• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kalus

Dalam dokumen Tafsir Al-Azhar 6 ~Buya Hamka (Halaman 194-200)

SURAT

Ayat 7 Ayat 7 hingga 770

G) U.-- lil.J Jl

7. Kalus

Dan ada pula yang menambahkan satu nama lagi, yaitu Maxalamina. Dan rrama anjingnya Hamran.

Ibnu

Katsir berkata: "Nama-nama

ini

dan nama anjingnya tidaklah dijamin shahih atau tidak!Sebab semuanya itu diterima dari ahlul-kitab saja." Dari keterangan Rasulullah s.a.w. sendiri tak ada.

Biasa dukun-dukun menuliskan nama-nama itu pada kain putih diletakkan di tempat yang tersembunyi untuk menjaga rumah, sehingga maling takut me- masuki pekarangan rumah itu. Entah ia, entah tidak!

Teranglah di sini bahwa yang penting kita tilik dari ceritera ini bukanlah bilangan orang, bertiga, atau berlima atau bertujuh, disertai anjingnya. yang penting kita ingati

di

sini ialah keteguhan iman, persamaan k"yukinan,

p"rl

saudaraan yang padu karena sama pendirian. Kalau benar bahwa mereka itu adalah anak raja-raja, anak orang besar, dapatlah kita mengambil i.tibar bagai_

mana kokohnya keyakinan mereka, sehingga

mau

mereka meninggalkan hidup mewah, karena tempat yang aman memelihara iman yang telah tumbuh dalam jiwa.

Kemudian

itu

sambil lalu Allah memberi peringatan kepada RasulNya:

"Dan sekali-kali janganlah engkau berkata tentang sesuotu hal, bahwa

iku

akan berbuat sedemikian besok." (ayat 23). Arhnya jika engkau menghadapi suatu urusan atau mengikat suatu janji, janganlah engkau memberikan kaia pasti, bahwa urusan atau janji itu akan engkau penuhi beresok. Karena apa yang akan kejadian beresok itu, bukanlah di dalam tanganmu. Di atas sesuatu yang engkau rencanakan ada lagi rencana yang lebih besar dan lebih kuat kuasa, yaitu rencana Allah.

"Kecuoli

bahwa

dikehendaki

oleh

Allah.,, (pangkal

ayal

24), sebagai sambungan dari ayat 23. Yaitu alaslah segala janjimu itu dengan Insya Allah.

Jangan engkau pastikan saja. Karena engkau tidaklah mempuiyai daya-upaya buat menolak sesuatu yang telah ditentukan Tuhan terlebih aanutu.

Surat Al-Kahfi (Ayat 24-26) 4179 Menurut keterangan dari ahli-ahli tafsir, sebagai yang telah kita uraikan pada permulaan sebab turunnya ayat ini, orang Quraisy atau Yahudi meminta keterangan kepada beliau apakah yang dikatakan Roh

itu,

dan bagaimana kisahnya penghuni gua dan siapakah yang mengembara ke Barat dan ke Timur itu. Maka Rasulullah berjanji akan menjawabnya beresok, karena mengharap nanti malam Jibril akan datang membawa wahyu. Rupanya Jibril tidak datang- datang sampai 15 hari lamanya. Kekesalan menunggu 15 hari itu dapatlah di- fahami, untuk jadi pengajaran lain kali supaya jangan mengikat janji pasti, tetapi hendaklah beri ikatan dengan kalimat lnsga Allah. Sebab kekuasaan ter- tinggi adalah di tangan Allah. 'Don ingatlah (kembali) Tuhanmu iika engkau lupa."

Dengan peringatan yang sedikit ini, Allah menyuruh RasulNya mengingat- nya kembali apabila dia lupa, dapatlah memaklumi kelemahan kita sebagai manusia. Seumpama

kita

dalam sembahyang diwajibkan khusyu'. Namun kadang-kadang kita dalam sembahyang itu lupa juga kepada Tuhan dan ter- ingat juga t<epida yang lain. Lalu kita dlsuruh kembali kepada haluan yang kita tuju. 'Don katakanlah: "Mudah-mudahan kiranya memberi petunjuk Tuhanku kepadaku, kepada sesuatu yang lebih dekat

dari

ini kebenarannya." (ujung avat 24).

Kerapkali memang

kita

terlupa

dan

terlalai.

Lupa

bukanlah

hal

yang disengaja. Apabila biduk kita belayar mengharungi danau atau sungai yang luas, kita sudah memastikan tujuan yang kita.tempuh. Tetapi di tengah jalan kita akan bertemu dengan halangan yang sudah pasti akan membelokkan haluan biduk kita daripada yang dituju; adakalanya karena biduk melawan angin, adakalanya karena arus terlalu deras. Tetapi selalu kita berpirau, selalu kita berusaha memegang kemudi dengan teguh untuk membawa haluan biduk

itu

kepada yang

dituju.

Demikianlah misalnyd

kita

menempuh

hidup

ini menuju tujuan yang ditentukan Allah. Lantaran itulah maka selalu kita hendak- nya memohonkan kekuatan yang langsung diberikan oleh Tuhan sendiri, di- berinya kita petunjuk, sehingga kita sampai kepada sesuatu garis yang ditentu- kan Tuhan, yang lebih dekat kepada kebenaran.

Dengan ayat

ini

dan beberapa ayat yang lain kita mendapat pelajaran bahwa kekhilafan atau kealpaan yang tidak disengaja terjadi juga pada diri Nabi-nabi

dan

Rasul-rasul. Sebab

itu

maka Ulama-ulama

ahli

sunnah se- pendapat bahwa kealpaan yang berkecil itu tiada mustahil bagi seorang Nabi.

Yang mustahil ialah jika seorang Nabi atau Rasul berbuat dosa besar! Namun demikian kealpaan yang kecil itu pun ditegur dengan halus oleh Tuhan. Ke- alpaan mengucapkan

/nsyo Allah

saja

buat

peneguh

janji

sudah ditegur.

Namun bagi Rasul-rasul dan Nabi kealpaan kecil itu amat besar artinya.

Demikianlah tersebut dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim yang dirawikan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi kita s.a.w. ber- ceritera, "bahwa pada suatu malam Nabi Sulaiman bin Daud berazam hendak menyetubuhi isterinya yang 70 (ada riwayat mengatakan 90 dan ada yang me- ngatakan 100 orang), dengan rencana satu isteri melahirkan seorang anak laki-

4180 Tafsir Al-Azhar (Juzu' 75)

laki dan setelah anak itu dewasa kelak dia akan menjadi pdrajurit yang berjuang pada Sabilillah. Maka lupalah beliau mengucapkan kalimat Insya Allah! Maka disetubuhinyalah isteri-isterinya itu bergiliran. Tetapi yang keiadian adalah di luar rencana beliau. Tidak ada isteri itu yang bunting di masa itu, kecuali se- orang. Dan setelah isteri itu melahirkan anak, ternyata anak itu hanya separuh sifatnya sebagai manusia." (Mungkin bodoh atau pandir). Maka bersabdalah Nabi kita s.a.w.: "Demi Tuhan yang aku ini adalah di dalam tangan kekuasaan- Nya, sekiranya Sulaiman

di

waktu merencanakan itu menyebut lnsya AIIah, niscaya akan tercapailah apa yang dia cita-citakan."

"Dan tinggallah mereka itu di dqlam gua mereka tigaratus tahun." (pangkal ayat 251. Yaitu menurut perhitungan tahun Syamsiyah, hisab perhitungan edaran matahari yang berjumlah setahun

365 hari.

"Dan mereka tambah sembilan (lagi)." (ujung ayat 25lr. Artinya 300 tahun menurut hitungan per- jalanan Matahari yang setahun 365 hari, menjadilah ditambah sembilan tahun lagi, menjadi 309 tahun bila dihitung dengan hisab perjalanan bulan yang setahun 354 hari.

Disebut dalam ayat

ini

kedua bilangan

ini,

Syamsiyah (Matahari) dan Qamariyah (bulan), karena pada masa Nabi s.a.w. itu bilangan hisab itu ter- pakai di dalam memperkatakan penghuni Kahfi itu. Orang-orang Yahudi dan Nasrani memakai takwim syamsiyah, karena pengaruh kekuasaan Romawi Timur yang ada di sebelah Utara Tanah Arab, yaitu Tanah Syam, Mosopotami dan Palestina. Sedang orang Arab sejak dahulu memakai perhitungan hisab qamariyah.

Kemudian datanglah sambungan ayat:

"Katakanlah: "Allahlah yang lebih tahu berapa lama mereka tinggal (di

sana)." (pangkal ayat 26) . Pada ayat 25 di atas itu Allah telah memberitahukan berapa lamanya penghuni-penghuni Kahfi itu tidur di sana, yaitu 300 tahun syamsiyah, tambah 9 tahun kalau dihitung menurut qamariyah. Itulah hitungan yang betul. Maka jika ada lagi orang yang mengemukakan hitungan yang lain, lebih dari 300 atau 309 tahun, atau kurang dari itu, tidak juga dapat diterima lagi. Sebab mereka tidak dapat mengemukakan bukti-bukti atau data dan fakta yang terperinci. Keterangan dari Allah yang berupa wahyu inilah yang benar:

"BagiNyalah keghaiban yang

di

sekalian langit dan bumi." Sedang penge- tahuan kita manusia tidaklah dapat menyeruak kepada masa yang telah berlalu dan tidak pula mempunyai upaya mengetahui apa yang akan terjadi beresok.

Jangankan untuk mengetahui langit yang berlapis-lapis itu, sedangkan bumi yang kita diami ini pun tidaklah sanggup kita mengetahuinya semua, "Alangkah terang Dia Melihqt, dan alangkah ielas Diq Mendengor." BagiNya sama yang terdahulu dengan yang terkemudian, karena Dia adalah pula bersifat MUHITH, artinya meliputi akan segala ruang dan segala waktu. "Tidak ada bagi mereka

selain Dia, akan Pelindung."

Surat Al-Kahfi (Ayat 26) 4787 Qatadah mengatakan: "Tidak ada yang lebih melihat dan tidak ada yang lebih mendengar, melebihi Allah. Oleh sebab

itu

insaflah hendaknya orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain. Bahwa tidak ada yang lain dari Allah mempunyai penglihatan menembus segala yang ghaib, atau pen- dengaran menyeruak tempat yang jauh. Dia Yang Menciptakan, Dia Yang Mengatur, Dia Yang Memerintah. Jangan lagi berlindung kepada yang lain.

Ambillah perbandingan dengan penghuni

gua

Kahfi

itu.

Siapa pelindung mereka, kalau bukan Allah.

"Dan Dia tidak bersekutu di dalam hukumNya dengan seorang jua pun."

(ujung ayat 261.

Dengan ayal

26

inilah dikunci kisah penghuni Kahfi, yang karena ke- imanan mereka bahwa tidak ada sekutu bagi Allah Yang Maha Tunggal Maha Esa! Itulah pendirian dan Akidah yang telah mereka pilih, dan mereka bersedia lebur untuk

itu.

Dan

ini

pula kembali yang diperjuangkan oleh Muhammad s.a.w. sebagai penutup dari sekalian Rasul. Dan menjadi pengajaran pula bagi angkatan muda yang datang di belakang. Bersedia mengurbankan kemewahan dan kepentingan diri sendiri, untuk mempertahankan keyakinan hidup itu.

Beberapa Catatan Kesimpulan Tentang Ash-habul Kahfi

(1) Di dalam ayat 22 dijelaskan bahwa selain Allah Ta'ala hanya sedikit- sedikit orang yang tahu berapa bilangan penghuni gua itu. Niscaya dapatlah kita fahamkan bahwa di antara orang yang sedikit itu ialah orang-orang yang datang melihat ke dalamnya dengan dipelopori oleh raja sendiri. Itu pun tidak semuanya yang berani masuk. Dan karena ini telah berlalu beratus tahun pula.

Maka yang ketika ayat ini diturunkan tentu sudah pasti Nabi Muhammad sen-

diri, karena diberitahu oleh Tuhan.

Maka tidaklah ada perlunya memperpanjang kaji tentang berapa orang mereka itu, tiga berempat dengan anjingkah, lima berenam dengan anjingkah atau bertujuh dan yang kedelapan ialah anjing. Sebab maksud ayat diturunkan bukan buat memperhitungkan banyak orang; melainkan guna mengambil per- bandingan betapa kuat imannya pemuda-pemuda itu.

(2)

Cara susunan ayat-ayat al-Kahfi dan intisarinya memberi didikan bagi kita menerima suatu berita, hendaklah terima dengan akal yang cerdas, se- hingga agama tidak bercampur dengan dongeng-dongeng. Sebagai penganut agama dengan kesadaran yang kita terima langsung dengan tidak ragu-ragu ialah yang datang dari Allah dan Rasul. Inilah yang menyebabkan timbulsuatu cabang ilmu pengetahuan agama dalam Islam, yaitu Ilmu Mustalah Hadis, se- hingga sabda Rasul yang akan dijadikan pegangan hidup, yang mesti diterima dengan tidak ragu-ragu, diselidiki lebih dahulu siapa yang membawanya dan

I

4182 Tafsir Al-Azhar (Juzu' 75)

dari mana sumbernya. Sebab sabda Nabi tidaklah sampai langsung kepada kita, kalau tidak ada orang perantara yang membawanya. Berkat kesungguhan Ulama-ulama Hadis itu dapatlah disisihkan di antara Hadis yang shahih, atau yang hoson dengan yang dha'iJ (lemah).

(3) Meskipun di dalam al-Quran tidak disebutkan di mana letaknya Kahfi itu, ahli tafsir masih saja mencari-cari di mana letaknya. Salah satu keterangan dari Ibnu Abbas, konon letak gua itu adalah di dekat negeri Ailah. Ibnu Ishaq berkata, di satu tempat dekat Ninive. Ada lagi yang mengatakan di negeri Rum.

Ada pula yang mengatakan di negeri Bulaqaak. (Semua ditulis oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya).

Pada sebuah suratkhabar bulanan "Al-Wa'yul lslam", (Zulqa'idah 1388, Januari 1969) dimuat satu karangan yang dituliskan oleh Al-Ustaz Muhammad Taisir Zhibyan berjudul "Adakah

ini

Kahfi yang dibicarakan dalam al-Quran itu". Di antaranya penulis berkata: Berbagai macam perkataan ahli-ahli tafsir dan ahli sejarah darihal tempat Kahfi itu. Setengah mengatakan di Sepanyol dan setengahnya lagi mengatakan di Yaman. Tetapi yang terbanyak mengata- kan tempat ialah

di

negeri Afsus yang terletak

di

sebelah Barat Anatoli. Se- tengahnya lagi mengatakan bahwa tempatnya ialah di satu tempat bernama ar-Raqim di Bulaqaak, dekat Oman.

Bulaqaak (dekat Oman) ini ada tersebut dalam Tafsir Ibnu Katsir sebagai disalinkan di atas. Seorang Orientalis Monsignor Celement Ganued yang men- jadi Konsul Perancis di Quds (Palestina) di zaman Turki telah pergi rnengada- kan penyelidikan ke gua

di

Bulaqaak itu pada tahun 1868. Pendapat beliau cenderung kepada kesimpulan bahwa Kahfi yang tersebut dalam al-Quran itu memang yang di Bulaqaak dekat Oman itu, dan itu pun sesuai dengan sumber- sumber pihak Kristen.

Penulis Al-Ustaz Taisir Zhibyan mengatakan bahwa penduduk

di

dekat- dekat tempat

itu

menerangkan bahwa memang ada gua tersebut

di

sana.

Lantaran itu maka Jawatan Archeologi dari Pemerintah Yordania telah pergi menyelidiki tempat itu dan mengadakan beberapa penggalian. Pekerjaan ini pun oleh beberapa ahli purbakala negeri asing.

Menurut sumber-sumber Kristen pemuda-pemuda yang mengasingkan diri itu delapan orang banyaknya. Dan menurut sumber Siriani, berdasar kepada riwayat Yunani dan Latin, pemuda

itu

tujuh orang. Mereka telah memeluk Agama Nabi Isa 'alaihis salam

di

zaman pemerintahan salah seorang Raja Byzantium Daqius. Tetapi menurut hasil penyelidikan yang terbaru nama Raja itu ialah Tragan, yang memerintah dari tahun 98 sampai tahun 117 Masehi.

Riwayat pihak Kristen itu hampir sama jalannya dengan yang tersebut di dalam al-Quran.

Yaitu

bahwa pemuda-pemuda

itu

menganut

inti

ajaran Almasih, bertuhan satu, tidak mau menyembah kepada berhala. Setelah di- ketahui haluan mereka yang telah berobah daripada kepercayaan yang umum, mereka dihadapkan ke majlis raja, lalu ditanyai dan diperiksa. Namun mereka tetap bertahan pada kepercayaan Tauhid mereka. Oleh karena mereka adalah

i

II

Surat Al-Kahfi (Ayat. 26) 4183 anak orang besar-besar Kerajaan, mereka disuruh dahulu kembali pulang ke rumah masing-masing. Diharapkan mereka kembali kepada agama nenek- moyang. Kalau tidak kembali mereka akan dibunuh. Tetapi setelah mereka dilepaskan pulang, mereka

lari

meninggalkan negeri,

diikuti

oleh seorang penggembala dengan anjingnya. Mereka sembunyi ke dalam gua ngalau dan di sanalah beribadat menurut agama mereka.

Setelah Raja menunggu-nunggu namun mereka tidak juga datang me- laporkan

diri,

maka dipanggillah orang-orang tua mereka,

dia

peringatkan bahwa mereka semua akan dibunuh kalau tidak mereka tunjukkan ke mana anak-anak mereka bersembunyi. Lantaran ancaman itu terpaksalah orang tua-

tua

menjadi penunjuk

jalan

menuju gua tersebut. Dan sesampai alat-alat negara di pintu gua itu kelihatan oleh mereka bahwa pemuda-pemuda sedang tidur nyenyak. Maka raja memerintahkan menutup rapat gua itu biar mereka mati kelaparan.

Tigaratus tahun lamanya mereka tidur nyenyak dalam gua itu.

Barulah di zaman seorang Raja yang shalih bernama Theodoseus mereka bangun dari tidur. Di zaman itu sedang ada pertukaran fikiran di antara ahli cerdik pandai tentang berbangkit esok di hari kiamat. Baginda raja Thedoseus berpendirian bahwa makhluk kelak akan dibangkitkan bersama tubuh dan nyawanya sekali, sedang ahli cerdik pandai itu berpendapat hanya nyawa saja yang bangkit, tubuh tidak, sebab sudah hancur jadi tanah. Dengan takdir Allah Ta'ala mereka bangun dari tidur di tengah masa pertukaran fikiran itu, sehingga kebangunan mereka dengan sendirinya memperkuat pendapat Raja.

Disebutkan juga dalam ceritera itu tentang utusan yang mereka utus mem- beli makanan ke kota. Dia tercengang-cengang melihat segala sesuatu sudah banyak berobah, padahal dia merasa baru kemaren saja meninggalkan negeri.

Dia tercengang dan orang yang dihubunginya pun tercengang melihat 9ia, apakah lagi setelah dia mengeluarkan uangnya untuk membayar makanan.

Setelah uang

itu

diterima oleh penjual makanan, dipanggilnya teman- temannya, lalu berkerumunlah orang. Dia disangka mendapat harta orang zaman purbakala yang terpendam. Lalu diketahui polisi, maka dia pun dibawa polisi menghadap Raja Theodoseus. Setelah ditanyai dengan seksama, barulah orang tahu beserta,ta'jub, karena

dia

adalah salah seorang dari pemuda- pemuda yang diberitakan hilang beberapa ratus tahun yang lalu, yang menjadi ceritera turun-temurun. Maka sangatlah terharu raja yang baik hati itu men- dengar kisah orang itu, bahwa kawannya sedang menunggu dia kembali ke gua. Baginda terharu karena kalau hal ini benar, maka nyatalah Tuhan Allah

telah

menyokong pendapatnya

yang

ditahankannya selama

ini,

bahwa makhluk akan dibangkitkan kelak bersama roh dan badannya. Saking terharu- nya, Raja bangkit dari singgasananya berkenan pergi ke gua itu, diiringkan oleh beberapa orang besar Kerajaan.

Dan

berjalan dahulu sekali masuk gua Yamlikha, utusan itu memberitahu teman-temannya. Mereka pun gembira dan bersyukur kepada Allah lalu bersujud.

li-.

Dalam dokumen Tafsir Al-Azhar 6 ~Buya Hamka (Halaman 194-200)

Dokumen terkait