• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Riset Naratif

Dalam dokumen Buku Metodologi Penelitian Kualitatif (Halaman 96-104)

pengalamannya di dalam kelas. Studi naratif yang lain berfokus pada siswa di dalam kelas. Individu lain yang dapat memberikan cerita misalnya tenaga admnistrasi pendidikan, pramusaji, tukang kebun dan tenaga kependidikan yang lain. Dengan ini pembaca dapat melihat siapa yang memberikan cerita.

Proses

Penelitian Karakteristik

Penelitian Karakteristik Penelitian Naratif Mengidentifikasi

masalah penelitian

√ Permasalahan kualitatif membutuhkan eksplorasi dan pemahaman.

√ Mencoba memahami dan merepresentasikan pengalaman melalui cerita-cerita yang dialami dan dikisahkan individu- individu

Tinjauan

kepustakaan √ Kepustakaan kualitatif memainkan peran kecil.

√ Kepustakaan kualitatif menjustifikasi permasalahn penelitian.

√ Mencoba meminimalkan penggunaan kepustakaan dan memfokuskan pada pengalaman individu-individu

Mengembangkan pernyataan tentang maksud penelitian dan pertanyaan penelitian.

√ Pernyataan tentang maksud penelitian dan pertanyaan penelitian kualitatif luas dan umum.

√ Pernyataan tentang maksud penelitian dan pertanyaan penelitian kualitatif mencari pengalaman partisipan.

√ Mencoba mengeksplorasi makna pengalaman individu seperti yang dikisahkan melalui suatu cerita atau berbagai cerita.

Proses

Penelitian Karakteristik

Penelitian Karakteristik Penelitian Naratif Mengumpulkan

data kualitatif √ Mengumpulkan data kualitatif didasarkan pada penggunaan protocol yang dikembangkan selama

penelitian.

√ Mengumpulkan data kualitatif melibatkan mengumpulkan data teks atau gambar.

√ Mengumpulkan data kualitatif melibatkan mempelajari sejumlah kecil individu atau tempat.

√ Mencoba mengumpulkan field texts (teks lapangan) yang mendokumentasikan cerita individu dengan kata- katanya sendiri.

Proses

Penelitian Karakteristik

Penelitian Karakteristik Penelitian Naratif Menganalisis dan

menginterpretasi data kualitatif.

√ Analisis data kualitatif berupa analisis teks.

√ Mencoba manganalisis cerita dengan menceritakan kembali kisah individu.

√ Mencoba manganalisis cerita dengan mengidentifikasi tempat atau kategori informasi.

√ Mencoba

menempatkan cerita dalam tempat atau ranah.

√ Mencoba

manganalisis cerita untuk informasi kronologis tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan individu.

Proses

Penelitian Karakteristik

Penelitian Karakteristik Penelitian Naratif Menulis dan

mengevaluasi penelitian.

√ Penelitian kualitatif melaporkan penggunaan struktur yang fleksibel dan yang muncul serta criteria evaluasi.

√ Peneliti kualitatif mengambil pendekatan refleksif dan terbias.

√ Mencoba berkolaborasi dengan partisipan ketika menulis penelitian.

√ Mencoba menulis ceritanya dengan cara bercerita (Strorytelling) yang fleksibel.

√ Mencoba mengevaluasi penelitian berdasarkan kedalaman, keakuratan, persuasivitas, dan realisme ceritanya.

Tujuh karakteristik utama riset naratif yaitu:

1. Pengalaman Individu

Pengalaman dalam riset naratif bersifat personal, yaitu apa yang dialami individu dan sosial (individu saat berinteraksi dengan orang lain). Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa pengalaman individu merupakan lensa sentral untuk memahami seseorang.

Clandinin & Connelly (2000) melihat pengalaman sebagai sesuatu yang berkelanjutan, dimana satu pengalaman akan memunculkan pengalaman yang lain. Jadi, peneliti naratif terfokus pada bagaimana memahami riwayat atau pengalaman masa lalu

individu dan bagaimana pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat ini serta yang akan datang.

2. Kronologi Pengalaman

Memahami masa lalu maupun masa kini dan masa depan individu merupakan salah satu kunci lain dalam riset naratif. Riset naratif menganalisis dan melaporkan suatu kronologi pengalaman seorang individu. Ketika peneliti fokus pada pemahaman suatu pengalaman, maka pengalaman itu akan mem- berikan informasi tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan partisipan. Kronologi dalam rancangan naratif berarti bahwa peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan seseorang individu dengan menggunakan sekuensi waktu atau kronologi kejadian. Contohnya, dalam suatu penelitian tentang penggunaan teknologi komputer oleh seorang guru di ruang kelas SMA, peneliti akan memasukkan informasi tentang pengenalan komputer yang dilakukan oleh guru, penggunaan komputer saat ini, dan tujuan serta harapan adanya penggunaan di masa mendatang.

Cerita kemudian akan dilaporkan oleh peneliti dalam bentuk deskripsi tentang sekuensi guru tersebut.

3. Pengumpulan cerita individu

Untuk mengembangkan prespektif kronologis pengalaman seseorang, peneliti naratif meminta kepada partisipan untuk menceritakan sebuah kisah (atau beberapa kisah) tentang pengalamannya. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber

data. Field texts (teks lapangan) mempresentasikan informasi dari sumber-sumber yang berbeda yang dikumpulkan oleh peneliti dalam satu rancangan naratif. Pengumpulan data dari peneliti naratif berupa diskusi, percakapan, atau wawancara antara seorang peneliti dan seorang individu. Jurnal atau catatan harian juga merupakan bentuk lain untuk mengumpulkan cerita, seperti halnya catatan lapangan (field notes) yang ditulis oleh peneliti atau partisipan.

4. Menceritakan kembali

Setelah individu bercerita tentang pengalamannya, peneliti menyampaikan/ menceritakan/ memetakan kembali cerita tersebut dengan kalimatnya sendiri.

Saat menceritakan kembali merupakan proses dimana peneliti mengumpulkan cerita, lalu menganalisis untuk menemukan inti dari cerita (misalnya, waktu, tempat, plot, dan adegan), dan setelah itu menuliskan kembali cerita tersebut untuk mendapatkannya dalam urutan kronologis. Terdapat tiga tahapan dalam proses menceritakan kembali menurut Assjari dan Permanarian (2010) yaitu:

a. Hasil wawancara yang diperoleh peneliti ditranskripsi dari rekaman audio yang ditunjukkan dalam kolom pertama sebagai data mentah.

b. Peneliti mentranskripsi ulang data mentah tersebut dengan cara mengidentifikasi elemen- elemen kunci dari cerita. Pengulangan transkripsi ditunjukkan pada kolom kedua. Elemen- elemnen yang menjadi kunci cerita diletakkan

dibagian bawah tabel agar memudahkan peneliti mengindikasikan kode terkait setting, karakter, tindakan, masalah ataupun penyelesaian konflik.

c. Pengorganisasian kode kunci kedalam sebuah urutan yang disajikan dtulisan. Pengerjaan transkipsi tersebut untuk mengidentifikasi elemen- elemen dalam cerita dan menceritakan kembali secara logis sesuai dengan urutannya.

5. Proses pengkodean tema

Seperti halnya penelitian kualitatif yang lain, data yang diperoleh dapat disegmentasi menjadi tema. Seperti semua peneliti kualitatif, peneliti meng-identifikasi sejumlah kecil tema ini ke dalam uraian tentang cerita individu atau memasukkannya sebagai bagian terpisah dalam penelitian. Peneliti naratif biasanya menyuguhkan tema setelah menceritakan kembali kisahnya.

6. Konteks atau setting

Peneliti naratif menggambarkan secara rinci konteks atau setting dimana partisipan mengalami fenomena dalam ceritanya. Setting dalam riset naratif bisa berupa teman, keluarga, tempat kerja, rumah, organisasi sosial, atau sekolah. Dalam beberapa studi naratif, catatan tentang.

7. Berinteraksi dengan partisipan

Di sepanjang proses penelitian, peneliti naratif berinteraksi dengan partisipan yang diteliti. Interaksi dalam riset naratif berarti bahwa peneliti secara

aktif melibatkan partisipan dalam proses penelitian.

Interaksi ini melibatkan banyak langkah dalam proses penelitian, mulai dari memformasikan suatu fenomena, memilih tipe field texts mana yang akan dipakai untuk mencatat informasi, sampai menuliskan kembali cerita dari pengalaman partisipan. Interaksi ini melibatkan penegosasian hubungan antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi adanya kesenjangan antara cerita yang disampaikan dan cerita yang dilaporkan (Clandinin & Connelly, 2000).

D. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Penelitian

Dalam dokumen Buku Metodologi Penelitian Kualitatif (Halaman 96-104)