• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi Tim Konsultan Penyusunan Dokumen AMDAL PLTM Mahap 2 x 734 KW

N/A
N/A
Hidayatullah Rusli

Academic year: 2024

Membagikan "Struktur Organisasi Tim Konsultan Penyusunan Dokumen AMDAL PLTM Mahap 2 x 734 KW"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PROYEK

TUGAS II

STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Organisasi Tim Konsultan Penyusunan Dokumen AMDAL PLTM Mahap 2 x 734 KW

B. Tugas & Tanggung Jawab Tim Konsultan Penyusunan Dokumen AMDAL PLTM Mahap 2 x 734 KW

I. Ketua Tim

1. Mengkoordinir Pekerjaan Tim agar dapat terlaksana dengan efektif, sesuai prosedur dalam tujuan kegiatan yang dilakukan;

2. Mengadakan diskusi-diskusi untuk membahas masalah yang akan diselesaikan, bain antara Anggota Tim dengan Narasumber, dengan Pemrakarsa maupun dengan Komisi Amdal;

3. Mempelajari data sekunder dan merencanakan pengumpulan data primer dari pengaruh proses kegiatan terhadap lingkungan;

4. Membuat analisis, intrepretasi den evaluasi data;

5. Bersama dengan anggota tim lainnya membuat rancangan dokumen AMDAL, terutama di bidang lingkungan serta merumuskan dampak mana yang perlu dikelola dan dipantau;

Ketua Tim

Ahli Fisik-

Kimia Ahli Biologi Ahli Ketenaga

listrikan Ahli Kesmas Ahli

Sosekbud Bilingual

Sekretaris

(2)

MANAJEMEN PROYEK

6. Membuat upaya pengelolaan dan pemantauan kondisi lingkungan;

7. Menyunting laporan yang telah dibuat oleh semua anggota tim agar menghasilkan suatu laporan keseluruhan, dan mengawasi laporan-laporan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

II. Sekretaris

1. Membuat laporan kinerja/kegiatan tim;

2. Melakukan pencatatan terkait kebutuhan sarana dan prasarana tim;

3. Mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan/kegiatan yang dilakukan tenaga ahli.

III. Ahli Fisik-Kimia

1. Mempelajari data sekunder dan merencanakan pengumpulan data primer mengenai kondisi fisik-kimia, baik ekosistem akuatik maupun teresterial di dalam proyek dan sekitarnya;

2. Membuat analisis, interpretasi dan evaluasi data fisik-kimia;

3. Bersama dengan anggota tim lainnya membuat rancangan dokumen AMDAL, terutama di bidang fisik-kimia serta merumuskan dampak mana yang perlu dikelola dan dipantau;

4. Membuat upaya pengelolaan dan pemantauan aspek fisik-kimia.

IV. Ahli Biologi

1. Mempelajari data sekunder dan merencanakan pengumpulan data primer mengenai kondisi lingkungan hayati, baik ekosistem akuatik maupun teresterial di dalam proyek dan sekitarnya;

2. Membuat analisis, interpretasi dan evaluasi data biologi;

3. Bersama dengan anggota tim lainnya membuat rancangan dokumen AMDAL, terutama di bidang biologi serta merumuskan dampak mana yang perlu dikelola dan dipantau;

4. Membuat upaya pengelolaan dan pemantauan aspek biologi.

V. Ahli Ketenagalistrikan

1. Mempelajari data sekunder dan merencanakan pengumpulan data primer mengenai kondisi kelistrikan di dalam proyek dan sekitarnya;

2. Membuat analisis, interpretasi dan evaluasi data kelistrikan;

3. Bersama dengan anggota tim lainnya membuat rancangan dokumen AMDAL, terutama di bidang kelistrikan serta merumuskan dampak mana yang perlu dikelola dan dipantau;

4. Membuat upaya pengelolaan dan pemantauan kondisi kelistrikan.

(3)

MANAJEMEN PROYEK

VI. Ahli Kesehatan Masyarakat

1. Mempelajari data sekunder dan merencanakan pengumpulan data primer mengenai kondisi kesehatan masyarakat di dalam proyek dan sekitarnya;

2. Membuat analisis, interpretasi dan evaluasi data kesehatan masyarakat;

3. Bersama dengan anggota tim lainnya membuat rancangan dokumen AMDAL, terutama di bidang kesehatan masyarakat serta merumuskan dampak mana yang perlu dikelola dan dipantau;

4. Membuat upaya pengelolaan dan pemantauan aspek kesehatan masyarakat.

VII. Ahli Sosial, Ekonomi dan Budaya

1. Mempelajari data sekunder dan merencanakan pengumpulan data primer mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya di dalam proyek dan sekitarnya;

2. Membuat analisis, interpretasi dan evaluasi data sosial, ekonomi dan budaya;

3. Bersama dengan anggota tim lainnya membuat rancangan dokumen AMDAL, terutama di bidang sosial, ekonomi dan budaya serta merumuskan dampak mana yang perlu dikelola dan dipantau;

4. Membuat upaya pengelolaan dan pemantauan aspek sosial, ekonomi dan budaya.

VIII. Bilingual

1. Mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan/kegiatan yang dilakukan tenaga ahli;

2. Menerjemahkan dokumen AMDAL final kedalam bahasa Inggris.

C. Pendekatan Studi

Untuk mendapatkan hasil studi Amdal yang dapat digunakan secara optimal dalam merencanakan suatu kebijakan pengelolaan lingkungan yang implementatif dan efektif, maka diperlukan suatu perencanaan yang terarah dalam melakukan studi ini yang diformulasikan dengan suatu pendekatan studi yang sesuai.

Berdasarkan konsepsi tersebut di atas, maka studi Amdal ini akan diawali dengan suatu telaahan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup), kajian yang mendalam terhadap kondisi lingkungan (sebagai rona lingkungan hidup awal) di lokasi kegiatan dan sekitarnya serta kajian terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan PLTM Mahap 2 X 734 kW. Beserta Fasilitas Pendukung yang ditinjau dari dimensi waktu pelaksanaan kegiatan, mulai tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi dengan fokus kajian pada kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak

(4)

MANAJEMEN PROYEK

penting terhadap lingkungan. Dari aspek-aspek kajian tersebut maka akan dapat ditentukan ruang lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administrasi. Penentuan lingkup studi tersebut dimaksudkan untuk membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan berkaitan dengan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTM Mahap 2 X 734 kW. Beserta Fasilitas Pendukung. Pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer dan/atau sekunder akan dikumpulkan. Data dan informasi dikumpulkan dengan cara pengamatan langsung dan/atau pengambilan per contoh, wawancara di lapangan dan pengumpulan data sekunder dari instansi-instansi yang mempunyai data yang relevan dengan studi Amdal.

Dengan menggunakan berbagai data rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana kegiatan, maka dalam studi Amdal ini dibuat matrik identifikasi dan prakiraan dampak yang akan terjadi pada setiap tahap kegiatan. Berdasarkan hasil identifikasi dan prakiraan dampak yang mungkin timbul, maka dapat ditentukan besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap komponen lingkungan fisik-kimia, tata ruang, biologi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Penentuan dampak penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan sebab akibat yang dikaji secara holistik menggunakan cara empiris (studi banding dengan baku mutu lingkungan yang berlaku), perhitungan matematis maupun penilaian berdasarkan keahlian/profesi (profesional judgement). Berdasarkan hasil evaluasi dampak akan disusun atau diformulasikan dampak-dampak lingkungan signifikan yang perlu dikelola dan dipantau.

Penjabaran rinci dari rekomendasi pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan akan dituangkan di dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen Amdal. Rekomendasi dari RKL dan RPL tersebut dapat dijadikan bahan masukan untuk menyempurnakan rencana kegiatan dan meminimalisasi dampak negatif atau mengembangkan dampak positif Rencana Kegiatan Pembangunan PLTM Mahap 2 X 734 kW Beserta Fasilitas Pendukung.

Secara garis besar langkah-langkah dalam penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terdiri atas persiapan, pengumuman, sosialisasi, pengumpulan data dan informasi, identifikasi dampak, prakiraan dampak, evaluasi dampak serta rekomendasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Lingkup pekerjaan:

(5)

MANAJEMEN PROYEK

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan : a. Penentuan lingkup komponen studi

b. Penentuan lingkup wilayah studi melalui kegiatan survei awal lapangan lokasi rencana kegiatan.

c. Pengumpulan data sekunder diantaranya peta RTRW, peta Tata Guna Lahan dan lain- lain.

d. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang.

Bagian ini menjelaskan mengenai Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangan. Informasi kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang seperti tersebut di atas dapat disajikan dalam bentuk peta tumpang susun (overlay) antara peta batas tapak proyek rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta RTRW yang berlaku dan sudah ditetapkan (peta rancangan RTRW tidak dapat dipergunakan).

e. Pengambilan Sampel dan Analisis Laboratorium Kualitas Air, kualitas udara ambien, getaran dan kebisingan.

Pengambilan sampel untuk analisis kualitas air dilakukan masing-masing sebanyak 5 (lima) sampel pada 3 (tiga) titik lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

Dilakukan pengujian parameter fisik, kimia dan biologi pada sampel-sampel tersebut.

Pengambilan sampel untuk analisis udara ambien dilakukan sebanyak masing- masing 2 (dua) set pada 5 (lima) titik lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Dilakukan pengujian analisa laboratorium yang meliputi parameter gas, partikel debu dan kondisi fisik. Pengambilan sampel untuk analisis getaran dan kebisingan dilakukan sebanyak masing-masing 2 (dua) set pada 5 (lima) titik lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Penyusunan Dokumen AMDAL Tahapannya sebagai berikut :

a. Proses Penapisan (screening) wajib AMDAL

b. Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.

c. Proses Pengumuman

(6)

MANAJEMEN PROYEK

d. Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum melakukan penyusunan AMDAL. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan. Pengumuman dilakukan di surat kabar setempat (lokal dan/atau nasional) dan di kantor kelurahan, kantor kecamatan dan rencana lokasi pembangunan selama 10 (sepuluh) hari kerja.

e. Proses Pelingkupan (scoping)

f. Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.

g. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah dokumen KA- ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan. Pada proses ini dilakukan sosialisasi atau konsultansi publik kepada seluruh masyarakat yang terkena dampak dan juga masyarakat pemerhati lingkungan. Pelaksanaan konsultansi publik berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 17 Tahun 2012.

Muatan pelingkupan berisi tentang :

 Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji.

 Deskripsi rona lingkungan hidup awal (environmental setting).

 Hasil pelibatan masyarakat

 Dampak penting hipotik

Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian.

Penyusunan dan penilaian Kerangka Acuan

Setelah Kerangka Acuan selesai disusun, selanjutnya adalah mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Pada proses penilaian Kerangka Acuan, wakil masyarakat diundang untuk persidangan, begitu juga dengan instansi terkait.

(7)

MANAJEMEN PROYEK

Penyedia jasa berkewajiban melakukan perbaikan konsep dokumen Kerangka Acuan, sampai Komisi Penilai AMDAL menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan.

a. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada Kerangka Acuan yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, dapat mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai dalam sebuah rapat Komisi Penilai AMDAL. Masyarakat dan instansi terkait kembali diundang untuk mengikuti rapat mengenai dokumen tersebut. Konsultasi dilakukan oleh penyusun kepada komisi penilai. Penyedia jasa berkewajiban melakukan perbaikan dokumen ANDAL dan RKL-RPL, sampai Komisi Penilai AMDAL menyampaikan hasil rekomendasi penilaian akhir kepada Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

b. Persetujuan Kelayakan Lingkungan

Keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota berdasarkan rekomendasi penilaian akhir dari Komisi Penilai AMDAL. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, setidak-tidaknya memuat :

 Dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan;

 Pernyataan kelayakan lingkungan;

 Persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai RKL-RPL;

Kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak terkait.

D. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil pelingkupan, komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak rencana pembangunan PLTM Mahap, meliputi komponen lingkungan fisik-kimia, biologi, serta komponen sosial ekonomi dan budaya juga kesehatan masyarakat. Untuk keperluan identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak akibat kegiatan proyek tersebut perlu dilakukan pengumpulan dan analisis data yang relevan (dapat menjamin reliability dan validity) dari setiap parameter yang dikaji.

Dalam AMDAL, pengumpulan data dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Pengumpulan secara langsung akan ditempuh dengan cara pengambilan contoh (sampling), yang akan menghasilkan data primer. Sedangkan pengumpulan data secara tidak langsung akan dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dari hasil-hasil studi yang telah

(8)

MANAJEMEN PROYEK

dilaksanakan di wilayah studi maupun melalui pengumpulan data dari lembaga/instansi terkait.

Tujuan pengambilan contoh dan analisis data dalam penyusunan AMDAL ini yaitu : 1. Mengidentifikasi sumber dampak (diikuti oleh jenis dampak),

2. Penilikan kualitas lingkungan sebagai proses koreksi dalam jangka waktu pendek, 3. Pengelompokan kualitas lingkungan sebagai elemen program pemantauan dalam

jangka panjang.

Ketiga tujuan tersebut merupakan dasar dalam penentuan teknik pengambilan contoh sebagai perwujudan pengumpulan data lingkungan fisik-kimia, biologi juga sosial ekonomi dan budaya beserta metode analisisnya.

Metode pengumpulan data dalam penyusunan Studi Amdal PLTM Mahap 2 x 734 KW ini selengkapnya digambarkan pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Metodologi Studi

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER KOMPILASI DATA

PRA STUDI

RANCANGAN DAN MODIFIKASI METODE PENGUMPULAN DATA

MAKSUD DAN TUJUAN STUDI

PENGUMPULAN DATA PRIMER ANALISA LABORATORIUM

ANALISA DATA

IDENTIFIKASI, PREDIKSI DAN EVALUASI DAMPAK LAPORAN STUDI ANDAL, RKL DAN RPL

(9)

MANAJEMEN PROYEK

E. Konsultasi Publik

Metode pengumpulan data sehubungan dengan kegiatan konsultasi publik sesuai Keputusan Kepala Bapedal No 8 Tahun 2000, meliputi:

Public Hearing, dilakukan melalui tatap muka dengan masyarakat dan tokoh masyarakat dengan sasaran akan terkumpul informasi mengenai harapan dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan studi ini.

 Pemasangan reklame (papan pengumuman).

Pengumuman di media cetak (koran/surat kabar) tentang informasi akan dilaksanakannya Studi Penyusunan AMDAL PLTM Mahap 2 x 734 KW Bahkan selama pelaksanaan penyusunan dokumen ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif juga tetap terbuka peluang untuk menyerap saran, pendapat dan tanggapan masyarakat.

F. Pengumpulan Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menghubungi instansi terkait dan pencatatan data tersebut sesuai dengan kebutuhan. Adapun jenis data sekunder yang diperlukan dalam AMDAL ini meliputi data rencana kegiatan, metode konstruksi, pengadaan tanah, peta topografi dan peta geologi, data iklim, hidrologi (debit andalan, debit banjir, neraca air dll), data kependudukan, kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, serta data mengenai tata batas hutan dan tegakan hutan.

Data sekunder yang dibutuhkan menurut jenis dan sumbernya selengkapnya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Jenis dan Sumber Data Sekunder yang Diperlukan

No Jenis Data Sekunder Sumber Data

1 Data Rencana Kegiatan Pemrakarsa

UU yang berhubungan dengan jenis kegiatan pekerjaan

2 Metode Konstruksi SNVT

Buku Referensi (Buku Panduan) 3 Metode Pengadaan Tanah dan

Pemindahan penduduk

Perpres RI. Nomor 36 Tahun 2005, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

4 Peta Topografi dan Geologi Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di Kabupaten Sekadau

Bakosurtanal – Kabupaten Sekadau 5 Klimatologi (iklim, suhu udara,

kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin)

Badan Meteorologi dan Geofisika

Dinas Pertanian setempat

(10)

MANAJEMEN PROYEK

No Jenis Data Sekunder Sumber Data

6 Data Kependudukan, Kesehatan dan Sosial Ekonomi

Kabupaten dalam angka berikut Kecamatan dan Kelurahan terkait.

7 RTRW Kabupaten Bappeda Kabupaten

8 Tata batas hutan dan tegakan hutan

Dinas Kehutanan PU Kabupaten dan Perum Perhutani.

G. Pengumpulan Data Primer

Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penyusunan AMDAL ini yaitu aspek fisik kimia meliputi kualitas air, fisiografi dan geologi, gejala erosi, peruntukkan lahan, aspek biologi meliputi flora dan fauna di wilayah studi, aspek sosial, ekonomi dan budaya meliputi persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan dan data-data terkait lainnya. Banyaknya sample yang diambil tergantung kondisi daerah yang akan diteliti, yang akan diuraikan lebih lanjut jika telah diadakan survey pendahuluan. Jenis data primer dan metode pengumpulannya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Metode Pengumpulan Data Primer

No. Jenis Data Yang Dikumpulkan

Lokasi Sampling

Jumlah sampel

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data I. FISIK – KIMIA

1. Morphologi & gejala erosi (analisa tanah)

Daerah lokasi (Wilayah studi)

12 sampel (4 ps x 3 lokasi)

Inventarisasi (visual)

3. Kualitas Air

a. DHL (µmhos/cm) b. Kekeruhan (NTU)

c. Rasa

d. Suhu (°C)

e. Warna (Unit warna) f. Zat Padat Terlarut

(mg/l)

g. pH

h. Besi (mg/l) i. Boron (mg/l) j. Kalsium (mg/l) k. Kesadahan (mg/l) l. SAR (mg/l)

m. Minyak & Lemak (mg/l)

n. Zat Organik

(mg/KMn04)

o. BOD

p. COD

q. Kaliform tinja r. Total Kaliform

Daerah lokasi (Wilayah studi)

12 sampel (4 ps x 3 lokasi)

Sampling dan analisis laboratorium

SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-03-1989-F SK SNI M-89-1990-F SK SNI M-50-1990-F SK SNI M-19-1989-F SK SNI M-68-1990-03 SK SNI M-72-1990-03 SK SNI M-69-1990-03 SK SNI M-70-1990-03 Inventarisasi (Visual) tata guna lahan

4. Kualitas udara dan kebisingan a. Temperatur udara (0C) b. Kelembaban (%) c. Iklim (Octav)

d. Kecepatan angin (Knot)

Daerah lokasi (Wilayah studi) serta quarry -

12 sampel (4 ps x 3 lokasi)

Sampling dan analisis laboratorium

(11)

MANAJEMEN PROYEK

No. Jenis Data Yang Dikumpulkan

Lokasi Sampling

Jumlah sampel

Metode Pengumpulan dan

Analisis Data e. Arah angin (derajat)

f. Kebisingan (dB(A)) g. Nitrogen dioksida (NO2) h. Sulfur dioksida (SO2) i. Karbon monoksida (CO) j. Partikel debu (TSP)

borrow area

Direct reading

Direct reading II. BIOLOGI

Jenis Tanaman,

Kerapatan Tanaman Ekonomis (budidaya) serta organisme air

Daerah lokasi (Wilayah studi)

12 sampel (4 ps x 3 lokasi)

- Inventarisasi (Visual) - Transek

III. SOSIAL EKONOMI BUDAYA

Persepsi Masyarakat Daerah lokasi (Wilayah studi)

12 sampel (4 ps x 3 lokasi)

Wawancara (Questionare)

1. Metode Pengumpulan Data Komponen Geofisik Kimia a) Fisiografi, Geomorfologi, dan Lahan

Data rona lingkungan aspek fisiografi dan geologi dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi lapangan) di daerah rencana pembangunan PLTM Mahap dan di area quarry dan borrow (bila ada) dengan dengan berpedoman pada peta-peta hasil studi sebelumnya.

Pengamatan fisiografi dititikberatkan pada evaluasi bentuk penggunaan lahan dan proses- proses yang terjadi padanya yaitu erosi, gerak masa batuan dan proses sedimentasi. Untuk kepentingan ini biasanya dilakukan pengamatan observasi dan data sekunder dari peta fisiografi, peta tanah serta peta penggunaan lahan.

Geomorfologi merupakan suatu komponen lingkungan yang dapat dirinci parameternya antara lain bentuk topografi, sudut lereng dan proses-proses geomorfik seperti longsoran lahan dan bekas bencana banjir. Untuk mendapatkan komponen geomorfologi dapat dilakukan dengan observasi sebagai checking dari data sekunder.

Komponen geologi biasanya diamati dari jenis dan komponen mineral, sifat fisik batuan, ketebalan, penyebaran, struktur geologi dan stabilitas batuan. Cara pengamatan di lapangan dilakukan dengan mengamati singkapan-singkapan batuan di alur-alur sungai, tebing, jalan, bekas galian dan pengukuran kedudukan lapisan batuan yang tersingkap.

Untuk pengamatan jenis batuan dan komposisi mineralnya perlu dilakukan analisis laboratorium. Khususnya untuk proyek yang memerlukan penggalian (quarry),

(12)

MANAJEMEN PROYEK

pengamatan perlu dilakukan terhadap topografi, jenis batuan dan sifat fisiknya, penyebaran batuan, metode penambangan, volume penggalian, cara pengangkutan dan bekas daerah timbunan material yang tidak terpakai.

Pengamatan terhadap jenis batuan dan mineral juga harus dilakukan pada pada setiap bagian pola penggunaan lahan. Hasil pengambilan contoh geologi dari lapangan segera dianalisis di laboratorium.

Pengamatan terhadap aspek tanah/lahan dilakukan melalui observasi lapangan terhadap jenis tanah dan penggunaan lahan yang berpedoman pada peta tanah dan hasil analisis kesesuaian lahan hasil studi terdahulu.

b) Komponen Tanah

Parameter tanah yang biasa diamati adalah erodibilitas tanah, kedalaman tanah, profil tanah, sifat kimia, sifat fisik, dan bakteriologis dari tanah. Data tanah dapat diperoleh dari data sekunder atau dari peta tanah. Data primer diperlukan juga untuk mengetahui tingkat keharaan dan pencemaran. Data primer didapat dari pengambilan cuplikan tanah yang dilakukan dengan “land auger” dan melalui singkapan-singkapan yang ada. Untuk mengetahui tingkat keharaan dapat mengambil cuplikan tanah pada lapis olah (25 cm), bila ingin mengetahui tingkat pencemaran maka tanah dapat diambil lebih dalam lagi.

Banyaknya tanah yang diambil paling sedikit 2 kg untuk masing-masing lokasi pengambilan.

Seringkali untuk mengetahui tingkat pencemaran diambil contoh lumpur. Cuplikan tanah dan lumpur ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis sifat kimia dan fisiknya yang meliputi kadar air, tekstur, pH, kadar bahan organik, Daya Hantar Listrik (DHL), kapasitas pertukaran ion (KPK), salinitas, kadar besi (Fe2O3) dan Mangan (Mn2O).

disamping itu dilakukan pula analisis kandungan logam berat (Cu, Cr, Cd, Zn, Sn, Pb, Hg).

c) Komponen Hidrologi

Parameter dari komponen hidrologi yang banyak dipelajari adalah debit air permukaan dan air tanah, sedimen, kualitas air permukaan dan air tanah, drainase limpasan (run off), inflitrasi, perkolasi dan evapotranspirasi. Pengumpulan data komponen hidrologi dilakukan dengan pengumpulan data primer di lapangan dan data sekunder. Parameter kualitas air (fisik, biotis, kimia) diamati di laboratorium. Analisis air di laboratorium pada

(13)

MANAJEMEN PROYEK

dasarnya menggunakan gravimetri, volumetri, colorimetri dan electroda ion selective, cara-cara ini menggunakan Standard Method for the Examination of Water and Wastewater (APHA, 1975). Untuk mendapatkan data primer titik pengamatan ditentukan sesuai rancangan penelitian sedangkan pada pengamatan terhadap limbar cair harus dilakukan pengamatan pada titik outfall dan pada aliran sungai.

Kualitas air dilakukan dengan cara pengambilan contoh air permukaan yang terdapat di lokasi pembangunan jalan dimana banyaknya pengambilan sampel disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Jumlah contoh air yang diambil masing-masing 1 contoh air di setiap area yang perlu diambil sampelnya dengan parameter yang dianalisis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 dengan metode analisa SNI 1990 atau standard method.

d) Komponen Iklim dan Udara

Komponen iklim yang diteliti terdiri dari tipe iklim, suhu, kelembaban, curah hujan, jumlah hujan, hari hujan, kekuatan dan arah angin. Data parameter iklim ini dikumpulkan dari data sekunder.

Parameter dari komponen udara yang harus dikumpulkan antara lain : arah kecepatan, cuaca, tekanan udara, penguapan dan kualitas udara. Secara umum kualitas udara yang biasa diambil sampling adalah sebagai berikut : kebisingan, getaran (vibrasi), partikel debu, Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Nitrogen Oksida (NOx), oksidan fotokimia, Sulfur Dioksida (SO2), Timbal (Pb), dan Hidrogen Sulfida (H2S). Areal atau lahan yang diamati atau titik pengamatan tergantung pada rancangan penelitiannya, yang penting adalah titik sumber pencemar (emisi) dan udara bebas (ambien).

Pengambilan sample untuk kualitas udara dan kebisingan dilakukan di lokasi proyek pembangunan PLTM Mahap di quarry dan borrow area, akses pembangunan PLTM Mahap pemukiman penduduk terdekat yang berada disekitar daerah pembangunan PLTM Mahap (pengambilan sample dilakukan sesuai dengan arah angin dominan). Jumlah pengambilan sample udara ambient dan kebisingan masing-masing 1 contoh di setiap area yang perlu diambil sampelnya dengan parameter yang dianalisis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dengan metode analisa SNI 1990 atau standard method.

Tabel 2. 3 Metode Pengamatan Udara, Analisis dan Peralatan yang Digunakan

(14)

MANAJEMEN PROYEK No Parameter

Lingkungan

Peralatan yang Digunakan

Waktu

Pengukuran Metode Analisis Iklim

1 Temperatur udara Thermometer 15 menit Pemuaian

2 Kelembaban Udara Hygrometer/

Questionaire 15 menit Penyusutan / Wawancara

3 Arah Angin Kompas 15 menit Gerak Alir

4 Kecepatan Angin Anemometer/

Questionaire 15 menit Laju Alir / Wawancara Kualitas Udara

1 Gas SOx Gas sampler/

Spectofotometer

24 jam Pararosanilin

2 Gas NOx Gas sampler/

Spectofotometer

24 jam Saltz man

3 Gas H2S Gas sampler 24 jam Mercurythiocyanate

4 Gas CO NDIR analyzer Sesaat NDIR

5 Debu High volume Sampler 24 jam Gravimetric

6 Pb High volume Sampler 24 jam Gravimetric

7 Bising Sound level meter Sesaat -

2. Metode Pengumpulan Data Komponen Biotis

Pengumpulan data primer aspek biologi dilakukan dengan cara sampling yang diawali dengan membedakan wilayah studi menjadi beberapa komunitas sesuai dengan tipe habitatnya. Inventarisasi vegetasi dan satwa liar dilakukan pada komunitas binaan (daerah pertanian), sedangkan pencacahan dilakukan pada komunitas alam (hutan sekunder) pada dua garis transek sepanjang 100 m dengan awal garis transek dari tepi sungai ke arah darat.

Parameter dan metode pengumpulan data biologi selengkapnya disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan Fauna)

No

Pedoman Pengumpulan Data Komponen

Lingkungan

Data Primer Data Sekunder Diperoleh di

Instansi

Teknik Lokasi

I. Flora terestrail 1.1 Alam

a. Komposisi jenis b. Kerapatan

Inventarisasi Di dalam dan atau di luar proyek (wilayah studi)

Dinas Kehutanan/

Kanwil Kehutanan

1.2 Kawasan Budidaya

(perkebunan/ kebun/tegal/

pekarangan/sawah) a. Komposisi jenis b. Kerapatan

Inventarisasi Di dalam dan atau di luar proyek (wilayah studi)

Dinas Pertanian

II. Flora Perairan Danau dan Sungai

a. Komposisi jenis b. Kerapatan

Inventarisasi dengan metode sensus/ dasar jalur dan deteksi suara

Di dalam dan atau di luar proyek (wilayah studi)

Penduduk setempat

(15)

MANAJEMEN PROYEK

No Pedoman Pengumpulan Data Komponen

Data Primer Data Sekunder Diperoleh di

Teknik Lokasi

III. Fauna Daratan 1. Pola migrasi 2. Kerapatan 3. Nilai penting 4. Jenis langka

Inventarisasi dengan metode randum

Di dalam dan atau di luar proyek (wilayah studi)

1. Balai Sumber Daya Alam 2. Penduduk

setempat

IV A.

B.

Fauna Perairan Ikan

1. Kompoisis Jenis 2. Pola migrasi 3. Kepadatan 4. Nilai pentingnya 5. Jenis langka dilindungi 6. Habitat

Benthos dan Plankton Keanekaragam

Di dalam dan atau di luar proyek (wilayah studi)

Dinas perikanan

Pengambilan sample langsung di lokasi

a) FLORA

Di dalam lingkungan tumbuh-tumbuhan dikenal adanya formasi tumbuh-tumbuhan.

Bagian dari formasi ini dikenal dengan asosiasi. Dalam asosiasi diketemukan populasi tumbuh-tumbuhan atau tanaman. Populasi adalah sekumpulan tanaman terdiri dari jenis yang sama menempati suatu habitat tertentu yang tidak terlalu luas dan memungkinkan terjadinya interbreeding antar sesamanya. Dikenal adanya populasi

tanaman di hutan payau, rawa, gambut, pasang surut, di sawah, padang rumput dan pegunungan kapur.

Untuk mempelajari komunitas tanaman telah dikembangkan beberapa metode pembuatan/penarikan cuplikan. Pembuatan cuplikan untuk mempelajari kondisi dan sifat komunitas dan populasi dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang umum dilakukan adalah dengan membuat petak-petak ukur sebagai suatu unit cuplikan.

Dasar-Dasar Pengambilan Cuplikan (Sampel)

Tujuan mengambil cuplikan atau menarik cuplikan adalah untuk mendapatkan informasi atau data dari suatu populasi. Untuk mendapatkan informasi dari seluruh populasi dibutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang sangat banyak. Oleh karenanya dikembangkan cara-cara memperoleh informasi tentang suatu cuplikan populasi tetapi dengan hanya mengambil suatu cuplikan (sampel).

(16)

MANAJEMEN PROYEK

Terdapat beberapa cara untuk menentukan cuplikan atau menentukan unit cuplikan.

Menurut Pasaribu (1975), cara-cara pengambilan cuplikan (sampel) adalah menurut aturan tetap yang ditentukan dan tergantung pada jalannya penarikan cuplikan. Secara rinci disebutkan ada beberapa cara pencuplikan yaitu:

1) Cuplikan Tetap

Cuplikan ini dibuat dengan mengikuti aturan tertentu dan cuplikan ini diambil serta dibiarkan terus selama waktu pengamatan. Ada beberapa cara pengambilan cuplikan tetap ini, antara lain :

 Cuplikan tak terbatas (unrestricted random sample)

Cuplikan ditarik atau dibuat tanpa memperhatikan terlebih dahulu perbedaan kelompok yang ada. Untuk mengamati jenis pohon di suatu daerah, harus ditentukan cuplikan dengan membuat petak ukur. Kemudian dalam unit cuplikan ini diamati pertumbuhan pohon selama periode tertentu. Cara pembuatan cuplikan tetap ini dapat dipergunakan untuk mengamati hubungan timbal balik antara suatu tanaman dengan lingkungannya, misalnya untuk mengetahui pengaruh pencemaran dari suatu jenis tertentu di dalam suatu daerah penelitian, tanpa memperhatikan jenis tersebut di pekarangan, tegalan, kebun atau di hutan. Pembuatan cuplikan tak terbatas masih dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu :

 Cara sederhana, yaitu dengan menomori setiap tanaman yang diamati dan penentuan cuplikan menggunakan nomor acak (random number).

 Cara sistematis, yaitu cuplikan (sampel) ditarik dengan membuat daftar, kemudian secara sistematis cuplikan ditentukan dengan menentukan pada nomor urut tertentu misal No. 1, 11, 21, dst.

 Cuplikan terbatas (restricted sample)

Cuplikan dibentuk dengan membagi populasi atau daerah penelitian atas bagian- bagiannya. Dari kelompok bagian ini dipilih beberapa buah unit cuplikannya yang ditentukan secara random. Di suatu daerah dengan luas tertentu hampir tidak mungkin diketemukan suatu penutupan vegetasi yang mirip atau sama, sehingga kemudian dilakukan pembagian atas dasar similaritasnya. Cuplikan terbatas ini dibagi menjadi empat buah yaitu :

(17)

MANAJEMEN PROYEK

 Cuplikan bertingkat banyak (multistage sample) karena keanekaragaman sifat, tempat tumbuh, (topografi, iklim, tanah) maka perlu dibuat cuplikan yang mewakili sehingga penentuannya dilakukan secara bertingkat.

 Cuplikan berstrata (stratified sample)

Cuplikan dibuat dengan membagi populasi atau daerah tersebut atas kelas-kelas (stratum) misalnya atas dasar tata guna lahannya. Seluruh bentuk tata guna lahan dijadikan cuplikan dan unit cuplikan kemudian dapat ditentukan pada setiap pola penggunaan lahan.

Cluster sample

Cuplikan ditarik dengan cara memilih secara random beberapa strata dan seluruh anggota dari strata terpilih dimasukkan sebagai cuplikan untuk diamati.

Bila ingin mengamati suatu kerapatan dalam suatu daerah, maka daerah tersebut dibagi atas dasar tataguna lahannya (misalnya hutan, pekarangan, tegal dan kebun). Secara random ditentukan tataguna lahan yang terpilih kemudian diamati.

Stratified cluster sample

Cara ini merupakan gabungan antara cara b dan c.

2) Sequential Sample

Cuplikan ditentukan secara random dan berukuran kecil ditarik dahulu dan dianalisis.

Sesudah cuplikan ini dianalisis ditentukan adanya penarikan cuplikan yang lebih besar. Cara ini dibagi dua yaitu :

 Cuplikan yang ditarik secara bertingkat

Untuk pengamatan keanekaragaman jenis pohon suatu pekarangan, misalnya membuat petak ukur yang berukuran 100 m2 masih diragukan hasilnya. Kemudian dibuat petak ukur lagi dengan luasan yang lebih luas dari petak ukur pertama, diperoleh peningkatan keanekaragamannya. Demikian seterusnya hingga memperoleh keanekaragaman yang sama.

 Dengan mengamati satu persatu anggota populasi

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh anggota populasi, hingga dirasakan bahwa keterangan yang diperoleh sudah cukup memuaskan.

Persyaratan Dalam Membuat Cuplikan Vegetasi

(18)

MANAJEMEN PROYEK

Persyaratan dalam membuat pencuplikan yang lebih baik dan benar yaitu :

1) Pencuplikan harus seluas mungkin agar semua spesies yang dimiliki oleh komunitas itu dapat diketemukan.

2) Habitat tempat tumbuh seseragam mungkin, sehingga dengan hanya membuat satu unit cuplikan akan dapat diperoleh informasi yang cukup representatif.

3) Tanaman penutupnya sehomogen mungkin. Dengan mendapatkan sub komunitas seragam ini maka jaminan secara statistik dapat tercapai.

Unit sampel (cuplikan) dapat ditentukan dengan cara sistem jalur, sistem tanpa plot, dan membuat petak-petak ukur berbentuk segi empat yang biasa disebut kuadrat atau berbentuk lingkaran. Ukuran jari-jari atau segi empat dari petak ukur tergantung luas area yang diteliti.

Untuk mengadakan pengamatan suatu komunitas perlu ditentukan luas minimal cuplikan.

Untuk vegetasi di daerah sedang ditentukan luas unit cuplikan adalah sebagai berikut :

 Hutan yang memiliki lebih dari 3 lapis tajuk, tetapi yang diamati hanya 3 lapis di bagian bawahnya, cuplikannya 200-500 m2.

 Hutan hanya pohon-pohon dengan tajuk di lapisan bawah saja yang diamati, unit cuplikannya 50-200 m2.

 Semak perdu kecil 10-25 m2.

 Rumput untuk peternakan (dipupuk) 5-10 m2.

 Lahan pertanian (sawah) 25-100 m2.

 Komunitas herba 1-4 m2.

 Komunitas lumut 0,1-1 m2.

Penentuan ukuran plot dapat dilakukan dengan cara pertama-tama membuat cuplikan yang kecil kemudian membuat cuplikan yang diperluas ukurannya. Dengan memperluas ukuran akan ditemukan lebih banyak jenis vegetasi. Penambahan luas plot ini dilakukan terus menerus, sehingga tidak diketemukan lagi jenis yang baru meskipun ukuran ditambah.

Parameter yang Diamati

1) Kondisi vegetasi suatu komunitas (struktur vegetasi)

Struktur vegetasi berupa nilai kekerapan, dominasi dan kelimpahan dapat dilakukan dengan pengamatan tanpa plot. Prinsip kerjanya adalah dengan mengukur jarak

(19)

MANAJEMEN PROYEK

terdekat dari pohon ke suatu titik yang diambil secara acak. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut :

 Pada suatu komunitas yang telah diketahui luasnya, dibuat garis utama dengan arah utara dan selatan.

 Pada garis utama dibuat garis-garis transek tegak lurus, berselang-seling ke kanan dan kiri pada jarak tertentu.

 Pada garis transek ditentukan titik-titik pengamatan, pohon-pohon yang terdekat dengan titik pengamatan diukur jaraknya ke titik pengamatan.

Batas tingkatan anak pohon hingga dewasa adalah sebagai berikut : a. Tinggi < 1,5 cm yaitu tingkat bibit, semai atau anakan

b. Tinggi > 1,5 cm hingga tiga meter dan diameter 2,5-10 cm yaitu tingkat sapihan.

c. Diameter antara 10-20 cm yaitu tingkat poles atau tiang.

d. Diameter > 20 cm yaitu tingkat pohon.

2) Potensi volume atau produktivitas

Hasil pertumbuhan tanaman biasanya berupa biomas. Untuk mengukur volume dan produktivitas dengan cara :

a. Volume, dengan mengukur tinggi dan diameter pohon dengan ketinggian 1,3 m dan mengukur tinggi pohon yang ditentukan sampai batang bebas cabang.

b. Produktivitas, dengan mengukur seluruh pohon (tinggi sampai pucuk pohon dan diameter setinggi dada). Produktivitas disebut juga tingkat perubahan dari biomas per unit area dalam waktu tertentu.

c. Biomas, pengamatan seluruh bagian tanaman yang ada di dalam plot, kemudian ditimbang. Berat yang diperhitungkan biasanya berupa berat kering.

3) Semua tanaman yang ada di petak ukur diproyeksikan tajuknya ke permukaan tanah.

Parameter ini sering disebut coverage. Coverage adalah prosentase penutupan jenis atau penutupan tajuk seluruh pohon atau seluruh tanaman pada suatu area tertentu.

4) Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan dapat diukur dari :

a. Kondisi morfologi seperti daun, cabang, ranting (normal atau tidak normal) dan juga warnanya.

(20)

MANAJEMEN PROYEK

b. Anatomis. Parameter anatomis dapat diamati dengan mengamati susunan jaringan/sel yang tidak normal.

c. Fisiologis. Parameter fisiologis dapat dikukur dari kecepatan fotosintesis, respirasi dan Aktivitas Nitrat Reduktase (ANR).

Cara-Cara Pembuatan Petak Ukur 1) Cara Kuadrat

Petak ukur cara kuadrat dapat dibuat dengan bentuk segi empat atau berbentuk lingkaran. Petak ukur berupa bujur sangkar dapat menggunakan ukuran 20 x 20 m, 10 x 10 m, 5 x 5 m, 2 x 2 m, atau 1 x 1 m. Untuk petak ukur berupa lingkaran biasanya menggunakan jari-jari 17,9 m.

Sementara itu di setiap jalur cabang ke kanan atau ke kiri dapat dibuat titik-titik pengamatan berupa petak ukur (PU) yang lebih banyak.

2) Point Quarter Sampling

Menentukan 4 (empat) titik pada empat kuadran dari titik pengamatan yang telah ditentukan. Keempat titik yang berada dalam bidang kuadran 1 (d3), 2 (d2), 3 (d1), 4 (d4).

Sistem jalur dapat dimanfaatkan, caranya dengan membuat garis utama dan beberapa garis transek ke kanan dan ke kiri. Pada daerah selebar 5 m di sebelah

U

Titik Pengamatan d2 d3

d1 d4

(21)

MANAJEMEN PROYEK

kanan dan kiri jalur garis utama dan pada jalur kanan-kiri transek, dilakukan pengamatan terhadap semua jenis tumbuhan.

Terdapat kombinasi antara jalur, petak ukur dan Point Quarter Sampling yang biasa disebut dengan linear sampling method. Metode ini untuk inventarisasi di hutan hujan tropika basah dengan luas petak ukur :

 Untuk pohon dengan petak ukur 20 x 20 m.

 Untuk tiang (poles) dengan petak ukur 10 x 10 m.

 Untuk sapihan (sampling) dengan petak ukur 5 x 5 m (LS ¼ linear sampling ¼ chain square).

 Untuk anakan dengan petak ukur 2 x 2 m.

 Untuk herba dengan petak ukur 1 x 1 m.

3) Cara cuplikan berupa jalur Cara ini terdapat dua buah yaitu :

a) Line Intercept (Bamer, 1943 dalam Dubois dan Ellenberg, 1974) adalah untuk mengetahui prosentse penutupan suatu tanaman dalam suatu komunitas.

b) Belt Transect atau Strip Transect/Line Strict Method (Lindsey, 1955 dalam Dubois dan Ellenberg, 1974). Cara ini digunakan untuk mengetahui besar prosentase penutupan dan kerapatan tanaman.

U

5 m

5 m

10 m 10 m

Pohon A

Pohon

C Pohon

D

Pohon B

Petak ukur 2 berbentuk segi empat

Petak ukur 1 berbentuk segi empat

- 3 - 2 - 1

(22)

MANAJEMEN PROYEK

4) Bisect atau profil

Cara ini dilakukan dengan menggambar seluruh vegetasi dalam suatu komunitas pada area lebar 8 m dan panjang 60 m pada bidang vertikal.

5) Distance (Plotless) Method

Distance Method adalah suatu metode cuplikan yang tidak menggunakan cara-cara petak ukur (kuadrat, jalur atau lingkaran). Hanya jarak antara pohon terdekat dengan titik pengamatan (ditentukan secara random) atau dari pohon satu ke pohon lainnya saja yang diukur.

Terdapat 4 cara yaitu :

a. Nearest individual method b. Point centered quarter method c. Nearest neighbor method d. Random pairs method

Cuplikan dengan distance (plotless) dapat digunakan untuk menganalisis kerapatan dan kerapatan relatif. Caranya adalah sebagai berikut :

Kerapatan = 10.000

Petak ukur 3 berbentuk segi empat

(23)

MANAJEMEN PROYEK

(jarak rata-rata)2 Kerapatan relatif untuk spesies A =

jumlah spesies A x kerapatan untuk seluruh pohon jumlah seluruh spesies

Pedoman Pengambilan Sampel Tanaman untuk Analisis Laboratorium

Pembangunan di bidang pertanian, industri, permukiman, perkebunan, perikanan, peternakan, penghijauan, reboisasi dan pembukaan wilayah seringkali perlu dilakukan analisis terhdap struktur vegetasi dan jaringan tanaman. Analisis tanaman dimaksudkan untuk mengetahui struktur jaringan dan isi kandungan berbagai unsur kimia makro dan mikro serta untuk mengetahui tingkat/kadar pencemaran unsur logam berat yang mempengaruhi tanaman dalam suatu tempat tumbuh.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sampel tanaman atau bagian tubuh tanaman :

1. Waktu pengambilan sampel

Pada umumnya untuk tanaman yang berumur pendek (tanaman musiman atau tanaman pangan), sampelnya harus diambil pada saat tanaman berumur 1,5 – 3 bulan. Pengambilan sampel harus dilakukan sebelum tanaman tersebut berbunga atau saat dalam keadaan kurang air, serta dihindari jangan sampai tanaman dalam keadaan kering atau daunnya basah. Apabila tanaman diambil dalam keadaan basah akan dipengaruhi oleh kandungan unsur kimia yang ada dalam air, oleh sebab itu diusahakan pengambilan sampel pada siang atau sore hari.

Setelah sampel tanaman atau bagian tanaman diperoleh maka harus secepatnya dibawa ke laboratorium. Semakin cepat sampael sampai ke laboratorium maka akan semakin baik sebab keterlambatan pengiriman akan menyebabkan rusaknya jaringan-jaringan pada tubuh tanaman.

Untuk pengamatan jumlah atau banyaknya kontaminan debu di udara, maka sejauh mungkin dalam pengambilan sampel tanaman atau daun tanaman dijaga agar debu-debu tersebut tetap menempel pada daun. Bila hal ini sukar dilaksanakan maka debu tersebut ditampung dalam plastik atau wadah lainnya.

2. Pemilihan lokasi

Diusahakan dapat diperoleh suatu sampel tanaman yang mewakili tempat tumbuhnya masing-masing. Oleh karena itu area tempat tumbuh tanaman dibagi menjadi beberapa blok. Untuk mencari hubungan antara kualitas tempat tumbuh

(24)

MANAJEMEN PROYEK

dan pertumbuhan tanaman, biasanya areal tempat tumbuhnya dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu blok tempat tumbuh yang kondisinya baik, sedang dan jelek.

Dengan melihat kemampuan pertumbuhan tanaman dan keadaan tempat tumbuhnya (tanah, air, topografi, dll) akan diketahui jelas batas-batas bloknya.

Sedangkan untuk mengetahui ketersediaan unsur hara atau unsur mineral berupa logam berat dapat pula diidentifikasikan dengan cara-cara pengelompokan seperti di atas.

3. Sampel tanaman

 Tanaman pangan/musiman dan rumput

Pertama-tama yang harus dilakukan sebelum mengambil sampel tanaman adalah menentukan batas-batas blok tempat tumbuh. Kemudian disiapkan peralatan yang terdiri dari pisau atau gunting serta kantong berporous. Pada masing-masing blok tempat tumbuh harus dicatat dengan jelas deskripsi lokasi, keadaan lapangan terutama yang menyangkut kondisi tanah kedalaman, tekstur, struktur dan warna), topografi, waktu, dan pengambilan contoh.

Pengambilan tanaman dilakukan sesudah ditentukan berapa sampel yang akan diambil. Banyak sedikitnya sampel tanaman tergantung banyak sedikitnya yang akan dianalisis. Sampel tanaman diambil dengan cara sistematis, yaitu : a. Sistem jalur

Jalur-jalur ditentukan untuk pengambilan sampel tanaman. Tanaman pada nomor-nomor tertentu pada jalur yang telah ditentukan diambil untuk sampel misalnya nomor 1, 11, 21, 31, dst.

b. Sistem jalur bergantian

Ditentukan 3 (tiga) buah jalur. Jalur ditengah merupakan jalur no. I dan di kanan-kirinya jalur no. II dan III. Pada jalur I ditentukan tanaman no. 5, jalur II ditentukan tanaman no. 10, dan jalur III ditunjuk tanaman no. 15, dst. Sehingga pada jalur I ditunjuk tanaman no. 5, 15, 25, dst. Pada jalur II ditunjuk tanaman no. 10, 30, 50, dst, serta pada jalur III ditunjuk tanaman no. 15, 40, 65, dst.

Untuk tanaman rendah seperti tanaman pangan, gulma atau herba, bagian tanaman yang diambil untuk sampel adalah seluruh tanaman baik bagian akar maupun batangnya. Untuk mengetahu tingkat pencemaran dapat diambil bagian daunnya saja. Label diberikan pada sampel tanaman secara lengkap,

(25)

MANAJEMEN PROYEK

menyangkut waktu/jam pengambilan, blok apa, nama jenis tanaman, keadaan tanaman, dll. Lalu dimasukkan ke dalam kantong yang telah disiapkan.

 Tanaman berupa pohon

Tentukan jalur-jalur yang digunakan dan tentukan pohon-pohon mana yang diambil untuk sampel dari masing-masing blok yang telah ditentukan. Sampel untuk tanaman pohon yang diambil hanya daunnya saja yaitu daun muda yang berada pada ujung ranting. Pada umumnya dari ujung ranting dapat dipungut daun no. 1 sampai dengan 5. Bila ingin mengetahui kandungan unsur haranya maka jangan mengambil daun yang terlalu tua. Bila ingin mengetahui bentuk morfologis dan susunan anatomisnya, maka dapat diambil daun yang tidak mengalami perkembangan. Pengetahuan tentang bentuk dan susunan anatomi daun diperlukan untuk melengkapi informasi mengenai keadaan dan jumlah stomata, jaringan tiang, jaringan bunga karang, dll. Hal ini sangat baik terutama pada tempat-tempat yang telah mengalami pencemaran udara.

4. Pencucian

Sebelum dianalisis, sampel tanaman perlu dicuci terlebih dahulu. Pencucian dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tanaman. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan debu dan bahan-bahan lain seperti zat-zat sulfur, nitrogen, Cl, besi, seng, tembaga, dll yang menempel pada tanaman. Untuk menghindari kontaminasi dengan bahan-bahan lain, maka pencucian dilakukan dengan menggunakan sarung plastik, selain itu diadakan pencucian dengan penyiraman aquades yang bebas dari unsur-unsur kimia.

5. Pengamatan struktur jaringan secara anatomis

Sampel tanaman atau daun yang akan diamati susunan jaringannya harus segera diproses. Sampel dicuci dengan aquades, kemudian bahan sampel yang masih segar diiris-iris tipis dengan pisau mikrotum atau sayatan dengan pisau yang tipis dan tajam.

6. Pengeringan

Sampel tanaman setelah dibersihkan lalu dikeringkan dengan mengangin- anginkan pada udara kering atau dikeringkan dengan menggunakan oven pengering dengan temperatur kurang dari 500C. Pengeringan dimaksudkan untuk

(26)

MANAJEMEN PROYEK

mengetahui tingkat pertumbuhan, produktivitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan keharaan dan gangguan proses fisiologis.

b) FAUNA

a. Fauna Daratan

Penelitian fauna dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain metode Index Ponctualle de Abudance atau Index Point of Abudance (IPA), metode inventarisasi, metode wawancara, penangkapan dan pengamatan jejak.

 Metode IPA

Metode IPA dimaksudkan untuk mencatat populasi hewan dan biasanya dipergunakan untuk hewan burung secara semi kuantitatif. Cara kerjanya diawali dengan menentukan tempat untuk mencatat populasi hewan secara acak di masing-masing habitat yang ada. Tempat yang dipilih merupakan nomor- nomor IPA yang menjadi titik-titik pengamatan di areal pengamatan. Setiap jenis hewan yang dapat dilihat atau didengar suaranya selama 20 menit dicatat.

Setelah 20 menit tersebut habis, pencatatan pindah ke tempat atau nomor IPA berikutnya, dengan melakukan hal yang sama, begitu seterusnya. Dari data tersebut dapat dianalisis nilai frekuensi, dominasi dan indeks diversitas hewan pada masing-masing habitat serta bisa pula dianalisis nilai kesamaan (similarity index) komunitas hewan tertentu antara suatu habitat dengan habitat lainnya.

Parameter analisis antara lain : Frekuensi

Frekuensi menunjukkan kehadiran suatu jenis hewan di dalam nomor-nomor IPA yang dibuat. Semakin seringnya dicatat suatu jenis hewan tertentu menunjukkan bahwa jenis hewan tersebut nilai frekuensinya tinggi atau penyebarannya tinggi.

Dominasi

Dominasi menunjukkan nilai dominasi suatu jenis burung. Rumus yang digunakan :

D=Ni

N x100 %

Di = nilai dominasi sutau jenis hewan tertentu

(27)

MANAJEMEN PROYEK

Ni = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah total individu dari seluruh jenis

Makin tinggi nilai dominasi suatu jenis hewan tertentu menunjukkan hewan itu makin dominan. Komposisi populasi tersebut dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :

 Jenis hewan dominan yaitu yang mempunyai nilai dominasi lebih dari 5%.

 Jenis hewan sub dominan dengan nilai domnasi 2-5%.

 Jenis hewan/burung tidak dominan dengan nilai dominasi kurang dari 2%.

Indeks Kesamaan Jenis

Indeks kesamaan jenis adalah perbandingan antara nilai jenis-jenis burung tertentu di habitat tertentu dibandingkan dengan habitat lainnya. Nilai suatu indeks kesamaan yang tinggi menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang terdapat pada 2 (dua) habitat yang dibandingkan banyaknya sama. Rumus yang digunakan menurut Sorensen yaitu :

Is= 2C A+B

IS = indeks kesamaan Sorensen

A = jumlah jenis yang ada di luar tapak proyek (habitat pertama) B = jumlah jenis yang ada di daerah tapak proyek (habitat kedua)

C = jumlah jenis yang ada di kedua daerah yang berpasangan (di luar dan di daerah tapak proyek)

 Metode wawancara

Metode wawancara dimaksudkan untuk mencatat jenis-jenis fauna yang ada di daerah penelitian yaitu yang tidak dapat dicata langsung pada saat inventarisasi.

Wawancara dilakukan terhadap responden dari berbagai golongan masyarakat yang mempunyai pengetahuan cukup luas terhadap keadaan fauna di daerah rencana proyek. Diharapkan dengan adanya wawancara semua jenis fauna yang ada di daerah rencana proyek dapat dicatat secara lengkap.

 Metode inventarisasi

Metode inventarisasi ditujukan untuk mencatat semua jenis fauna yang ada di daerah rencana proyek. Tata kerjanya adalah dengan melakukan pejelajahan ke berbagai tempat yang diperkirakan potensial terdapat populasi jenis-jenis

(28)

MANAJEMEN PROYEK

tertentu. Dari penjelajahan tersebut dapat dicatat hewan-hewan yang ditemui pada waktu atau pada jarak penjelajahan tertentu sehingga dapat diketahui kepadatan keanekaragaman, dominansi dan kerapatan hewan.

 Metode pengamatan jejak atau bekas kotoran hewan

Yang diamati adalah bekas jejak-jejak hewan dan atau kotorannya yang akan diketahui jenis hewannya. Jejak hewan dan atau kotoran hewan diidentifikasi pada titik-titik pengamatan pertentu.

b. Fauna Perairan

Benthos

 Benthos merupakan makhluk hidup di perairan yang terdapat di :

 Di permukaan dasar laut atau dasar perairan sungai, danau dan waduk.

Benthos hidup dipermukaan dasar perairan disebut epibenthos atau epifauna.

 Benthos yang hidup di dalam sedimen/lumpur yang disebut infauna.

 Pengamatan terhadap benthos dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : Hard substrate (remis, tiram ganggang dalam batu karang, pasair, batu dan seterusnya). Untuk ini dilakukan :

1. Destructive sampling untuk menganalisis jumlah jenis, populasi dan biomassa. Cara ini dibagi lagi menjadi :

 Scraped sampling cuplikan kuadrat : pada saat air surut (pasang turun) dilakukan pengamatan terhadap benthos dengan pencuplikan kuadrat.

Di dalam cuplikan dilakukan penggoresan atau pembongkaran medium lumpur untuk mengamati benthos.

 Scraped sampling cuplikan transek : pada saat air surut (pasang turun) dilakukan pengamatan terhadap benthos sepanjang pantai dengan pencuplikan transek. Pada cuplikan ini dilakukan penggoresan atau pengerikan medium lumpur untuk pengamatan benthos.

2. Nondestructive sampling untuk menganalisis jumlah atau persen penutupan tanpa merusak medium tempat tumbuh benthos.

(29)

MANAJEMEN PROYEK

Cara ini dibagi lagi menjadi :

 Perhitungan langsung sepanjang transek.

 Perhitungan langsung dengan cuplikan kuadrat secara acak.

 Pemotretan organisme dalam pencuplikan kuadrat yang dibuat permanen.

 Pemotretan organisme dalam pencuplikan kuadrat yang dibuat secara acak.

Cara ini dapat dilakukan di pantai, laut dan terumbu karang.

3. Menentukan persen penutupan

Adapun cara penentuan persen penutupan dilakukan dengan :

 Planimeter dengan Dot pattern

 Soft substrate (dalam lumpur)

Cara pengamatan pada soft substrate :

 Menggali lapisan lumpur

 Menangkap (populasi/m2 atau per m3)

 Pada dasarnya metode pencuplikan ada 2 (dua) buah yaitu : 1) Metode transek (transek sampling)

Pada metode transek terdapat beberapa modifikasi yaitu :

Sejajar garis pantai

Transek 1 garis pantai

Transek 2 Transek 3 Transek 4

Tegak lurus garis pantai

Garis pantai

2) Metode kudrat (kuadrat sampling)

Pada metode kudrat terdapat beberapa modifikasi yaitu :

Bujur sangkar teratur

Garis pantai Transek

Transek 4 Transek 3

Transek 2 1

(30)

MANAJEMEN PROYEK

Trapesium teratur

Garis pantai

Bujur sangkar letak tak teratur

Garis pantai

Pengumpulan makrobenthos sungai yang berarus dilakukan dengan menggunakan surber dengan luas bukaan 20 x 20 cm². Contoh makrobenthos hasil penyaringan diawetkan dengan formalin untuk selanjutnya diidentifikasi dan dihitung setiap jenisnya di laboratorium.

Plankton

Pengumpulan contoh plankton dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan alat Plankton-Net, dengan melakukan penyaringan volume air tertentu dari setiap titik contoh. Contoh plankton selanjutnya diawetkan dengan larutan formalin untuk diidentifikasi dan dihitung kelimpahan setiap jenisnya di laboratorium.

Pengamatan plankton dilakukan pada zooplankton dan phytoplankton. Kedua organisme perairan ini hampir sama, perbedaanya dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Tabel 2. 5 Perbedaan-Perbedaan Penting antara Tumbuhan dan Hewan pada Organisma Plankton

No Aspek Tumbuhan Hewan

1 Struktur sel Memiliki dinding sel cellulose Tidak memiliki dinding sel cellulose sehinga dapat berubah bentuk

2 Pertumbuhan Dapat terus tumbuh secara indefinit, oleh karena beberapa sel tertentu tetap dalam keadaan tumbuh aktif sepanjang hidupnya.

Periode pertumbuhan bersifat definit dan berakhir setelah hewan mencapai ukuran tubuh yang maksimal.

3 Pergerakan Umumnya menetap di tempat, Kebanyakan dapat berpindah

(31)

MANAJEMEN PROYEK

No Aspek Tumbuhan Hewan

mengirimkan akar-akarnya ke dalam tanah untuk memperoleh air dan garam-garam serta mendapatkan energi dari matahari dengan mengekspan permukaan datar yang luas.

tempat untuk mendapatkan makanan.

4 Pola nutrisi (perbedaan terpenting)

Membuat sendiri makanannya (selfnourishing bersifat autotrof)

Memperoleh makanan dari organisma lainnnya di dalam lingkungannya (bersifat heterotrof)

Sumber : Valle 1972 dalam Tandjung (1989)

Nekton

Penangkapan komponen biota nekton, khususnya ikan, dilakukan dengan jaring dan electric shocker. Disamping itu data jenis ikan juga diperolah berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk di sekitar sungai. Data yang dapat dihimpun terutama adalah tingkat kekayaan jenis ikan pada setiap lokasi pengambilan contoh. Wawancara dilakukan dengan metode RRA (Rural Rapid Assesment) terhadap nelayan dan tokoh-tokoh masyarakat terkait.

3. Metode Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat

Setiap kegiatan pembangunan tidak hanya mempengaruhi ekosistem tetapi juga komponen- komponen sosiosistem yaitu demografi, sosial ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.

Sampling aspek sosial, ekonomi dan budaya, dilaksanakan melalui wawancara secara acak (random) dengan responden penduduk. Wawancara dengan penduduk diutamakan yang terdapat di sekitar lokasi rencana jalan. Penentuan jumlah responden menggunakan ketentuan baku yang dikeluarkan dari World Bank yaitu 2-3%. Kegiatan pengumpulan data sosial ekonomi meliputi sebagai berikut:

1. Secara umum pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya dapat dilakukan melalui pengumpulan data primer maupun sekunder. Pengumpulan data sekunder yang meliputi data kependudukan, lapangan pekerjaan, mata pencaharian, sarana prasarana dilakukan melalui survai instansi. Instansi tersebut antara lain Kantor Statistik, Kelurahan/Kepala Desa, Kecamatan ataupun BAPPEDA Kabupaten.

(32)

MANAJEMEN PROYEK

2. Sementara pengumpulan data primer yang meliputi persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat, budaya, usaha tani, peninggalan sejarah dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan penduduk, tokoh masyarakat dan pemimpin formal/non formal.

Cara Pemilihan Responden

Responden dipilih dengan menggunakan teknik Multistage Cluster Sampling (Teknik Penarikan Contoh Bertahap Ganda), yaitu sebagai berikut :

Penentuan Jumlah sampel ditentukan berdasarkan sampel rumah tangga. Jumlah sample ditentukan dengan rumus :

n= NZ2xP(1−P) Nd2+z2P(1−P)

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi Rumah Tangga

Z = Nilai Variabel normal (1,645) mengacu pada derajat kepercayaan (reliablitiy) , 0,95.

P = Proporsi yang paling mungkin (0,50)

d = Sampling error, dalam penelitian ini ditentukan lebih kecil dari 0,08

Responden didapatkan dari daftar rumah tangga yang terdapat di kantor pemerintah desa atau ketua RT. Selain menentukan responden pokok, diambil pula cadangan responden kepala keluarga yang tinggal paling dekat dengan responden yang telah ditentukan dalam daftar rumah tangga. Untuk mendapatkan data yang baik, wawancara dilakukan dengan cara mengunjungi responden di rumah masing-masing. Apabila responden sulit dihubungi, maka wawancara dialihkan pada responden cadangan.

Untuk informasi lainnya yang berkaitan dengan proyek ini, dihimpun dari responden terpilih, yang meliputi; petugas lapangan, kepala desa, pengurus kelompok tani dan tokoh masyarakat.

Tabel 2. 6 Metode Pengamatan Data Sosial Ekonomi

Data Sekunder

Metode Kuantitatif

Metode Kualitatif 1. Data Demografi

2. Data Ekonomi

Data primer 1. Menggunakan kuisioner 1. Test individu

(33)

MANAJEMEN PROYEK

2. Interview

3. Penskalaan perilaku

2. Interview tak berstruktur 3. Cerita

4. Dengar pendapat Partisipasi observasi Survai pelaku sendiri Pengamatan observasi

individu atau kelompok

1. Observasi tidak langsung 2. Observasi langsung berstruktur

Gambar

Gambar 2. 1 Metodologi Studi
Tabel 2. 1 Jenis dan Sumber Data Sekunder yang Diperlukan
Tabel 2. 2 Metode Pengumpulan Data Primer
Tabel 2. 4 Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan Fauna)
+7

Referensi

Dokumen terkait