creativeneness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
34
5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama anggota organisasi.
6. Dependability, kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas- tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya.
8. Personal Qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi.
Menurut Steers (Riani, 2011: 100), faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
1. Kemampuan, kepribadian dan minat kerja.
Kejelasan dan penerimaan atau penjelasan peran seorang pekerja yang merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang atas tugas yang diberikan kepadanya.
2. Tingkat motivasi pekerja yaitu daya energi yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku.
2. Penilaian Kinerja
Kinerja (perfomance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah
35
pekerjaan karyawan . Penilaian kinerja adalah proses dimana organisasi mengawasi pelaksanaan kerja individu. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode tertentu.
Umpan balik penilaian kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi.37
Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai alat diagnostic dan proses penilai terhadap pengembangan individu, tim dan organisasi. Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga kedua tujuan tersebut bertemu.
Kinerja juga dapat merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas yang diselesaikan oleh seorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur. Kinerja dapat diukur dari segi efisiensi, efektifitas, serta kesehatan organisasi. Efisiensi mencakup : administrasi; penganggaran; waktu penyelesaian; tenaga pelaksana program; sarana, alat dan bahan. Sedangkan efektifitas mencakup : lebih sempurna dalam mencapai tujuan, lebih tepat dalam mencapai
37 Mutholib, ‘Pengaruh Pelatihan Kerja Dan Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja’, Liabilities Jurnal Pendidikan Akuntansi, 2.3 (2019), 222–36
<https://doi.org/10.30596/liabilities.v2i3.3993>.
36
tujuan, lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan, lebih meningkatkan kemampuan belajar organisasi.38 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Simamora menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: (1) Faktor individual meliputi: kemampuan (ability) dan keahlian, latar belakang dan demografi, (2) Faktor psikologis meliputi: persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi. (3)Faktor perusahaan meliputi sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.39
Menurut Mahmudi, terdapat lima faktor yang yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:40
1) Faktor personal/individual, meliputi:
pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, komunikasi, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan
38 SUPRIHATI, ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Perusahaan Sari Jati Di Sragen’, Jurnal Paradigma, 12.01 (2014), 93–112
<https://media.neliti.com/media/publications/115677-ID-analisis-faktor-faktor-yang- mempengaruhi.pdf>.
39 A. A. Sagung Kartika Dewi and I Made Garbadinata Dwipayana,
‘ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI PADA PT KARANG BALI ASLI TUR’, E-Jurnal Manajemen Unud, 5.3 (2016), 1542–71
40 Ibid., hal.1555
37
dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, sistem kompensasi, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi:
tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
c. Pemenuhan Kebutuhan
Menurut A.H. Maslow yang mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dimasukkan kedalam 5 (lima) kategori yang disusun menurut prioritas antara lain, pertama psychological needs yaitu kebutuhan yang meliputi sandang, pangan, papan. Kedua safety needs yaitu kebutuhan yang meliputi kebutuhan akan keamanan jiwa. Ketiga social needs kebutuhan yang meliputi kebutuhan akan perasaan diterima maupun dihormati oleh orang lain. Keempat esteem needs yaitu kebutuhan akan sebuah penghargaan (rewards). Kelima
38
adalah self actualization needs yaitu kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan diri.41
Kinerja karyawan akan meningkat apabila motivasi kerja yang diberikan perusahaan meningkat. Hasil ini memberikan implikasi bahwa setiap perusahaan harus benar – benar memperhatikan faktor pemberian motivasi kerja karyawannya dengan baik, untuk itu perusahaan harus memperhatikan apa yang diharapkan para karyawan dan apa yang sudah diterima atau diperoleh karyawan dari berbagai aspek yang ada pada pekerjaannya seperti hasil yang diperoleh dari pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan, kondisi lingkungan tempat kerja yang nyaman, jaminan kesehatan terpenuhi dengan baik, rekan kerja yang yang kondusif serta pemberian penghargaan dan pujian terhadap hasil kerja. Semakin terpenuhinya kebutuhan yang diharapkan seseorang maka akan diikuti pula dengan meningkatnya kinerja seseorang. Terpenuhinya akan aspek – aspek yang dibutuhkan karyawan tentu diharapkan dapat diikuti oleh meningkatnya kinerjanya karena setiap karyawan yang termotivasi tentu akan
41 Sastya Dwi Ryantama, “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dimediasi Motivasi Kerja Pada Divisi Operasional Pt. Angkasa Pura I (Persero), Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya” (N.D.) hal 11.
39
lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.42
B. Kerangka Teori
Dalam hal ini Stres Kerja dapat mempengaruhi kinerja.
Stres Kerja merupakan variabel independent (X), sedangkan kinerja merupakan variabel dependent (Y). Kerangka teoritis ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa variabel stres kerja secara langsung dapat mempengaruhi kinerja.
42 Ibid.hal 12
Stres Kerja 1. Faktor Individu 2. Faktor
Perusahaan 3. Faktor
Lingkungan
Kinerja 1. Kualitas 2. Kuantitas
3. Ketepatan Waktu 4. Efektifitas 5. Kemampuan 6. Inisiatif