BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
3. Kedisiplinan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator kegiatan shalat dhuhur berjamaah yaitu kerutinan dan kesungguhan dalam kegiatan shalat dhuhur berjamaah yang dilakukan siswa dalam kehidupan sehari- hari semata-mata hanya untuk ibadah kepadanya. Beberapa indikator kegiatan shalat Dzuhur berjamaah yaitu:
1) Kerutinan dalam kegiatan shalat dhuhur berjamaah.
Kerutinan memiliki arti shalat Dzuhur berjamaah dilakukan secara terus menerus, sehingga nantinya akan membawa manfaat kepada orang yang melakukannya. Dengan sering melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah maka manusia akan menjadi terbiasa selalu ingat, dekat kepada Allah dan akan mendapat manfaat yang besar dari shalat berjamaah. Pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus (rutin) dapat merubah dari kebiasaan yang bersifat perintah menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati.49
2) Kesungguhan dalam kegiatan shalat dhuhur berjamaah.
Kesungguhan dalam maksudnya Seseorang dikatakan shalat berjamaah dengan sungguh-sungguh atau Khusyu‟ apabila dia mengimani dan mengamalkan apa yang menjadi ajarannya. Inilah yang menunjukkan setiap muslim dituntut untuk tidak hanya sekedar shalat berjamaah. Akan tetapi lebih dari itu dia harus khusyuk memahami, menghayati, dan mengamalkan isinya dalam perilaku kehidupan sehari-hari.50
dengan kata-kata. Ternyata hanya untuk satu kata disiplin, perlu proses yang cukup panjang kesabaran, kearifan, kebijaksanaan, pengertian, pemahaman, bahkan perjuangan untuk menerapkan dan menegakkannya.
Menurut Arikunto, kedisiplinan adalah suatu bentuk yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun yang berasal dari luar. Disiplin ialah sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar. Di dalam pembicaraan disiplin ini kita mengenal dua istilah yang pengertiannya hamper sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Dua istilah itu yaitu “disiplin” dan
“ketertiban”, tetapi ada pula yang menggunakan istilah “siasat” dan
“ketertiban”.51
Tu‟u mendefinisikan disiplin adalah sebuah upaya untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, yang muncul karena adanya kesadaran diri bahwa ketaatan itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.52
Menurut Abdurrahman, kedisiplinan berarti adanya kesediaan untuk memahami peraturan-peraturan atau larangan yang telah ditetapkan.53
Disiplin di sekolah bukan suatu usaha untuk membuat peserta didik menahan tingkah laku yang tidak diterima oleh sekolah, melainkan suatu usaha untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengamalam, yang akhirnya
51 Suharsini Arikunto, Manajemen Pengajaran, 114.
52 Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, 33.
53 Abdurrahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manuisa, 126.
membawa peserta didik kepada pemilihan suatu disiplin yang timbul dari dirinya sendiri, dengan kata lain memiliki suatu disiplin dari dalam.54
Disiplin ialah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat dilakukan dan diajarkan kepada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap anak. Peraturan dibuat secara fleksibel, tetapi tegas. Dengan kata lain, peraturan menyesuaikan dengan kondisi perkembangan anak, serta dilaksanakan dengan penuh ketegasan. Apabila anak yang melanggar harus menerima konsekuensi yang telah disepakati. Oleh karna itu, supaya peraturan dapat berjalan dengan baik, hendaknya orang tua maupun pendidik mensosialisasikan terlebih dahulu kepada anak-anak.55
Dari definisi di atas dapat disimpulan bahwa kedisiplinan adalah suatu kondisi dimana seseorang mematuhi dan melaksanakan ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku dengan kesadaran diri tanpa ada paksaan.
b. Manfaat Dan Tujuan Kedisiplinan
Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat menolong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu melakukan hal-hal yang lurus dan benar, dan menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa
54 Kartini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Teknik Bimbingan Praktis, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1985), 205
55 Muhammad Fadilah & Lilif Mualifatun Khorida, Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini ( Jogjakarta: Ar- ruzz Media,2013), 192
belaja beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain.56
Manfaat dari kedisiplinan yaitu: pertama, menumbuhkan kepekaan, anak tumbuh menjadi pribadi yang peka; berperasaan halus dan percaya pada orang lain. Kedua, menumbuhkan kepedulian; anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Ketiga, kedisiplinan membuat anak memiliki integritas, selain dapat memikul tanggung jawab, mampu memecahkan masalah dengan baik, cepat dan mudah. Keempat, mengajarkan keteraturan; anak jadi mempunyai pola hidup yang teratur dan mampu mengelola waktunya dengan baik. Menurut Maman Rachman sebagaimana dikutip oleh ngainun naim mengemukakan bahwa manfaat disiplin yaitu mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.57
Penanaman dan penerapan sikap disiplin pendidikan tidak dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan siswa dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur. sehingga dia tidak merasakan bahwa disiplin merupakan beban tetapi disiplin merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya menjalankan tugas seharihari. Menurut Elizabet B. Hurlock bahwa tujuan seluruh disiplin ialah membentuk prilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peranperan yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di identifikasikan.58
Menurut E. Mulyasa, tujuan disiplin yaitu untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha
56 Leli Siti Hadianti, “Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut: 2008, Vol. 02, No. 01.
57 Ngainum Naim, Character Building; Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu &
Pembentukan Karakter Bangsa (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2012), 146
58 Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), 82.
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaraan, sehingga mereka menaati segala peraturan yang telah ditetapkan.59
Soekarto Indra Fachrudin menegaskan bahwa tujuan dasar diadakan disiplin adalah:
1) Membantu anak didik untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan diri dari sifat-sifat ketergantungan ketidak bertanggung jawaban menjadi bertanggung jawab.
2) Membantu anak mengatasi dan mencegah timbulnya problem disiplin dan menciptakan situasi yang favorebel bagi kegiatan belajar mengajar di mana mereka mentaati peraturan yang ditetapkan.60
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai manfaat dan tujuan disiplin peserta didik, dapat disimpulkan bahwa disiplin peserta didik memiliki manfaat dan tujuan yang sangat penting bagi masa depan peserta didik itu sendiri dan untuk membentuk perilaku seseorang ke dalam pola yang disetujui oleh lingkungannya.. Tujuan tersebut diantaranya, dapat membentuk kepribadian yang mampu mengarahkan dirinya pada perbuatan positif. Disiplin juga mampu membangun norma-norma dan prinsip pada diri seseorang, sehingga kelak ketika peserta didik menjalani kehidupan yang sesungguhnya, kepribadiannya akan tebentuk secara matang.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Kedisiplinan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau spontan pada diri seseorang melainkan sikap tersebut terbentuk atas dasar beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut di antaranya sebagai berikut:
59 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), 123
60 Soekarto Indra Fachrudin, Administrasi Pendidikan, (FIB IKIP Malang: Tim Publikasi, 1989), 108.
1) Sekolah kurang menerapkan disiplin.
Sekolah yang kurang menerapkan disiplin siswa biasanya kurang bertanggung jawab karena siswa menganggap tidak melaksanakan tugas pun di sekolah tidak dikenakan sanksi tidak diamarahi guru.
2) Teman bergaul.
Anak yang bergaul dengan anak yang baik perilakunya akan berpengaruh terhadap anak yang diajaknya berinteraksi sehari-hari.
3) Cara hidup dilingkungan anak tinggal.
Anak yang tinggal dilingkungan hidupnya kurang baik akan cenderung bersikap dan berperilaku kurang baik pula.
4) Sikap orang tua.
Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cenderung kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan dan kesulitan, begitu pula sebaliknya anak yang sikap orang tuanya otoriter, anak akan menjadi penakut dan tidak berani dalam mengambil keputusan dalam bertindak.
5) Keluarga yang tidak harmonis.
Anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis biasanya akan selalu mengganggu teman dan sikapnya kurang disiplin.
6) Latar belakang kebiasaan dan budaya.
Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Anak yang hidup dikeluarga yang baik dan tingkat pendidikan orangtuanya bagus akan cenderung berperilaku yang baik pula.61
61 Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri, 199–200.
f. Indikator-Indikator Kedisiplinan
Adapun indikator dari kedisiplinan siswa, diantaranya:
1) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu menjadi tolak ukur yang utama bagi seorang siswa.
Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter utama kedisiplinan. Seperti contoh, apabila guru masuk sebelum bel berbunyi maka termasuk guru yang disiplin, begitu dengan sebaliknya.
2) Ketaatan Terhadap Peraturan
Ketaatan terhadap peraturan sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa. Model pemberian sanksi yang diskriminatif harus ditinggalkan. Sanki dari aturan yang disusun harus sesuai dengan kategori dan ukuran kesalahan yang dilakukan.
3) Tangung jawab dalam mengerjakan tugas
Tidak sedikit ditemukan siswa yang sering mencari alasan untuk tidak menyelesaikan tugasnya sehingga dapat membuat siswa itu tidak memiliki rasa tangung jawab. Oleh karena itu seorang siswa harus memiliki tangung jawab atas setaip tugas yang diberikan kepada guru.62
4. Hubungan Kegiatan Baca Al-Qur’an Sebelum Memulai Pelajaran dengan