• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Koordinasi Antar Instansi dalam Penertiban Angkutan Pete-pete

1. Kesatuan Tindakan

Kesatuan tindakan adalah penyatuan tindakan yang diatur oleh setiap pimpinan untuk mengatur keserasian dalam mencapai tujuan. Dalam suatu kegiatan perlu adanya kesatuan tindakan dan kerjasama ataupun kesepakatan kerja untuk lebih mudah dalam mengatasi permasalahan angkutan pete-pete baik berupa koordinasi melalui kewenangan atau pedoman kerja dan disertai dengan adanya komitmen dalam bekerjasama ataupun membuat kesepakatan kerja sehingga koordinasi yang tercipta akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Operasi Terpadu/Bersama

Operasi terpadu adalah kegiatan untuk melakukan operasi bersama dalam menertibkan angkutan umum termasuk angkutan pete-pete dimana pihak yang terlibat itu sendiri ialah Dinas perhubungan, Kepolisian Lalu Lintas dan Organisasi Angkutan Daerah. Adapun pola penertiban dilapangan ialah Dinas Perhubungan bertugas untuk memeriksa surat Uji Kir kendaraan, Kepolisian memeriksa surat-surat kendaraan seperti STNK dan SIM pengemudinya sedangkan Organda bertugas untuk memeriksa jalur trayeknya. Hasil wawancara dengan Staf Bagian Angkutan Orang pada Dinas Perhubungan Kota Makassar, mangatakan bahwa :

“Kesepakatan kerja yang disepakati antara Perhubungan, Organda, Dan Polantas ialah pertama ketika akan melakukan penertiban angkutan umum adalah dengan melakukan operasi terpadu antar instansi yang terkait.

kemudian tidak adalagi peremajaan atau penambahan angkuatan pete-pete” (Hasil wawancara AA, 06 September 2016).

Berdasarkan penjelasan oleh informan di atas, dapat diketahui bahwa kesatuan tindakan yang dalam menertibkan angkutan pete-pete adalah dengan melakukan kegiatan operasi terpadu secara bertahap dalam rangka mengurangi angkutan pete-pete yang beroperasi tidak sesuai dengan standar angkutan jalan kemudian telah disepakati bahwasanya tidak adalagi penambahan angkutan pete-pete di Kota Makassar. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Staf Bagian Angkutan Orang Ketua Organda Kota Makassar, juga mengatakan :

“Organda sepakat dengan Dinas Pehubungan melakukan penertiban secara bersama dan tidak adalagi penambahan angkutan umum khususnya pete-pete di Kota Makassar dengan keluarnya sk Walikota tentang tidak ada panambahan angkutan pete-pete” (Hasil wawancara SA, 06 September 2016).

Berdasarkan penjelasan oleh informan di atas, dapat diketahui bahwa kesatuan tindakan yang terjadi diantara Dinas Perhubungan, Organisasi Angkutan Daerah dan Polisi Lalu Lintas itu menghasilkan kerjasama dengan melakukan operasi bersama disatu titik yang telah ditentukan bersama sehingga lebih mempermudah dalam melakukan penetiban angkutan umum termasuk angkutan pete-pete. Lanjut hasil wawancara dengan Ps. Kaur Mintu Satlantas Kota Makassar terkait kesatuan tindakan yang terjadi antar instansi dalam penertiban angkutan pete-pete, mengatakan bahwa :

“kami biasa melakukan operasi terpadu baik dari Kepolisian, Dishub sesuai dengan keadaan dilapangan sehingga mempermudah dalam pengecekan secara langsung baik kelengkapan surat-surat kendaraan, surat KIR, Ijin trayek angkutan pete-pete itu sendiri yang terlibat dalam

pentiban itu semua yang tergabung dalam Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan” (Hasil wawancara SR, 09 September 2016)

Berdasarkan penjelasan oleh informan di atas, dapat diketahui bahwa Kepolisian Lalu Lintas juga terlibat dalam operasi bersama atau yang mereka istilahkan adalah operasi terpadu dalam melakukan penertiban angkutan pete-pete.

b. Sosialisasi Bersama

Sosialisai bersama maksudnya ialah sosialisasi yang dilakukan kepada supir ataupun pemilik angkutan pete-pete yang ada di Kota Makassar oleh Dinas Perhubungan, Kepolisian Lalu Lintas maupun Organda itu sendiri terkait kelengkapan dan standarisasi angkutan pete-pete yang layak dijadikan sebagai angkutan umum. Untuk mengetahui seperti apa sosialisasi bersama yang dilakukan Dinas Perhubungan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Staf Bagian Angkutan Orang pada Dinas Perhubungan Kota Makassar, mangatakan bahwa :

“Selain melakukan penertiban angkutan umum baik itu melalui uji kelayakan kendaraan maupun penertiban angkutan umum dilapangan Dinas Perhubungan juga melakukan sosialisasi tentang kelengkapan izin kendaraan seperti KIR, setiap 6 bulan sekali harus melakukan pengujian dan hal-hal lainnya temasuk sosialisasi terkait adanya moda angkutan pete-pete yang baru (pete-pete-pete-pete smart) sehingga tidak terjadi kesalahpahaman”

(Hasil wawancara AA, 06 September 2016).

Berdasarkan penjelasan oleh informan di atas, dapat diketahui bahwa selain bertugas untuk menertibkan angkutan pete-pete Dinas Perhubungan juga melakukan sosialisasi kepada supir angkutan mengenai hal-hal yang harus dilengkapi sebagai syarat angkutan umum yang layak untuk beroperasi dan sesuai dengan standar angkutan umum. Adapun yang disosialisasikan ialah tentang kelengkapan izin kendaraan, kelengkapan surat-surat kendaraan, dan tentang

standarisasi kendaraan atau angkutan umum, seperti dilengkapi tanda nomor kendaraan dengan warna dasar plat khusus dan diberi kode khusus serta tentang pemberian sanksi yang diberikan apabila terjaring razia termasuk sosialisasi tentang angkutan pete-pete smart yang sementara direalisasikan oleh pemerintah Kota Makassar sehingga tidak terjadi gesekan antara supir ataupun pemilik angkutan pete-pete saat pete-pete smart benar-benar sudah beroperasi. Lanjut hasil wawancara dengan Ketua Organda Kota Makassar terkait kegiatan sosialisasi bersama yang dilakukan, mengatakan bahwa :

”Organda sendiri selalu memberikan sosialisasi baik kepada supir angkutan pete-pete ataupun langsung ke pemilik angkutan pete-pete terkait pesoala ijin trayeknya yang harus melapor setiap setahun sekali dan tentang pemberian tanda dimobil mengenai jalur trayeknya sehingga memudahkan pengguna angkutan pete-pete untuk menaiki pete-pete sesuai dengan tujuannya” (Hasil wawancara SA, 06 September 2016).

Berdasarkan penjelasan oleh informan di atas, dapat diketahui bahwa Organda juga melakukan sosialisasi kepada supir angkutan ataupun pemilik angkutan itu sendiri tentang ijin trayek kendaraan yang harus dimiliki dan melapor per satu tahun sekali ke Organda agar terkontrol semua angkutan pete-pete beroperasi sesuai dengan ijin trayeknya.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan hasil wawancara di atas peneliti dapat mengemukakan bahwa kesatuan tindakan antar instansi dalam penertiban angkutan pete-pete sudah berjalan dengan baik dimana setiap instansi yang terkait secara bersama-sama melakukan operasi terpadu/bersama yang terdiri dari Dinas Perhubungan, Organisasi Angkutan Daerah dan Polisi Lalu Lintas.

Dalam kegiatan operasi bersama dilakukan pemeriksaan kelengkapan surat-surat supir angkutan pete-pete seperti surat uji KIR, STNK, SIM dan Surat Ijin Trayek.

Pola pelaksanaan dilapangan, setiap instansi membagi tugas sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Supir pete-pete yang kedapatan tidak memiliki SIM dan STNK akan ditindak oleh Polantas sedangkan Dinas Perhubungan dan Organda memeriksa surat KIR dan Ijin Trayek angkutan. Namun dari hasil observasi lainnya masih ada ditemukan yang namanya supir tembak yang dijadikan supir angkutan pete-pete, hal inilah yang menyebabkan juga banyaknya angkutan pete-pete yang melanggar, maka perlu perhatian khusus bagi pihak-pihak yang terkait untuk mencari solusinya seperti apa. Kemudian selanjutnya telah disepakati oleh Dinas Perhubungan dan Organda tidak adalagi penambahan angkutan pete-pete di Kota Makassar dikarenakan sudah telalu banyak angkutan pete-pete yang beroperasi pada saat ini kemudian instansi yang terlibat dalam penertiban angkutan pete-pete juga melakukan penyuluhan atau sosialisasi bersama mengenai hal-hal apasaja yang harus dimiliki dan dilengkapi sebagai syarat untuk angkutan pete-pete yang sesuai dengan standar kelayakan angkutan jalan. Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi menurut Hasibuan (2007:88) Kesatuan Tindakan memang harus terjadi dikarenakan sangat membantu untuk mempermudah dalam melakukan penertiban dan pendataan angkutan pete-pete yang beroperasi tidak sesuai dengan standar kelayakan angkutan jalan.

Berdasarkan penjelasan di atas tugas setiap instansi dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tugas masing-masing intansi

No. Instansi Tugas

1. Dinas Perhubungan Memeriksa surat Uji Kir angkutan dan memberikan sosialisasi terkait Uji Kir bahwa per 6 bulan sekali kendaraan harus melakukan Uji Kir.

2. Organisasi Angkutan Daerah Memeriksa surat izin trayek angkutan dan memberikan sosialisasi kepada supir angkutan ataupun pemilik angkutan bahwa izin trayek berlaku selama 5 tahun tetapi 1 tahun sekali diwajibkan untuk melakukan daftar ulang melalui perpanjangan kartu pengawasan.

3. Polisi Lalu Lintas Memeriksa kelengkapan surat-surat kendaran seperti STNK dan SIM dan memberikan arahan untuk melengkapi surat-surat yang harus dimiliki pengemudi angkutan.