Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat sound level meter ini akan dirata-ratakan dan dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan yang berlaku yaitu KepMenLH. No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Tingkat kebisingan yang akan timbul pada tahap konstruksi atau dari sumber yang berasal dari Genset/Pompa dapat dihitung dengan persamaan sumber titik / tidak bergerak, sebagai berikut :
LP2 = LP1 – 20.log
r2 r1
Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dBA LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dBA
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 1 r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 2
MANAJEMEN PROYEK
Selanjutnya untuk prakiraan intensitas kebisingan yang bersumber dari sumber garis/ bergerak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
LP2 = LP1 – 10.log
r2 r1
Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dBA LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dBA
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 1 r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber kebisingan 2
Sedangkan untuk menentukan besarnya dampak kebisingan, terutama yang ditimbulkan oleh mobilitas kendaraan pengangkut material selama kegiatan pembangunan Pembangunan Bandara dapat dihitung dengan pendekatan rumus Rau dan Wooten (1980), sebagai berikut :
Leq = Loi + 10 log ((Ni/Si) + 10 (15/d) + 0,s -13 Dimana : Loi = Tingkat kebisingan kendaraan tipe 1
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat per jam Si = Kecepatan rata- rata truk
D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran
S = “Siedding factor” untuk daerah terbuka dengan tanaman agak jarang
= 3 4. Fisiografi dan Geologi
Analisis data geologi dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah tapak rencana kegiatan tersebut nantinya akan menerima beban mekanik secara langsung dari kegiatan yang direncanakan. Dengan demikian diperlukan analisis kemampuan daya dukung lahan, sehingga pengaruhnya yang bersifat negatif terhadap bangunan dan lingkungan dapat diantisipasi. Melalui pemetaan geologi teknik diharapkan dapat diperoleh sajian mengenai sebaran jenis batuan, baik secara vertikal maupun mendatar, sifat-sifat fisik dan keteknikannya.
Pemetaan geologi lingkungan dapat memberi gambaran mengenai morfologi, jenis, sifat fisik dan keteknikan batuan dan bahan rombakan yang berkaitan dengan kestabilan, daya dukung, gerakan tanah, erosi, sifat peresapan dan kelulusan airnya serta komponen neraca air di daerah tapak proyek.
Data sekunder berupa hasil investigasi lapangan pada pekerjaan detail desain terdahulu akan dikaji ulang oleh geologist serta dibandingkan terhadap hasil pemetaan geologi lingkungan yang terbaru.
MANAJEMEN PROYEK 5. Hidrologi
Hidrologi Sungai
Pengukuran debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dengan lokasi pengukuran dan pengambilan contoh air dilakukan di kelima sungai. Pengukuran dilakukan secara uji petik untuk memberikan gambaran umum keadaan sungai di wilayah studi.
Pendekatan persamaan empirik digunakan untuk menduga debit sesaat (Sosrodarsono dan Takeda, 1983), yaitu:
Q = 0,8 x A x V Dimana :
Q = debit aliran (m³/detik) A = luas penampang sungai (m²)
V = kecepatan aliran pada penampang (m/detik)
0,8 = faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran permukaan
Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air dan kedalaman dasar sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai. Kecepatan aliran sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air sungai dengan menggunakan current meter/pelampung permukaan.
Analisis data hidrologi meliputi debit puncak dan tingkat sedimentasi air sungai. Debit Puncak, dihitung dengan menggunakan metode rasional (Chow, 1964 dan Harijay et al, 1990), yaitu :
Qm = 0,278 x C x I x A Dimana :
Q = debit sungai (m³/detik)
I = Itensitas curah hujan maksimum (mm/jam) A = luas daerah pengaliran (km²)
C = Koefisien limpasan
Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan menggunakan rumus empiris (Arsjad, 1980) sebagai berikut :
Qs = 0,0864 x Q x C Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari) Q = debit sungai (m3/detik)
C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)
Kualitas air sungai yang dianalisis dalam studi AMDAL ini meliputi parameter kualitas air sungai sesuai dengan syarat kualitas air baku yang berlaku. Pengambilan contoh air
MANAJEMEN PROYEK
sungai dilakukan 1 (satu) titik sampel di hulu (up stream) dan 1 (satu) titik sampel di hilir (down stream) rencana kegiatan.
Contoh air yang terkumpul di lapangan selanjutnya dianalisis di Laboratorium Induk dengan parameter utama yang diuji yaitu sifat fisik dan kimia. Data hasil analisa di laboratorium selanjutnya dibandingkan dengan Baku Mutu Kualitas Air Golongan B/C parameter-parameter kualitas air yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Hidrogeologi
Data hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini berasal dari data sekunder hasil pengukuran dalam studi-studi terdahulu yang telah terkumpul pemrakarsa dan atau hasil- hasil studi yang pernah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Geologi Tata Lingkungan Bandung yang dipadukan dengan hasil observasi di lapangan. Sedangkan data kualitas air tanah diambil dari contoh air tanah di wilayah tapak proyek dengan parameter kualitas air sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/IX/1990, yaitu air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak. Parameter Kualitas Air yang Akan Diteliti Serta Metode Analisis/Pengukuran yang Dipergunakan Disajikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2. 9 Parameter Kualitas Air yang Akan Diteliti Serta Metode Analisis/ Pengukuran yang Dipergunakan
Parameter Satuan Metode Analisis Pengukuran
Tingkat Ketelitian
Lokasi Analisis SIFAT FISIK
Suhu Air oC Termometer 0.1 o C In Situ
Daya Hantar Listrik Umhos/cm SCT Meter 5 umhos/cm -
Kekeruhan NTU Nephelometrik 0.01 NTU Lab.Lapang
Warna Koloidal Unit Pt-Co Kolorimetrik 1.0 CU Lab. Lapang
Warna Nyata Unit Pt-Co Kolorimetrik 1.0 CU Lab. Lapang
Padatan Tersuspensi Total mg/l Gravimetri 0.1 mg/l Lab Induk
Kecerahan cm Sechhi Disk 5 cm In Situ
SIFAT KIMIA
pH - Ph Meter 0.05 In Situ
CO2 Bebas mg/l Titrimetrik, Na2CO3 0.05 mg/l In Situ Nitrogen-Amonia (N-NH3) mg/l Spektrofotometrik,
Nessler 0.01 mg/l Lab Induk
Nitrogen-Nitrit (N-NO2) mg/l Spektrofotometrik,
Sulfanilik 0.001 mg/l Lab Induk Nitorgen-Nitrat (N-NO3) mg/l Spektrofotometrik,
Brusin 0.01 mg/l Lab. Induk
Fosfor-Total (P-Total) mg/l Spektrofotometrik, SnCl2
0.01 mg/l Lab Induk Klorida (Cl2) mg/l Titrimetrik, Hg(NO3) 2 5.0 mg/l Lab lapang Sulfat (SO4) mg/l Turbidimetrik, BaCl2 0.5 mg/l Lab Induk
MANAJEMEN PROYEK
Parameter Satuan Metode Analisis Pengukuran
Tingkat Ketelitian
Lokasi Analisis
Sulfida (S) mg/l Iodometrik 0.1 mg/l Lab lapang
Oksigen Terlarut mg/l Iodometrik, Metode
Winkler 0.5 mg/l Lab lapang
BOD mg/l Iodometrik, Metode
Winkler 0.5 mg/l Lab lapang
COD mg/l Titrimetrik, K2Cr207 0.5 mg/l Lab Induk
Kesadahan Total mg/l Titrimetrik, EDTA 0.003 mg/l Lab lapang Kesadahan Kalsium mg/l Titrimetrik, EDTA 0.001 mg/l Lab lapang
Calsium (Ca) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,2 mg/l Lab Induk
Magnesium (Mg) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,1 mg/l Lab Induk
Besi (Fe) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,2 mg/l Lab Induk
Mangan (Mn) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,1 mg/l Lab Induk
Nikel (Ni) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,02 mg/l Lab Induk
Tembaga (Cu) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,05 mg/l Lab Induk
Cadmium (Cd) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,1 mg/l Lab Induk
Seng (Zn) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,02 mg/l Lab Induk Timah hitam (Pb) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,5 mg/l Lab Induk
Krom (Cr) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,5 mg/l Lab Induk
Mercuri (Hg) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,5 mg/l Lab Induk
Arsen (As) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,002 mg/l Lab Induk
Perak (Ag) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom 0,1 mg/l Lab Induk
Barium (Ba) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom Lab Induk
Selenium (Se) mg/l Spektofotometer,
Serapan Atom Lab Induk
Zat Organik mg/l Titrimetrik Lab Induk